Monday, September 3, 2012

Yuk Jalan-jalan ke Medan!

Apa kabar Journer?

Mesjid Raya Al Mahsun, Medan
Setelah libur Lebaran yang lama, saatnya kita...liburan lagi! hehehe. Percaya atau tidak, pasca-Lebaran biasanya banyak orang menjadwalkan traveling. Kenapa? pertama karena memang duitnya ngumpul banyak, dari ngumpulin THR atau dapat fitrah lebih, selain itu masih ada sisa libur yang bisa dimanfaatkan. Lebaran memang kegembiraan sejati banyak orang, terutama kaum muslim. Sebelum Lebaran saya sudah direpotkan (tapi seneng kok) dengan banyak pertanyaan teman. Ada yang mau ke China, ada yang mau ke Penang, Kuala Lumpur, Singapura, Medan, atau yang paling banyak adalah mereka yang ingin datang ke kota saya, Solo!

Nah, ternyata nih...banyak teman dan followers di twitter yang meminta saya untuk sharing soal Medan. Karena kota ini masih sangat seksi bagi para journer. Oya, sebelumnya, mulai tulisan ini, saya akan menggunakan kata sapaan Journer. Apakah itu journer ? sebenarnya kalau dalam bahasa slank-nya di luar negeri sono ini lebih berarti individual likes to take long journeys or treks to get to a certain place. Kenapa saya tidak pake sapaan travelers ? karena yang lebih cocok dengan nama blog saya "A Journo" adalah journer. Sedikit melebar dulu, blog ini sebenarnya sudah ada lama, sejak saya masih jadi wartawan. Nah, pilihan kata journo sendiri artinya adalah jurnalis. Tetapi kemudian ternyata saya hanya 6 tahun di jurnalistik sebelum fokus sebagai travel writer. Karena malas bikin blog baru, saya lanjutkan saja blog journo. Terus saya kait-kaitkan kata journo dengan journey alias perjalanan...hehehe, ini mah otak atik saya sendiri. Nah, sayangnya saya tidak bisa menggunakan kata sapaan journo kepada pembaca saya, karena memang mungkin tidak cocok secara arti. Maka saya ganti saja dengan journer. Sounds good huh? :)

So, journer...kali ini secara khusus saya akan membahas secara sedikit tentang Medan mengingat banyak request. Setelah Lebaran 2011, saya bersama partner in crime yaitu Ajie Hatadji, menjelajah Medan dan sekitarnya untuk buku "Travelicious Medan: Jalan Hemat, Jajan Nikmat" terbitan B-First (Bentang Pustaka). Garis besar isi buku seperti yang saya sharing di twitter adalah sebagai berikut:

Jadi nih, kalau mau ke Medan memang paling enak naik pesawat. Asumsi dari Jakarta ya supaya gampang. Kalau dari Jawa ke Medan melalui jalur darat, bisa berasap pantat kita. Berapa sih kisaran harga tiket pesawat Jakarta-Medan? Saat bikin tulisan ini, saya sempat cek kisaran tiket pesawat hingga dua bulan ke depan. Rata-rata stabil di angka Rp 500.000-an, one way. Ada satu dua yang nyempil di angka Rp 160.000 atau Rp 200.000 (tiket promo). Nah, kalau rajin mengulik, sebenarnya itu harga yang cukup lumayanlah. Saya dan Ajie saja dapat tiket one way masing-masing Rp 700.000-an :(. Saat tulisan ini dibuat, ada juga lho promo dari Mandala Air yang sekarang bergabung dengan Tiger Airways, Jakarta - Medan Rp 370.000. Pulangnya? Medan - Jakarta dengan Mandala Air hanya Rp 250.000-an. Ingat, ini hanya gambaran saja, karena siapa juga yang bisa memastikan harga tiket pesawat coba?

Ornamen di Kuil Shri Mariamman, Kampung Madras-Medan
Nah, sudah tahu kisaran harga tiket ke Medan, sekarang kita ngomongin soal transportasi untuk city tour di Medan. Pilihan saya jatuh pada becak motor (Betor) yang bisa membawa kita kemana saja di lingkup kota, mulai Rp 7.000 untuk jarak terdekat. Harga juga tergantung kemampuan Anda dalam menawar. Harga yang lebih pasti sih Angkot. Mulai Rp 2.000 untuk jarak dekat dan sekitar Rp 4.000-an untuk jarak jauh.

Bagaimana dengan penginapan? Saya sarankan Anda menuju ke kawasan Mesjid Raya. Di belakang Mesjid Raya, ada banyak hotel murah (dan katanya syariah), selain juga losmen dan hostel buat backpackers. Harga di kisaran Rp 50.000 per malam. Pilihan lain, Anda bisa ikut gaya saya dan Ajie dengan mencari kos. Dan kebetulan sekali kami mendapatkan kos di sekitar Mesjid Raya, namanya Kos Deli, Rp 70.000/malam, kamar luas, kamar mandi dalam, AC kenceng, TV gede, dan kasur empuuuuksss. Sejauh ini, itu salah satu pencapaian terbaik saya dalam mendapatkan kamar murah dengan fasilitas to the maks.

Bagaimana dengan makan? Makanan bagi saya relatif lebih mahal ya. Tetapi kalau nanya langsung ke orang Medan, mungkin mereka akan menyangkal dan mungkin mereka tahu cara mencari makan yang murah. Di depan kos saya saja, sekali makan dengan menu nasi + sambal teri kacang + telur + es teh sudah hampir Rp 25.000 lho. Ada juga sih rumah makan Padang serba Rp 6.000. Tetapi saya sepertinya tetap mengeluarkan duit lebih dari itu deh. Hehehehe. Intinya sih, makan sediain mulai Rp 15.000 ke atas deh sekali makannya.
Sekarang langsung ke destinasi yang bisa kita kunjungi. Kenapa saya memilih lokasi penginapan di sekitar Mesjid Raya? Selain karena memang banyak penginapan yang terkonsentrasi di sini, mau kemana-mana juga gampang. Ke Mesjid Raya juga cuma sepelemparan kolor. Ke ikon-nya Kota Medan, yaitu Istana Maimun juga cuma sepeminuman teh huehehehe. Oya, di depan Mesjid Raya ini juga ada Taman Deli. Lokasi ini dari Bandara juga gak terlalu jauh. Malam hari saat kami tiba, berdua naik Betor dari Bandara ke lokasi ini cuma Rp 25.000 di saat taksi meminta Rp 65.000. Kata orang, sebenarnya kalau mau nawar lagi, Betor juga mau kok dibayar Rp 20.000 :).

Highlights saya di Medan ini nih daftarnya:
a. Mesjid Raya: saya suka sekali mesjid ini. Dari luar mungkin tidak terlalu istimewa bangunannya. Tetapi interior dalamnya bagus, dengan perpaduan interior gaya India, Timur Tengah dan Spanyol. 
b. Istana Maimun: jalan kaki tidak seberapa jauh (kelihatan dari depan mesjid), kita bisa menuju ke Istana Maimun. Ini ikon-nya Kota Medan. Merupakan Istana Sultan Deli yang pembangunannya selesai tahun 1888.
c. Umat Kristiani, sempatkanlah ke Gereja Grha Maria Annai Velangkanni yang memiliki arsitektur bagus. 
d. Kuil Shri Mariamman adalah kuil kecil yang indah di tengah Kampung Madras, yang merupakan kampung yang warganya didominasi keturunan India.
e. Tjong A Fie Mansion. Salah satu bangunan atau rumah gaya China terbaik yang pernah saya lihat. Di sinilah dulu jutawan Medan keturunan China yaitu Tjong A Fie tinggal.
f. Taman Buaya: ini juga yang terbaik menurut saya. Karena di sini kita bisa melihat langsung penangkaran buaya terbesar di Asia, konon di dunia, dengan jumlah buaya ribuan. Ngerinya, ada rawa khusus yang dipagari besi, yang di dalamnya penuh buaya waaaa....kisah tentang taman ini bisa dibaca di tulisan khusus di kolom Jelajah Negeri.

Kuliner:
Bagi saya, Medan itu surga kuliner. Paling membuat saya penasaran adalah Pancake Durian. Dan saat ke sana, saya terpuaskan. Saya bisa menjajal dua versi sekaligus, yaitu versi yang mahal Rp 25.000 per potong di Nelayan Resto, Sun Plaza, dan versi murah Rp 7.500 di Durian House. Saya juga mencoba pie durian, tapi sayang tidak sempat mencicipi Dodol Durian. Pancake Durian tidak terlalu pas buat oleh-oleh karena bila berada di luar freezer, hanya tahan 7-8 jam. Kalau kena pesawat delay, bisa berabe hehehe. Yang paling pas adalah Bolu Meranti, yang bisa didapatkan mudah di toko resminya di Jl Sisingamangaraja tak jauh dari Mesjid Raya (terbukti lagi, lokasi menginap saya strategis).
Itu snack-nya. Bagaimana dengan makanan berat?  Kalau mau sekadar membuktikan "kehebohan" orang akan rumah makan legendaris "Tip Top" silakan ke kawasan Kesawan. Tetapi memang harganya relatif lebih mahal. Di sini yang terkenal es krim-nya. Tempatnya asyik buat nongkrong, tapi kalau untuk makan besar kurang bagi saya. 
Tempat makan lainnya, mampirlah ke pusat kuliner Pagaruyung setelah Maghrib. Lokasinya tak jauh dari Kuil Shri Mariamman. Di sini aneka makanan India ada. Tetapi yang mencuri perhatian saya adalah kwetiau Akuang, yang sudah eksis sejak 1958. Ini kwetiaw halal, dan rasanya lezaaaat. Kwetiau lain yang lezat bisa didapatkan di Nelayan Resto yang tentunya lebih mahal.
Pusat penjualan ulos di Pajak Central, Medan.
Oya, jangan lupa mampir ke Sate Padang Bata dan Es Krim Apo. Kenapa namanya Bata? karena lokasinya berada di samping toko sepatu Bata, di kawasan Kesawan, tak jauh dari Tip Top. Lumayan mengenyangkan untuk satenya. Sementara Es Krim-nya sedikit beda, karena ini campuran es krim dengan soda. Jangan lupa juga mencicipi Soto Sinar Pagi di Jalan Sei Deli. Ini soto bukan sembarang soto, karena yang beli berjubel. Sudah tersohor. Yang paling mencuri perhatian adalah pelayanannya yang super cepat. Jangan lupa juga untuk mampir ke Mie Aceh Titi Bobrok yang ada di Jl Setia Budi.
Sebenarnya masih banyak sih, ada TST alias Teh Susu Telur yang berada di Jl Puri. Di sini banyak sekali warung TST yang ramai dengan pengunjung. Karena saya tidak minum susu (apalagi ditambah telur mentah), tugas mencicipi saya serahkan kepada Ajie :). Ada juga kuliner wajir, dengan minuman terong Belandanya yang maknyuss. Jangan lupa juga mencoba rujak di Taman Deli yang segar. 
Oleh-oleh: kalau mau cari souvenir, silakan ke Pajak Central atau Pusat Pasar. Di sini kita bisa belanja souvenir dan ulos. Untuk ulos, harga mulai dari Rp 15.000 per lembar untuk yang murah, hingga jutaan untuk yang berbahan bagus.

Nah, sudah siap menghajar Medan? tunggu apa lagi!. Untuk detail travel journal saya dan Ajie selama di Medan, silakan baca "Travelicious Medan: Jalan Hemat, Jajan Nikmat".

cheers,

A

5 comments:

Onie said...

mantab bang! ajak ajak kite ye :p

Hotel Golden Eleven Medan said...

Penawaran tarif hotel murah terbaik di medan visit:

Turis Cantik said...

pancake durian di resto nelayan emang juara, yang nggak enak cuman harganya aja hehehe

hotel murah di jakarta said...

wah memang kalau lagi travelling biar ngirit hotel murah memang solusinya..

elisa said...

Selamat Pagi...
Mau ke Danau Toba...
Mau ke Berastagi..
atau hanya jalan jalan di Medan..
Butuh sewa mobil di Medan..
Yuk hubungi ke Medan Star Rent Car
Murah...
Mulai dari Rp. 350.000/hari.
bisa hubungi ke 085262831660/085297000264
atau buka webnya untuk info lebih lanjut.
klik http://medanstarrentacar.com/