Saturday, April 2, 2011

Ngetrip ke Borobudur


Dosa dong kalau tidak menempatkan candi ini di nomor satu dalam daftar jelajah candi kita. Nah, banyak yang salah kaprah dan menyebut Borobudur ini di Yogyakarta, padahal Borobudur aslinya berada di Magelang, Jawa Tengah. Jadi, Borobudur bahkan tidak masuk ke Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sekalipun. Tetapi karena lokasinya yang hanya 40 km dari Yogyakarta, dan Magelang kalah pamor dari kemasyuran nama Yogyakarta di jagad wisata, maka ikutlah nama Borobudur dalam setiap brosur-brosur wisata Yogyakarta hehehe. 
Candi Buddha ini disebut-sebut didirikan para penganut Buddha pada masa Wangsa Syailendra tahun 800-an Masehi. Syailendra adalah nama dinasti raja-raja Sriwijaya yang melakukan ekspandi ke Jawa pada abad ke-7 Masehi. Sebagian besar raja-rajanya adalah penganut Buddha Mahayana, yang kemudian berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno.  Penemuan Borobudur sendiri baru dilaporkan pada 1814, ketika Gubernur Jenderal Inggris Sir Thomas Stanford Raffles melakukan kunjungan ke Semarang, dan mendapatkan laporan ditemukan batu-batuan bergambar. Lalu diutuslah tim khusus untuk menelitinya. Pekerjaan besar pun dilakukan, pendokumentasian bangunan dan relief dilakukan selama empat tahun sejak tahun 1849. Sejarah menyebutkan, candi yang memiliki 1.460 relief ini dibangun oleh Raja Smaratungga, dari Wangsa Syailendra pada abad VIII. Dalam prasasti Sri Kahulunan (842 M), sebagaimana dikutip dari situs resmi Pemerintah Kabupaten Magelang, Candi Borobudur dibangun untuk memuliakan agama Buddha Mahayana. Banyak versi dan teori tentang apa arti nama Candi Borobudur. Ada yang menyebutkan, berdasarkan prasasti Sri Kahulunan, menuliskan “Sang Kamulan I Bhumisambharabudara” yang berarti bangunan suci yang melambangkan kumpulan kebaikan Bodhisattva. Teori lainnya menyebut Borobudur dari kata “Bara” dari kata kompleks  dan “Beduhur” ialah tinggi.
Dilihat dari fisiknya, Candi Borobudur memiliki berundak, dengan bentuk bujur sangkar bertingkat dengan beberapa pelataran dengan stupa utama berada di puncaknya, serta banyak stupa tersebar mengelilingi stupa utama. Bagian pondasi atau kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, melambangkan nafsu yang paling rendah. Kemudian ada empat lantai yang berdinding penuh relief yang dinamakan Rupadhatu, lebih tinggi tingkatannya dari Kamadhatu, dengan makna filosofi melepaskan diri dari kekangan nafsu paling rendah. Masuk ke lantai ke lima hingga lantai ke tujuh batunya tidak bergambar, dan dinamakan Arupadhatu, yang berarti tidak berwujud. Filosofinya menggambarkan telah mencapi kemurnian dari segala bentuk nafsu, namun belum sempurna, belum mencapai surga. Tingkat paling tinggi adalah diwujudkan dalam stupa yang terbesar dan tertinggi. Digambarkan polos tanpa lubang-lubang, murni dengan ketiadaan wujud.
Menembus dimensi waktu yang tak sebentar, eksistensi Borobudur tak luput dari aksi-aksi yang tidak bertanggungjawab. Mulai dari pencurian patung, hingga aksi pemboman pada tahun 1985. Bisa dimaklumi warisan dunia yang diakui UNESCO pada tahun 1991 ini jadi incaran, karena nilainya tentu tinggi, seperti pada kasus-kasus pencurian arca di museum yang dijual ke luar negeri.
Tiket masuk:  Senin-Jumat Rp 20.000 (umum) dan Rp 10.000 (anak-anak). Sabtu-Minggu dan hari libur Rp 23.000 (umum) serta Rp 11.000 (anak-anak). Untuk wisatawan asing, US$12 per orang dan pelajar Rp 10.000 per orang.
Jam operasional: 06.00 – 17.30 WIB
Mitos
Hingga saat ini berkembang mitos, bagi pengunjung Borobudur yang bisa merogoh patung Kunto Bimo (patung yang berada di dalam stupa berongga), dan menyentuh bagian tertentu patung itu, maka akan dikabulkan keinginannya, mulai dari cepat kaya, naik pangkat, enteng jodoh, dan lain sebagainya. Tetapi sekali lagi ini cuma mitos.
Namun tahukah Anda, bila Anda melakukan itu maka Anda juga berperan dalam kerusakan Borobudur? Nah lho, kok bisa? Menurut pengelola setempat, aksi semacam ini selalu dilakukan pengunjung. Nah, tangan-tangan pengunjung ini sebenarnya sumber penyakit bagi patu. Tangan yang berkeringat karena terik matahari, belum lagi upaya anak-anak kecil yang ikut-ikutan merogoh namun dengan menaiki bagian stupa, akan dengan cepat merusak patung maupun stupa. Keringat yang mengandung garam dengan mudah menimbulkan penyakit pada batuan yang sudah sangat tua ini.
Bagaimana menuju Candi Borobudur? Cara paling mudah adalah dengan ikut travel dari beberapa hotel, homestay, maupun guesthouse, yang memiliki jasa travel ke Borobudur. Nah, bila menggunakan jasa travel dari penginapan, misalnya seperti yang dilakukan Delta Homestay, mereka menawarkan mengunjungi Borobudur dengan Rp 70.000 menggunakan minivan, sudah termasuk makan pagi, dan tiba di Borobudur pagi hari. Beberapa memang menawarkan melihat sunrise di Borobudur, tetapi sebenarnya bukan sebenar-benarnya sunrise karena sudah agak siang juga. Bila ingin benar-benar mendapatkan sunrise, Anda bisa menginap di Hotel Manohara, dengan tarif kamar mulai Rp 400.000/malam. Nah, bila ingin berpetualang seperti yang saya lakukan, naik bus kota dan bus antarkota akan sangat murah meriah. Bagaimana caranya? Anda bisa mulai dari titik halte Malioboro. Naiklah bus TransJogja 3A turun di halte PKU Muhammadiyah, kemudian ganti TransJogja 2B  menuju ke pemberhentian terakhir di Terminal Jombor. Lalu dari terminal ini naiklah ke bus tiga perempat (minibus) ke Borobudur. Ciri khasnya adalah busnya tua dan jelek hahahaa. Bisa pilih Bus Cemara Tunggal, Ragil Kuning, atau beberapa bus lain. Tiket mulai Rp 10.000 dengan jarak tempuh 1 jam. Pulangnya pakai jalur serupa lagi.
TIP
1.      Jarak antara terminal pemberhentian minibus ke lokasi candi tidak jauh, hanya sekitar 10-15 menit jalan kaki. Beberapa Andong (kereta berkuda) akan menawari Anda jasa ke Candi Borobudur dengan harga mulai Rp 10.000 – Rp 15.000. Saran saya, bila cuma ingin ke Borobudur, Anda cukup jalan kaki. Namun bila ingin menggunakan jasa Andong, sekalian minta diantar ke Candi Mendut dan Pawon yang lokasinya berada di kawasan Candi Borobudur.
2.      Terik matahari yang menyengat membuat jasa penyewaan payung tumbuh bak jamur di musim hujan. Harganya variatif, semakin mendekati kompleks candi semakin murah. Harga mulai Rp 5.000 di luar pintu masuk, hingga Rp 2.000 di kawasan candi.
3.      Mau beli souvenir? Siap-siap pasang muka jual mahal. Karena berdasarkan pengalaman saya, semakin agak keluar kawasan candi, maka harga semakin turun drastis. Satu souvenir yang dibuka di harga Rp 30.000 per buah misalnya, bisa kita dapatkan dengan harga Rp 10.000 pada pedagang lain di kawasan yang paling luar.
4.      Jangan pakai baju hitam atau pakaian yang tidak menyerap keringat. Karena sumpah, panasnya minta ampun. Sun glasses dan topi boleh juga tuh dipakai.

No comments: