Friday, October 28, 2011

Ayo Kunjungi Warisan Budaya - Artikel Media Indonesia

Hasil diwawancara Media Indonesia. Artikel asli bisa Anda buka di link berikut:
http://www.mediaindonesia.com/mediatravelista/index.php/read/2011/10/28/3250/2/Ayo-Kunjungi-Warisan-Budaya

WARISAN budaya merupakan kekayaan bangsa yang harus terus dikelola dan dilestarikan. Pasalnya, warisan budaya merupakan sumber daya budaya dan juga pusaka bagi bangsa Indonesia.

Warisan budaya menurut Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) terdiri dari budaya benda dan budaya tidak benda.

Budaya benda ialah monumen, candi, dan pemandangan alam, sedangkan budaya tak benda atau budaya hidup terdiri dari budaya lisan, seni, adat istiadat kebudayaan masyarakat, dan kerajinan tradisional.

Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang menjadi faktor penting dalam pariwisata. Di sini terdapat taman nasional, gunung, dan kawasan terumbu karang terkaya di dunia.

Bukan cuma itu, Indonesia juga memiliki 850 situs yang diakui menjadi warisan budaya dunia UNESCO. Dari jumlah itu, 689 di antaranya merupakan situs budaya dan 176 situs alam.

Dari jumlah itu, Indonesia memiliki sejumlah situs yang sudah populer, di antaranya Candi Borobudur, Candi Prambanan, Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Ujung Kulon, dan Situs Manusia Purba Sangiran.

Bloger dan penulis buku The Naked Traveller Trinity mengaku kerap mendatangi situs warisan budaya milik Indonesia, baik yang terkenal maupun yang tidak terkenal, seperti Candi Muara Jambi.

"Kalau menarik dan unik pasti akan saya datangi, mulai dari Candi Borobudur, Candi Prambanan dan masih banyak yang lainnya," ujarnya.

Ia mengakui wisatawan domestik memang jarang menyukai wisata sejarah. Mereka umumnya lebih memilih untuk berwisata alam. Tidaklah mengherankan, bila objek wisata sejarah pun masih belum digarap secara optimal.

Untuk mengunjungi candi yang tidak dikenal, lanjut Trinity, kita pasti akan kesulitan, karena tidak terdapat papan penunjuk jalan. Ironisnya, informasi mengenai sejarah candi itu pun tidak dimiliki pengelola objek wisata tersebut.

Kondisi ini berbeda dengan jika mengunjungi objek wisata di Eropa atau negara Asia lainnya. Mereka telah mengelola objek wisata itu secara profesional, bahkan terdapat sarana audio guide sehingga kita tidak membutuhkan pemandu wisata. "Yang disayangkan justru promosi situs warisan budaya Indonesia cenderung untuk memasarkan objek wisata yang sudah terkenal dan hanya menargetkan wisatawan asing. Padahal, kita seharusnya dikenalkan dengan ragam objek wisata di Indonesia. Kalau bukan bangsa Indonesia yang memberikan penghargaan dan apresiasi dari segi budaya, siapa lagi yang memajukannya," papar Trinity.

Dilestarikan

Trinity berharap situs warisan budaya Indonesia dapat dilestarikan. "Warisan budaya Indonesia tidak kalah bagusnya dengan objek wisata di luar negeri, namun memang banyak hal yang tidak sesuai ekspektasi," ujarnya.

Sementara itu, traveller yang juga penulis buku Travelicious Yogya & Solo dan Travelicious Malang, Batu, Surabaya dan Madura Ariyanto mengungkapkan Indonesia memiliki sumber daya alam yang kaya.

Namun, objek wisata itu belum dikelola dengan baik. Ia memberi contoh fasilitas toilet di sejumlah objek wisata Indonesia yang belum memadai. Bukan cuma itu, di sejumlah objek wisata sejarah sering dijumpai coretan pada tembok sehingga memberi kesan jorok. Untuk itu, dia meminta agar pengelola memberikan aturan yang ketat pada setiap pengunjung.

Ia mengakui, masyarakat kita kurang menghargai situs warisan budaya sendiri. Tidak mengherankan bila dijumpai banyak sampah berserakan di area situs seperti Candi Borobudur. Justru hal itu akan membuat kondisi candi rusak dan tidak terpelihara.

"Dalam hal menjaga situs warisan budaya Indonesia, terdapat dua hal yang patut dipersalahkan, yakni pengunjung dan pemerintah. Pengunjung kerap mengabaikan kebersihan dan pemerintah kurang memberikan perhatian lebih.

Bila Candi Borobudur dan Candi Prambanan masih seperti itu bagaimana dengan wisata kelas dua yang tidak mendapat dana dari APBN?" tanyanya.

Kita, lanjutnya, seharusnya dapat memperlakukan aset dan potensi situs itu dengan baik. Selain itu, ikut pula mempromosikannya melalui media sosial dan internet. (S-1)

Sunday, October 23, 2011

Suku Karen, Myanmar - Misteri Si Leher Panjang

    Tumpukan gelang besi itu terlihat bertumpuk meninggi berjumlah belasan hingga puluhan, menekan kuat di leher perempuan-perempuan itu. Warna keemasan besi melingkar itu tak menghilangkan rasa ngeri yang melihatnya, apalagi bila mengingat leher itu berukuran panjang tidak normal.

 
    The Long Necked Woman !! Yup, kita akan menuju perkampungan perempuan-perempuan berleher panjang, yang bisa ditemukan di kampung-kampung kawasan perbatasan Myanmar Selatan dengan Thailand Utara.
       Pilihan paling mudah menuju ke kampung perempuan berleher panjang adalah melalui Thailand. Akses menuju perbatasan bisa dilakukan dengan mengambil starting point di dua kota besar di Thailand Utara, pilihan bisa dari Chiang Mai sebagai kota dan provinsi terbesar di Thailand Utara, atau juga bisa melalui Chiang Rai. Menuju ke kedua kota ini sangat mudah, tersedia penerbangan ber-budget rendah, atau bisa menggunakan jalur darat dari Bangkok, dengan kereta api atau bus. Jalur menuju ke perbatasan Thailand-Myanmar ini adalah Chiang Mai (atau Chiang Rai) menuju ke Mae Sai, salah satu distrik di Thailand Utara. Dari Mai Sai, kita langsung menyeberang perbatasan menuju ke Thachileik, border town di Myanmar.
         Pilihan termudah adalah dari Chiang Mai. Dari Chiang Mai, banyak sekali bus menuju ke Mae Sai. Perjalanan kurang lebih sekitar 4 jam menuju ke Mae Sai. Jangan khawatir, bus-bus di Thailand besar-besar, bersih, nyaman, murah, dengan jalur utama antarprovinsi yang mulus. Sepanjang perjalanan kita akan disuguhi pemandangan indah wilayah Utara Thailand. Coba pilih Green Bus, dari Arcade Bus Station, dengan tiket bus seharga paling mahal hanya 212 Baht atau kurang lebih hanya Rp 60.000 sekali jalan. Paling enak, kita berangkat pagi-pagi dari Chiang Mai, supaya kita bisa puas menikmati one day trip di Myanmar. Dengan begitu, menjelang siang kita sudah sampai di Mae Sai Bus Station. Nah, dari sini, kita masih harus melanjutkan perjalanan, namun tidak jauh, hanya sekitar 3 kilometer. Ojek sepeda motor jadi pilihan, hanya dengan tariff 50 Baht atau sekitar Rp 15.000. Pilihan lainnya adalah semacam Angkot yang biasa disebut Rod Daeng.
          Mae Sai dulunya hanya sebuah distrik kecil yang berada di wilayah Provinsi Chiang Rai sebelum akhirnya berkembang menjadi distrik setingkat kabupaten pada tahun 1950. Ini adalah tapal batas paling utara Thailand berbatasan dengan Myanmar. Sisi selatan adalah Mae Sai, sisi utara adalah Thachileik. Keduanya dipisah oleh sungai, dan di masing-masing sisi sungai tersebut terdapat pasar. Ini sebenarnya adalah kota perbatasan yang sangat berfungsi menjadi kota perdagangan bagi penduduk kedua negara. Banyak orang Thailand yang berbelanja di pasar Thachileik, demikian juga sebaliknya.
            Bila Anda tipe orang yang suka berpetualang di kawasan pinggiran kota, pedesaan, maka menikmati wilayah perbatasan Thailand dengan Myanmar ini akan mengasyikan. Sebagai sebuah garis batas dua negara, kawasan ini pada siang hari begitu hidup. Bagian selatan perbatasan terdapat Pasar Mae Sai, bagian utara terdapat Pasar Thachileik. Pasar Mae Sai sangat ramai dengan pedagang souvenir khas Thailand utara. Setiap hari, pasar di Mae Sai sangat ramai. Pasar di Mae Sai terkenal dengan penjualan batu-batu giok, perhiasan dan lain sebagainya. Segala macam souvenir juga mudah didapatkan di pasar ini. Selama perbatasan dibuka, maka denyut nadi pasar ini terus berdetak. Sangat ramai. 
           Kota perbatasan ini juga ramai oleh turis kulit putih. Kenapa? Karena di sini mereka bisa memperpanjang visa (Visa Run). Bila visa Thailand mereka habis, mereka tinggal keluar sebentar menuju Myanmar barang satu dua jam, lalu kembali lagi ke Thailand mendapatkan stempel di paspor mereka untuk memperpanjang izin tinggal atau wisatanya di Thailand. Tetapi seiring dengan kegiatan itu, penduduk kedua kota akhirnya mendapatkan cipratan rejeki. Para turis tak jarang memanfaatkannya untuk jalan-jalan dan berbelanja juga.
         Perbatasan ditandai dengan jembatan yang melintang di atas sungai. Lalu akan terlihat pos pemeriksaan imigrasi. Untuk masuk, bagi pemegang paspor selain Thailand, kita akan ditarik biaya 500 Baht atau sekitar Rp 140.000. Caranya, tinggal menuju ke pos pemeriksaan, lalu ditanya sedikit tentang ini dan itu, dan kita diminta meninggalkan paspor setelah membayar.
  
    Pasar Segala Palsu

         Tachileik memang salah sau wilayah miskin. Tak heran bila kita masuk ke sana, maka akan banyak sekali peminta-minta, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, serta pengasong. Kadang-kadang cukup mengganggu juga, apalagi bila mereka melihat kita mengeluarkan kamera poket, mereka langsung merubung, karena berharap bisa mendapatkan uang dari para turis.
       Berbeda dengan Pasar Mae Sai, Pasar Tachileik yang masuk wilayah Myanmar adalah pasar yang terkenal menjual aneka barang, kebanyakan barang-barang palsu buatan China. Mulai dari aneka telepon seluler palsu, barang-barang elektronik palsu, pakaian dalam palsu, kacamata palsu, jam tangan palsu, sampai Viagra palsu…hahahaha. Inilah pasar segala palsu yang menawarkan harga miring tapi kemasan bak asli.

      Kembali ke tujuan semula, bertemu dengan para wanita berleher panjang, kita bisa menggunakan semacam becak bermotor untuk menuju Regina Hill Tribe Village. Ini adalah kampungnya para wanita berleher panjang. Kita bisa booking becak bermotor ini sekalian keliling ke sejumlah destinasi, selain ke Regina Hill Tribe Village, kita juga bisa diantar ke sejumlah kuil Buddha yang indah-indah. Satu paket perjalanan naik becak motor keliling Tachileik ini bisa didapatkan dengan harga hanya 40 Baht saja atau sekitar Rp 12.000, tergantung kemampuan menawar kita.
        Oya, meskipun kita sudah masuk Negara Myanmar, namun di sini Baht sangat dihargai. Sehingga anda tidak perlu menukarkan mata uang Baht anda. Harga di sini juga relatif sama dengan di Thailand, misalnya untuk makanan yang dibuka mulai dari harga 25 Baht (Rp 7.000).




  Regina Hill Tribe Village

        Sopir becak bermotor akan mengantarkan kita ke kawasan yang masih terdapat keturunan Suku Karen. Suku Karen adalah suku yang tinggal menyebar di sepanjang perbatasan Thailand dan Myanmar. Perempuan-perempuan suku ini banyak yang mengenakan cincin keemasan di leher mereka dalam jumlah banyak, hingga membuat leher mereka memanjang.
        Kawasan ini saat ini sudah tidak seperti kampung asli mereka, namun sudah seperti kawasan konservasi. Padahal di dalamnya masih tinggal orang-orang Suku Karen. Pintu masuk ke kompleks itu dijaga seorang perempuan muda dengan seragam pegawai pemerintah. Kita harus membayar 40 Baht untuk masuk ke dalamnya.
      Kampung ini sudah serupa kampung buatan, tidak natural lagi. Keturunan Suku Karen dibuatkan kompleks pedesaan, dengan jalan setapak yang sudah disemen, dibuatkan rumah. Lalu perempuan-perempuannya menenun kain, ada juga yang duduk-duduk saja, sementara sebagian lainnya memomong anak. Mereka juga menjual kain yang dibuat serta kerajinan tangan. Dengan senang hati mereka kita ajak berfoto, meskipun kita tidak membeli kerajinan tangan buatan mereka sekalipun. Perempuan-perempuan yang lebih tua lehernya lebih panjang daripada yang muda, dengan tumpukan gelang di leher yang lebih banyak. Mereka terlihat sangat nyaman dengan gelang itu, tetapi ngeri juga melihatnya.
        Bagaimana ceritanya mereka memiliki budaya itu? Menurut cerita rakyat setempat, dulu kala, ada kepala suku yang isterinya akan segera melahirkan anak pada hari Rabu. Dari informasi yang didapat si kepala suku, seekor macan akan memangsa anak itu begitu lahir, dan menggigitnya tepat di leher. Begitu si anak lahir, diberilah si anak kalung besi sehingga macan tidak bisa menggigit lehernya.Kenyataan membuktikan, anaknya baik-baik saja, sehingga kemudian setiap anak perempuan yang lahir Rabu sejak usia lima tahun sudah diberi gelang besi di leher hingga usia dua puluh tahun. Pada usia dua puluh tahun, mereka akan memiliki gelang di leher sejumlah 23 gelang. Dalam perkembangannya, gelang panjang di leher ini menjadi semacam cara mempercantik diri. Namun jangan ditanya dari aspek kesehatan, karena begitu gelang dicopot, maka bisa-bisa mereka akan meninggal karena tulang leher rapuh dan tidak siap menyangga kepala yang selama ini fungsi penyangga dilakukan oleh gelang-gelang itu, hiiiii.
       Nah, kelar bertemu perempuan-perempuan eksotik Suku Karen, kita bisa keliling kawasan Tachileik. Oya, kalau kita meliha beberapa perempuan dan laki-laki mencoreng-moreng pipinya, maka sebenarnya itu adalah bedak dari lumpur sungai. Menjadi kebiasaan warga setempat untuk menggunakan “masker” itu untuk menghilangkan udara panas. Lumpur itu memang memberikan efek dingin pada wajah kita. Cukup membantu, mengingat kawasan Tachileik cukup panas dan udaranya kering.
        Nah, setelah itu kita bisa berkeliling ke sejumlah kuil Buddha yang indah. Melihat patung Buddha tiga dimensi, hingga mengamati kegiatan para biksu-biksu kecil yang belajar di biara. Menyenangkan sekali. Bila sudah puas, maka bersiaplah kembali ke Thailand. Oya, jangan terlalu sore keluar dari Tachileik untuk kembali ke Mae Sai, karena bila terlalu malam, akan kesulitan untuk mendapatkan transportasi kembali ke Chiang Mai.
     
                       
TIP:
1.      Selalu bawa dan persiapkan paspor kita. Sewaktu-waktu akan dilakukan pemeriksaan di dalam bus di perjalanan antarprovinsi. Pemeriksanya adalah tentara yang akan menghentikan bus lalu memeriksa seluruh penumpang. Bersikaplah tenang dan tunjukkan paspor anda. Pemeriksaan akan terjadi beberapa kali, baik untuk angkutan umum biasa, hingga bus VIP sekalipun.
2.      Jangan beli rokok dalam jumlah besar. Pelajari benar-benar regulasinya. Ada cerita soal bule yang membeli rokok dalam jumlah besar, dan alhasil dia harus mendekam di pos polisi semalaman sebelum akhir ditebus temannya dengan duit 2.000 Baht (Rp 560.000). Selain itu, beli rokok di pasar ini anda bisa jadi akan tertipu. Banyak brands rokok terkenal, dan dalamnya ternyata rokok lintingan sendiri.

 3.      Jangan membeli obat-obatan di pasar ini, karena bisa jadi akan membawa masalah bagi anda. Di sini banyak dijual obat-obat kuat misalnya dari alat vital harimau, Viagra palsu dan lain sebagainya, ini sebenarnya terlarang. Selain itu dijual juga pipa rokok dari tulang monyet, dan lain sebagainya. Ini juga terlarang. Intinya, sebelum belanja, anda harus pahami benar soal regulasi kepabeanan. Kalau cuma membeli baju, souvenir, dan barang-barang tertentu dengan jumlah item terbatas tidak masalah.

Friday, October 21, 2011

Tips Hemat Saat Traveling

Banyak teman atau pembaca yang menanyakan, bagaimana sih caranya menghemat biaya supaya traveling kita murah dan menyenangkan. Berdasarkan pengalaman saya, yang juga sudah pernah saya bagi dalam twitter saya di @ariysoc, berikut beberapa hal yang mungkin bisa jadi panduan awal. Tentu ini tidak akan menjawab semua, dan akan sangat tergantung pada situasi yang Anda hadapi. Tips ini bisa berlaku untuk perjalanan dalam negeri ataupun ke luar negeri. Jadi sesuaikan dengan kepentingan Anda:

1.Cari tiket murah kunci utama. Beli tiket pp langsung, biasanya jatuhnya lebih murah, dibanding Anda beli tiket pergi dan pulang secara terpisah. Khususnya untuk maskapai yang sama. Cara lain, bila satu rute dirasa mahal, coba connecting flights dengan maskapai yang berbeda misalnya. Usahakan juga ambil di luar weekend dan high season.

2. Rencanakan perjalanan overland, Kereta Api (KA) atau bus. Kelas ekonomi tidak haram lho, way cheaper :). Usahakan ambil yang overnight sehingga bisa menghemat biaya penginapan.

3.Citytour, lebih keren dengan jalan kaki. Tergantung apakah Anda orang yang suka jalan atau tidak. Pilihan lain adalah sewa sepeda. Atau bus kota yang selalu lebih murah dibanding Metro atau Subway.

4. Makan: pilih hostel dengan free breakfast. Jadi pas waktunya breakfast, ambil sebanyak-banyaknya. Ambil waktu yang mepet agak siang, sehingga bisa sekalian lunch (brunch). Sehingga pas lunch time, Anda sudah mati kekenyangan. Hemat deh. :)

5. Makan: foodstreet banyak menawarkan makanan murah. Atau jaringan 7/11 banyak menawarkan makanan hangat dan murah. Big No for Fancy Restaurant.

6.Nginep: hostel dorm best dah. Bisa diakali juga menghemat penginapan dengan naik bus atau kereta api saat pindah destinasi. Ambil yang overnight. Ngiler di airport atau stasiun boleh juga :).

7.Packing seperlunya. Pakaian seperlunya, biar hemat gak pake bagasi.

8. Pastikan beli keperluan wajib di Indonesia. Saya lupa bawa odol, di Indonesia cuma Rp 2.000, di Singapore Rp 30.000. Rela? 

9.Tukar uang di Indonesia, at least dalam mata uang US$ yang lebih stabil. Pelajaran: tuker rupiah di Thailand, Rp 1,5 juta cuma dihargai Rp 800.000. Rela? 

10. Jangan takut tanya ke orang lokal. Siapa tau, spot yg kita kira jauh, ternyata cuma sepelemparan kolor aja, dan bisa ditempuh dengan jalan kaki. Menghemat kan? tapi pastikan juga cari second opinion untuk memantapkan. 

11. Jangan percaya orang lokal yang menawarkan hal-hal murah. Alih-alih pengen murah, kita malah masuk jebakan. Good people, bad people, they're everywhere.

12. Touristy Place kadang bikin pening tiket masuknya. Putar otak, googling, cari spot gratisan. Dijamin travelingnya gak kalah mantapnya.

13. Traveling in group? minta diskon di hostel. Bertanyalah ke pengelola. Saya berkali kali dapat diskon juga. Misalnya, menginap empat hari, hanya bayar tiga hari.

14. Jangan traveling pas weekend, high season. Thailand akan tetap sama bentuknya baik weekend atau weekdays, trust me :)

15. ini agak ekstrem sih: beberapa temen dapat makan gratis di upacara keagamaan, festival, etc. Pantas dicoba kalau mau.

16. Ini juga agak susah sih: beberapa temen ngajak tidur di public school, atau minta izin nginep di kuil. Beberapa berhasil dapet :) Bisa dicoba.

17. Sehemat-hematnya Anda, pastikan tiket pulang pergi sudah di tangan ya. Jadi kalo duit habis, silakan bego di airport nunggu jadwal pesawat pulang.

Itu beberapa tips, masih banyak tentunya cara-cara kita menghemat biaya. Tentu saja situasi-situasi di atas juga akan berbeda satu sama lain. Jadi silakan dibaca, dipertimbangkan, dan mungkin bisa dilakukan.

Have a nice trip guys.

A