Friday, August 17, 2012

Selamat Idul Fitri 1433 H

design by zainfadhil.wordpress.com
Mohon maaf lahir batin bila ada postingan saya yang menyinggung Anda, saya pastikan itu terjadi karena saya manusia biasa. Selamat merayakan Idul Fitri, semoga kebahagiaan menyertai kita semua. Keep traveling spirit yak! :)

Tuesday, August 7, 2012

Waspada Aksi Tipu-Tipu di Thailand

photo: subliminalhacking.net
Istilah scam mungkin sudah sering kita dengar. Khususnya para traveler, seringkali mendapati istilah ini saat mencoba mencari informasi tentang keamanan di suatu negara.
Scam terjemahan bebasnya adalah aksi tipu-tipu, penipuan yang dilakukan kepada seseorang dengan berbagai trik dan modus. Nah, kaitannya dengan traveling, aksi ini banyak terjadi di touristy places. Di mana pun di banyak negara, pasti ditemukan kasus semacam ini. Cuma memang kadarnya mungkin berbeda-beda.
Saya ingin berbagi pengalaman tentang aksi tipu-tipu dengan berbagai kedok ini, khususnya di Thailand. Pengalaman ini beberapa saya alami sendiri, selain juga ada yang dialami teman saya.
Aksi tipu-tipu di Thailand target utamanya adalah para turis, khususnya turis bule. Tetapi kalau kita tidak waspada, bukan tidak mungkin kita juga kena, seperti pengalaman saya. Berikut saya bagikan pengalaman aksi scam  di Thailand, semoga membuat kita lebih waspada bila ingin berkunjung ke sana:

1. Gem Scam: ini adalah model tipu-tipu yang akan membuat kita berakhir di sebuah toko permata/perhiasan. Saya kena di depan Bangkok National Museum. Lagi asyik jalan-jalan, tiba-tiba seseorang yang bergaya necis, mengaku sopir yang mengantarkan anak-anak sekolah ke museum, menyapa saya. Setelah itu dia berbicara kayak bus patas, cepat dan tidak bisa dipotong. Mengaku punya teman di Indonesia. Lalu tiba-tiba dia menunjukkan cincin dengan batu akik super gede yang melingkar di jarinya. Lalu tanpa saya tanya, dia bercerita saat ini ada big sale permata. Harganya turun hampir 70%, saya bilang saya tidak tertarik karena saya tidak membawa banyak uang. Lalu dia mengalihkan, dengan memberikan info ada kuil Buddha keren yang belum banyak dikunjungi turis. Dan dalam sekejap saya sudah di atas tuk-tuk (yang tiba-tiba sudah di depan saya). Keduanya (orang necis dan sopir tuktuk) adalah partner in crime. Lalu oleh sopir tuk-tuk saya dibawa ke sebuah rumah, ternyata tidak ada kuil, dan di sana (lagi-lagi) ketemu orang yang obral omongan soal diskon permata. Saya mulai curiga. Lalu saya minta cabut kepada sopir tuk-tuk. Dan semuanya terbongkar beberapa saat kemudian. Tuk-tuk berhenti di depan toko perhiasan, dan sang sopir meminta saya masuk ke dalam. I said no. Si sopir memaksa. Lalu saya nyolot ke sopir itu. Dia memelas meminta saya masuk supaya dapat kupon bensin. Gotcha!. Akhirnya ketahuan juga. Pada akhirnya saya memberikan duit juga untuk ongkos tuk-tuk. Tapi langsung saya turun dan cabut sambil celingukan saya ini berada di daerah mana yaa...hehehehe.

*Gem Scam paling sering menimpa turis. Jadi kalau disamperin orang dan ngobrol panjang soal perhiasan, langsung saja abaikan.

2.Lady Bird Scam: sebenarnya istilah lady bird ini adalah istilah saya sendiri. Intinya, kalau ketemu taman-taman, seperti di sekitar Grand Palace, akan ada beberapa ibu-ibu yang membawa plastik-plastik yang diisi jagung. Jagung-jagung ini disebar untuk memberi makan ratusan merpati yang terbang dan singgah di sana. Nah, kalau kita duduk aja, mereka akan nyamperin dan dengan senyum super ramah seperti mengajak kita memberikan jagung-jagung itu ke merpati. Mereka akan setengah memaksa dengan senyum ramahnya. Tidak mengatakan kalau itu dijual. Begitu kita ambil satu plastik dan habis, mereka akan memberikan plastik lainnya.Biasanya baru dua plastik mereka akan meminta kita uang. Saya dimintai 25 Baht per plastik. Total jenderal 50 Baht. Hell no !! saya nggak mau kasih. Dia marah-marah dan berteriak kepada saya. Saya ikut nyolot, saya ancam saya akan memanggil polisi. Dan dia kabur :)

3. Patpong Scam: cerita dari temen bule saya, hati-hati kalau jalan di Patpong. Saya juga sempat jalan ke sana sih, ditawari nonton Live Sex Show, tapi saya tolak. Nah, cerita temen saya, biasanya mereka nawarin nonton Live Sex Show seharga bahkan cuma 100 Baht. Tetapi kelar nonton, baru ditarik lebih dari 1000 Baht. Ogah bayar? Tukang pukul siap di sekeliling Anda...huehehehe.

4. Bus Scam: Ini model tipu-tipu yang target utamanya juga bule. Mungkin juga turis Asia. Tetapi kadang susah membedakan turis Asia dan orang lokal. Nah, praktik tipu-tipu ini biasanya terjadi di bus antarkota, jarak jauh, misalnya Bangkok - Phuket. Modusnya, para penumpang diminta segera masuk ke bus, dan backpack ataupun bagasi akan diurus staf bus untuk dimasukkan di bagasi bus. Tetapi sebelumnya, tanpa kita tahu, tas kita sudah diobok-obok isinya.

5.Grand Palace Scam: Kalau kita berkunjung ke Grand Palace, di bagian depan itu biasanya penuh orang. Nah, hati-hati nih...beberapa orang akan mengatakan kepada anda bahwa Grand Palace hari itu tutup.Dengan buaian mulut manisnya, maka tiba-tiba saja kita akan sadar dan berakhir di (lagi-lagi) toko perhiasan hahahaha.

6. Taxi Scam: Ini model taksi argo kuda. Biasanya argo sudah disetel dulu. Harga yang harus kita bayar kadang lima kali lipat, bahkan hingga sepuluh kali lipat dari harga argo normal. Biasanya mereka menawarkan layaknya calo, berkeliaran tanpa kita tahu yang mana mobilnya. Saran saya, cari aja taksi yang ngetem di pinggir jalan dengan pengemudi di dalamnya, atau memberhentikan taksi di jalan. Dua kali saya nyetop taksi di jalan, semuanya murah meriah dan argonya normal :).

7. Food Scam: Kejadiannya sih di Bangkok dan di Chiang Mai. Yang di Bangkok saya alami di terminal bagian selatan, banyak penjual buah yang membuat ngiler. Segar-segar euy. Saya beli melon potong seperti yang dipajang di etalase mereka. Pas udah bayar dan menerima melonnya, ternyata melonnya benyek. Saya minta tukar yang segar seperti yang dipajang, nggak dikasih. Saya minta duit kembali dan balikin buah melon benyek itu. Tapi teman saya dari Spanyol telanjur membeli salak satu kresek. Dan sodara-sodara, hanya beberapa yang segar, yang lain masuk tong sampah. Kedua adalah di Chiang Mai, saya menuju ke food court dengan logo halal. Tetapi di etalase saya menangkap makanan dengan tulisan di atasnya ada "pork". Begitu teman saya datang dan menanyakan mau makanan halal, pas saya sedikit lengah si perempuan penjual mengambil tulisan di atas makanan dengan cepat untuk disembunyikan. Ekor mata saya berhasil menangkap aksi itu. Dan saya pun dengan sukses berlalu dari penjual curang itu. Untung belum pesan.

Jadi intinya sih, scammers itu ada di mana-mana, khususnya di kawasan touristy places. Yang perlu kita lakukan adalah waspada. Ingatlah, tidak ada makan siang gratis - No Free Lunch - dan kalau Anda disapa orang asing yang super ramah, Anda harus waspada juga...ketika sesuatu itu too good to be true...maka signal tanda bahaya seharusnya menyala. Maka lebih baik menghindar dan abaikan.


Semoga berguna,

A

Friday, August 3, 2012

Jogja (Masih) Jadi Kota Idaman

Sekadar iseng-iseng di twitter dan bukan survei yang serius, saya mendapati bahwa masih banyak orang (followers) yang menempatkan Jogja sebagai Kota Idaman mereka. Kota pilihan di mana mereka ingin menghabiskan waktu untuk tinggal.
Di belakang Jogja, ada Malang yang juga mendapatkan suara cukup banyak dari para followers. Pilihan yang tanpa disebutkan alasannya ini cukup menarik. Tetapi memang tidak terlalu heran sih kalau Jogja menempati posisi di hati orang. Jogja yang merupakan tujuan wisata utama kedua setelah Bali memang namanya tersohor, tidak hanya di dalam, tetapi di luar negeri juga. Selain itu, Jogja juga memiliki banyak kampus dan menjadi melting pot dari aneka budaya di Indonesia yang dibawa para mahasiswanya. Jogja pula yang menjadi tempat di mana tradisi dan modernitas bisa duduk berdua sama tingginya. 
Bagi saya pribadi, Jogja menjadi tempat "pelarian" saya saat lagi suntuk di Solo. Terbalik dengan fakta, banyak orang Jogja yang "lari" ke Solo karena suntuk. Tak lain dan tak bukan karena ada kereta api komuter Prambanan Ekspress yang membuat "pelarian" itu menjadi mudah. Tetapi sejujurnya, saya mulai jengah dengan kemacetan yang terjadi di Jogja. Duh, kalau sudah sore, macet di beberapa titik. Paling sebel di depan Ambarukmo Plaza (Amplaz). Kalau malam minggu dan hari libur, bisa lebih menjengkelkan.
Malang menjadi pilihan kedua terbanyak. Saya pribadi suka Malang. Udaranya cukup sejuk, meski banyak warga asli Malang yang bilang kalau udara sekarang semakin panas. Saya beberapa kali ke Malang, menelusuri beberapa wilayahnya (dan paling suka adalah Malang Selatan). Kuliner dari kota yang juga disebut Paris Van Java (setelah Bandung) ini juga lezat. 
Dari pilihan followers, kedua kota ini bahkan mengalahkan Ubud (seharusnya Kabupaten Gianyar bila yang ditanyakan adalah kota/kabupaten idaman). Yang menyebut Bandung juga banyak. Setelah itu baru beberapa kota lain: Solo, Sukabumi, Magelang, Nganjuk, Wonosari, Kulonprogo, dan lain sebagainya. Tetapi yang mengherankan saya justru masih ada yang memilih kota besar seperti Surabaya dan Jakarta dengan segala kemacetan dan hiruk pikuknya.
Pilihan-pilihan di atas mungkin karena memang ada keterikatan emosional (faktor ini lebih banyak): lahir di sana, kampung halamannya, pernah kuliah, dan lain sebagainya. Tidak begitu mengherankan memang. Saya pribadi juga suka Solo, karena saya lahir dan besar di sini. Tetapi memang ke sini-sini-nya, saya mulai jengah juga dengan kemajuan kota ini, di mana kemacetan mulai muncul di mana-mana menyertai proses pembangunan itu. Jadi kalau di suruh memilih, saya memilih kota mana ? Saya dari dulu suka Salatiga.

Bagaimana dengan Anda?