Wednesday, January 29, 2014

Serunya Jalan ke Amphawa Floating Market (Thailand)

Dear Journer,

Jalan-jalan kita kali ini ke Amphawa Floating Market. Bersama dengan sepuluh teman lain dari berbagai negara, saya menikmati keseruan sisi lain Thailand di Amphawa Floating Market. Oya, kebetulan teman-teman baru saya ini adalah anak-anak Couchsurfing dari berbagai negara. Kami nggak kenal satu sama lain, hanya waktu di Bangkok saya iseng buka postingan di group Bangkok, ada anak yang ngajak jalan bareng ke Amphawa Floating Market. Lalu akhirnya terkumpullah sebelas orang, mulai dari Amrik, Guatemala, Thailand, Taiwan, Spanyol, Belgia, Italia, Fillipina, dan saya perwakilan dari Indonesia :).
Meeting point-nya di seberang Hotel Asia, Bangkok. Amphawa menjadi pilihan kami karena kami pikir Amphawa tidak akan seramai Damnoen Saduak Floating Market yang memang lebih dulu terkenal (dan asumsi kami keliru).  Kami pikir juga, Amphawa lebih terjaga keasliannya, serta tak kalah menarik dibanding Damnoen Saduak.

Kami naik bus kota menuju Southern Bus Terminal dengan tarif 18 Bath, waktu itu sekitar Rp 5.000,-. Tiba di Southern Bus Terminal, kami menunggu beberapa saat sebelum masuk bus ke Amphawa dengan tiket 70 Baht (Rp 19.600). Ini adalah bus AC, meskipun kondisinya tidak mewah dengan AC tua. Tetapi lumayanlah, mengingat tiketnya juga tidak mahal. 

Amphawa Floating Market berada di Provinsi Samut Songkhram, sekitar satu hingga satu setengah jam perjalanan dari Bangkok. Sama dengan Damonoen Saduak, ini adalah floating market dengan banyak penjual makanan, warung apung, penjual buah, hingga penjual souvenir. Banyak atraksi menarik, selain kita juga bisa berkeliling ke spot-spot menarik di sepanjang tepi sungai dengan perahu sewaan.

Pasar ini istimewa karena ini adalah pasar yang telah ada sejak 50 tahun yang lalu, dan pernah menjadi salah satu pasar komersial utama di sepanjang Sungai Mae Klong. Amphawa adalah salah satu kabupaten yang kaya dan makmur daerahnya. Tempat ini adalah tempat kelahiran Raja Rama II.





Berbeda dengan Damnoen Saduak, pasar apung ini hanya buka tiga hari, yaitu Jumat, Sabtu dan Minggu. Bila pagi masih relatif sepi dan geliat warga baru akan terasa setelah pukul 12.00. Jalan-jalan ke Amphawa akan makan waktu sehari penuh. Menarik sekali mengamati bagaimana penduduk setempat, dari laki-laki muda hingga perempuan tua, berdayung sampan sendirian dengan beberapa barang dagangannya. Banyak di antaranya yang terlihat memasak di atas perahunya. Memang inilah yang menjadi atraksi utama. Jadi di kedua sisi Sungai Mae Klong ini terdapat toko-toko souvenir hingga rumah makan. Beberapa kursi kayu ditata, di sinilah kita bisa duduk untuk makan. Kita order makanan kepada penjual yang ada di atas perahu. Lalu dengan tangkas mereka bergerak memasak, sedang di sisi lain selalu menjaga keseimbangan agar posisi perahu mereka stabil.

Lampu blitz berkilat dari berbagai sudut memotret aksi mereka. Seafood menjadi andalan para pedagang makanan ini. Sementara Thai Food macam pad thai dan  salad papaya  juga tersedia. Saya memesan nasi goreng udag seharga 25 Baht (Rp 7.000). Rasanya? Ya begitulah :).

Puas makan, kami jalan berkeliling ke sisi sungai satu menuju sisi lain yang dihubungkan dengan jembatan batu. Menarik melihat apa yang mereka jual. Dari jus aneka rasa buah seharga 10 Baht (Rp 2.800), hingga mainan anak-anak kuno dari kaleng. Dari aneka snack khas Thailand, hingga poster iklan jadul. Oh iya, jangan lupa membeli kaus-kaus bertuliskan Amphawa berbagai model. Saya beli satu kaos seharga 99 Baht (Rp 27.720). Di Amphawa kita juga bisa berkeliling dengan menggunakan perahu sewaan. 

Saat senja tiba, kami bersiap kembali ke Bangkok. Tetapi saya heran, justru semakin gelap, pengunjung semakin banyak. Usut punya usut, ternyata Amphawa memang sangat ramai kalau malam. Rahasianya? bila malam tiba, kunang-kunang berterbangan di sekitar sungai, menjadi pemandangan yang menarik perhatian para wisatawan. So, journer...kalau kamu ke Thailand dan pengen sesuatu yang beda, berkunjunglah ke Amphawa Floating Market. Murah meriah dan seru :)

Cheers,

Ariy

Monday, January 27, 2014

Berburu Batik Madura

Dear Journer, 

Berbicara tentang batik di Indonesia memang tidak ada habisnya. Bahkan bila benar-benar diteliti, setiap daerah di Indonesia nyaris memiliki batik lokalan, yang tak kalah dengan batik-batik terkenal dari Solo, Yogya, Pekalongan, maupun Cirebon. Sejak tren batik masuk ke kalangan generasi muda, dengan berbagai modifikasinya, termasuk kewajiban menggunakannya di institusi pendidikan, instansi pemerintahan maupun kantor swasta, orang mulai berburu aneka batik yang kira-kira bisa mewakili selera mereka maupun karakter mereka saat dipakai sebagai baju.

Nah, kali ini saya akan ajak Anda untuk berburu Batik Madura. Batik Madura terdapat secara merata baik di Bangkalan, Sampang, Pamekasan, maupun Sumenep. Tetapi kali ini akan saya ajak Anda untuk menuju ke Pamekasan karena di sini relatif lebih bergairah industri batiknya. Pamekasan juga sudah berani mem-branding-kan dirinya sebagai Kota Batik. Memang belum bisa dibandingkan dengan "kemeriahan" industri batik di Solo atau Yogya misalnya. Tetapi saya pikir, mereka sudah mulai memiliki arah yang sama dengan dua kota ini, untuk memperkenalkan batik asli Madura. 





Bagi saya, Batik Madura lebih menarik daripada batik lain. Mungkin karena saya mewakili selera muda, dan Batik Madura tampil dengan berani main warna. Berbeda dengan batik asli Solo dan Yogya yang lebih suka main warna tanah dan kalem. Batik Madura tak takut bermain di warna kuning terang, biru, merah genjreng, sampai hijau mencolok. Ciri lainnya, motif dasarnya detail dan rapat, ditingkahi dengan motif lain yang besar misalnya motif bunga atau dedaunan. Saya suka dengan motif serat kayu dengan ornamen motif bunga-bunga yang besar di atasnya. Ada juga motif Sekar Jagad, Fajar Menyingsing, dan sebagainya.


Lalu di mana kita bisa mendapatkan batik-batik Madura dengan harga grosir?
  • Pasar 17 Agustus: ini adalah pusat grosir batik di Pamekasan. Batik di Pamekasan ada yang mulai dibuka dengan harga Rp 25.000 per lembar batik dengan panjang sekitar 2 meter, ratusan ribu, hingga jutaan. Semua tergantung dari jenis bahan kainnya serta apakah batik tulis atau batik cap. Batik tulis yang Rp 25.000 pun ada lho. 
  • Di luar Pasar 17 Agustus: Anda bisa menemukan beberapa show room di beberapa sudut jalan utama Pamekasan. Misalnya Batik Tulis Madura An-Nur yang berada di jalur utama Sampang ke Pamekasan. Menurut pemiliknya, memang dari sisi bisnis, batik Madura masih butuh promosi lebih. Jauh kalah dibanding kota lain di Jawa. Tetapi mereka optimistis akan kelangsungan industri Batik Madura. Oya, kalau mau berkunjung ke  show room An-Nur silakan meluncur ke Jl Raya Panglegur No 49, Pamekasan. Telponnya (semoga masih aktif) : 081803006794.
Oke, selamat berburu Batik Madura yak :)

Cheers,

Ariy

Sunday, January 26, 2014

Icip-icip Gudeg Pawon Yogya

Dear Journer,

Kalau nyebut Yogya (atau Jogja terserah) pasti keingetnya Gudeg, masakan berbahan utama buah nangka muda ini. Di kota ini emang banyak versi gudeg dan tentu saja kalau nanya orang Jogja akan mendapatkan jawaban tergantung selera. Seringnya saya ke Jogja membuat saya tertarik untuk mencoba beberapa "versi" gudeg. Salah satu yang sering disebut teman saya yang asli Jogja adalah Gudeg Pawon. Nah, kali ini saya akan ajak Anda mencicipi Gudeg Pawon.

Dianter Bayu (thanks Bay !) udah mau jam 12 malam saya menuju ke Jl Janturan No 36-38, di daerah Warungboto, Umbulharjo, Yogyakarta. Jangan tanya arah ke saya ya, karena saya nggak ngerti sama sekali dan pasrah sama Bayu :). 

Lokasinya agak masuk ke jalan (gak gede tapi bukan gang), lalu masuk ke gang dikit, di sebuah rumah. Konon kalau sudah sampai Janturan, kita nanya orang aja juga udah bakal tau di mana Gudeg Pawon berada. 

Nah, begitu sampai di depan sebuah rumah, kita langsung masuk ke dalam...lho kok saya langsung masuk ke dapur. Ternyata inilah keistimewaannya, jadi kita akan makan di dapur pemiliknya. Ada meja (gak banyak sih) yang bisa dipakai buat makan tepat di sebelah yang masak. Inilah kenapa kemudian gudeg ini terkenal sebagai Gudeg Pawon (=dapur). Waktu itu bukanya larut banget, jam 23.30 WIB. 

Saat saya sampai di sana udah penuh orang. Setelah memesan, baru ketahuan kalau daging ayamnya udah habis. Yaelah...baru buka saja sudah habis.Waktu itu saya dan Bayu hanya kebagian gudeg dengan jerohan ayam atau dengan telur. Akhirnya dua itu yang kami pesan.

Gudeg Pawon jenisnya bukan gudeg kering, ada kuahnya meski nggak banyak. Bicara enak atau tidak tentu sangat selera ya. Secara rasa, saya suka Gudeg Pawon ini, yang tidak terlalu manis. Tetapi secara umum, saya suka gudeg yang kering tanpa kuah. 







Sayangnya, gudeg yang kering biasanya terlalu manis buat lidah saya. Lalu bagaimana dengan harga? Kalau soal harga, menurut saya sih standar deh, nggak mahal banget, tapi juga nggak murah. Dengan uang Rp 20.000 cukuplah buat memesan nasi gudeng dengan lauknya (telur atau ayam). 

Nah, kalau Anda pecinta gudeg, setidaknya Anda harus memasukkan Gudeg Pawon dalam list Anda. Kalau pun bukan selera Anda, setidaknya kehadirannya membawa warna baru dalam kancah pergudegan di Jogja *aseeem...ane ngemeng apaan sih ini hihihi*

Selamat mencicipi yak :)

Ariy

Nikmatnya Selat (Kuliner Kota Solo)


Dear Journer,

Malam saya posting ini, lagi dingin-dinginnya. Dingin yang membuat perut saya tiba-tiba lapeerr...lalu keingetlah sama makanan yang satu ini. Yuks mari kita makan-makan.
Oke, kali ini kita akan menikmati Selat Solo. Udah pernah denger? atau malah udah pernah mencicipi? Kalau belum, yuk mari kita kupas tuntas....

Selat Solo konon adalah makanan hasil modifikasi lidah bule yang disesuaikan dengan lidah orang Jawa. Makanan ini terkesan mewah (dan emang jaman saya kecil dulu, Selat jadi salah satu makanan mewah karena harganya yang relatif mahal). Dari komposisi dulu, makanan ini bahannya adalah daun selada, acar mentimun, wortel, kacang buncis, tomat segar, kentang (baik rebus maupun goreng dipakai semua), daging sapi (atau kadang diganti galantin-yaitu daging cincang yang dicampur bahan roti). Kuahnya cokelat seperti semur, serta ditambah telur pindang dan mayones.

Rasa gurih manisnya didapat dari kuah kaldu yang pekat itu. Kemudian bercampur dengan rasa segar dari acar mentimun dan sayuran segarnya. Maka tak heran kalau banyak juga yang menyebut ini sebagai Selat Segar. Karbohidrat yang bikin kenyang bisa kita dapatkan dari kentang rebus yang dipotong dadu dan kenyang goreng yang diiris tipis-tipis memberikan efek crunchy. Tapi tidak semua versi ada kentang gorengnya sih (kayak digambar itu nggak ada). 

minumnya es gula asem :)
Kalau cerita Ibu saya, dulu Selat hanya dikonsumsi orang kaya atau setidaknya pas ada hajatan sebagai pengganti nasi. Priyayi-priyayi Jawa mengadopsi ini dari masakah Belanda saat pengaruh kolonial masuk ke Indonesia di masa penjajahan. Lalu dengan sedikit penyesuaian dimodifikasi dan disesuaikan lidah Jawa.

Di manakah kita bisa mendapatkan Selat di Solo? :

a. Selat Bambang: langganan saya sejak dulu. Berada di utara Taman Sriwedari. Barat Pengadilan Negeri Surakarta ada jalan, samping jalan ada gang, masuk aja. Ada tulisannya Selat Bambang (belakang Resto Obonk persis).

b. Selat Vien: ini termasuk pendatang baru yang cukup laris. Sebenarnya nggak baru-baru amat sih. Dulu sebelum terkenal, saya sering makan di sini, sebuah kios kecil dan sempit di Jl Hasanuddin. Lalu tiba-tiba sekarang menjadi besar dan menyewa lokasi bagus di sebelah barat kios lama, tepatnya di Jl Hasanuddin no 115. Cukup dekat dari Stasiun Balapan (ke arah barat, naik becak paling Rp 5000).

c. Selat di RM Kusuma Sari: ini rumah makan yang tergolong legend di Solo. Lokasinya di Jl Yos Sudarso, berada di sekitar perempatan Nonongan. Ada dua dan berdekatan.

d. Selat Mbak Lies : baru juga enggak, tapi lawas banget juga nggak. Berada di Jl Yudistira No 2, Serengan. Dekat rumah saya hihihi. Masuk gang, dan memang kalau bagi pendatang agak susah sih menemukannya. 

e. Selat RM Es Masuk: dulu berada di Jl Yos Sudarso, tetapi sekarang pindah di Kampung Gajahan (barat Alun-alun Kidul)

Nah, yang khusus menjual Selat semacam Selat Bambang, Vien, Mbak Lies, biasanya juga punya spesialisasi lain yaitu jual gado-gado. Kadang ada juga menu yang khas yaitu sup matahari, etc. Minumannya paling segar adalah es gula asem atau es beras kencur....wuiih....slrrppp. Harganya sih nggak mahal kok sekarang ini, more less  Rp 10.000, naik turunlah :). Udah ngiler? Mongggo mampir ke Solo :)

Cheers,

Ariy

Saturday, January 25, 2014

Melacak Jejak Hanzel & Gretel di Museum Batik Danar Hadi Solo

Dear Journer, 

Mungkin dari kalian pernah dengar cerita tentang Hanzel and Gretel? Dongeng asal Jerman ini sudah mendunia, selain buku, juga sudah divisualisasikan dalam film layar lebar. Terbit tahun 1812, Dongeng ini memikat hati anak-anak dunia karena kisah sedih dua saudara yang berakhir bahagia. 

Sedikit flashback, ini adalah kisah kakak adik yang ditinggal mati ibunya, lalu harus tinggal dengan ayahnya yang seorang tukang kayu serta ibu tirinya yang jahat. Saat kemarau panjang menerpa, kehidupan semakin berat. Untuk makan saja susah. Si ibu tiri berinisiatif membuang Hanzel and Gretel ke dalam hutan. Percobaan "membuang" anak ini baru berhasil pada aksi kedua. Cerita kemudian fokus pada petualangan dua anak itu di dalam hutan, hingga bertemu penyihir kanibal. Kisah berakhir bahagia, saat kedua anak itu berhasil melarikan diri dari penyihir kanibal, mendapatkan harta karun, yang kemudian dituntun oleh roh ibu kandung yang menyaru menjadi angsa untuk kembali ke rumah bertemu ayah tercinta.

Berkembang di Eropa, cerita ini tentu juga menyatu dalam kehidupan masyarakat Belanda yang sempat menjajah Indonesia. Lalu Belanda masuk ke Indonesia, tinggal bersama pribumi, bahkan banyak di antaranya belajar membatik. Dari sinilah kemudian cerita Hanzel and Gretel tertuang di dalam kain-kain batik. Saya menemukan kain-kain batik ini di Museum Batik Danar Hadi, Solo, masuk dalam koleksi batik periode 1840-1910, yang pembuatnya merupakan perempuan-perempuan Indo-Belanda. Warna-warna batiknya pun lebih cerah dengan berbagai variasi warna, mulai cokelat, biru, merah dan warna-warna lainnya. Motifnya mulai dari motif buketan (kembang-kembang), hingga motif tematik, termasuk cerita Hanzel & Gretel tadi. Kita bisa mengikuti alur cerita berdasarkan gambar yang tertuang dalam kain. Selain Hansel & Gretel, kita juga bisa menemukan batik dengan motif Snow White Sleeping Beauty, hingga cerita dari negeri China.


Bagi saya, Museum Batik Danar Hadi tidak membosankan. Berdiri indah di sebuah kompleks bangunan bergaya Jawa Kolonial berhalaman luas yaitu Dalem Wuryaningratan, museum ini dimiliki oleh pengusaha batik yaitu Santosa Doellah. Dialah pemilik brand batik Danar Hadi yang banyak memiliki cabang di kota-kota besar di Indonesia. Di museum ini kita juga bisa menemukan batik-batik dari Keraton Kasunanan Surakarta, Mangunegaran, Kasultanan Yogyakarta, Paku Alaman, dengan berbagai motif. Mulai batik mahal untuk kalangan raja-priyayi, hingga batik untuk abdi dalem. Mulai motif batik untuk melamar, pernikahan, hingga pemakaman. Termasuk di dalamnya terdapat koleksi batik yang terpengaruh budaya India dan China. Dari lokal, kita bisa menikmati batik Pekalongan, Madura, Lasem, Banyumas, Ciamis, Cirebon, Garut, Tulungagung, Kudus, selain tentu saja batik Surakarta dan Yogyakarta. 

Selain terdapat show room di bagian depan, Anda juga bisa melihat langsung proses produksi batik tulis di bagian belakang museum. Kita bisa melihat proses pembuatan batik, mulai harga Rp 300.000 hingga jutaaan. Kalau kemahalan, kita bisa beli souvenir berbahan batik, misalnya gantungan kunci, dengan hanya Rp 10.000-an saja. 

Menikmati Museum Batik Danar Hadi seakan waktu berjalan cepat. Karena dari setiap lembar kain ini seperti memiliki cerita unik untuk dikulik. Jangan khawatir, ada guide yang akan menjelaskan semua tentang koleksi-koleksi di sini. Harga tiket masuknya kalau dulu sih masih Rp 25.000, cek lagi mungkin sudah naik ya. Pokoknya, kalau ke Solo, rugi deh kalau nggak datang ke sini. Memang tiketnya bagi kalangan budget traveler rada mahal ya...tapi bagi saya sendiri, sangat worth it dengan pengetahuan yang saya dapatkan dari berkunjung ke sana.



Transportasi:
Dari Stasiun Purwosari silakan naik BST (busway) dari halte depan stasiun, lalu turun di halte Hotel Novotel (Ngapeman) persis di depan museum. Dari Stasiun Balapan naik becak aja, sekitar Rp 10.000-an ke Museum. 
PS: di bagian koleksi museum, dilarang memfoto. Jadi kamera hanya berguna saat di showroom dan rumah produksi batik di bagian belakang.
Selamat jalan-jalan :)

Ariy


Monday, January 13, 2014

Nonton Oyot Godhong Cabaret Show di Jogja

Dear Journer,

Kali ini saya akan ajak Anda untuk me-review pertunjukan cabaret di Mirota Batik, Malioboro, Jogja. Emang ada? Lho? belum tahu? Baiklah. Mungkin di antara Anda ada yang belum tahu kalau di Jogja ada pertunjukan cabaret. Macam di Thailand begitulah. Pertunjukan yang dilakukan di tengah musik keras, lampu warna-warni, spot light, di tengah atmosfir remang-remang, yang disajikan oleh mayoritas pemain laki-laki (karena saya curiga ada ceweknya satu), termasuk yang berperan menjadi perempuannya pun laki-laki. 

Gara-gara nonton ini, saya pun penasaran pengen mengulik sejarah cabaret itu sebenarnya seperti apa sih? Biar Anda tidak perlu membuka wikipedia, maka saya rangkumkan saja ya :). Jadi sebenarnya, cabaret adalah pertunjukan yang menyajikan musik, komedi, tari, drama dan aspek lainnya. Kata cabaret konon mulai muncul dan dipakai 1655, sementara tahun 1912 kata ini muncul sebagai representasi dari restaurant atau night club. Jadi memang penyajian cabaret biasanya dilakukan di sebuah panggung khusus di restaurant, pub, atau night club. Pengunjungnya menikmati pertunjukan dengan duduk sambil makan, minum dan bergaul. Sementara soal content cabaret sendiri berbeda-beda. Dalam rentang sejarah eksistensinya, cabaret muncul dengan beraneka muatan di berbagai negara. Misalnya di Belanda, Jerman, mereka memasukkan content political satire, kemudian di Amerika Serikat memasukkan juga format stand-up comedy, sedangkan di Perancis yang memiliki sejarah cabaret tertua biasanya melakukan penampilan dengan jumlah penari yang besar (jadi inget film-film India). Intinya semacam itu ya. Dan kebanyakan pertunjukan cabaret semacam ini juga memiliki plot cerita yang jelas. Contoh paling gampang adalah The Moulin Rouge. 

Tiket masuk model sticker
Bagaimana dengan cabaret di Jogja? Secara gampangnya saya menyebutnya sebagai pertunjukan nyanyi lip-sync aja sih, nggak ada plotnya juga. Sebelum ke content, saya mau cerita dulu lokasinya. Jadi cabaret show di Mirota Batik ini digelar di lantai 3 Mirota Batik, Malioboro, Jogja (seberang Pasar Beringharjo). Di lantai atas itu terdapat semacam restaurant yang bernama Oyot Godhong. Pertunjukan digelar setiap pukul 19.00 WIB, hari Jumat dan Sabtu, dengan durasi sekitar 1,5 jam. Harga tiket, untuk VIP Rp 30.000, sementara yang biasa Rp 20.000, termasuk ada juga tiket berdiri (karena tempatnya tidak begitu luas). Sementara soal makanan dan minuman, harganya berkisar antara Rp 15.000 - Rp 30.000. Tapi percaya deh, tidak akan nyaman buat order makan sambil menikmati pertunjukan cabaret-nya. Meski di VIP sekalipun? Iya. Jangan berpikir VIP itu adalah lokasi steril bagi orang selain Anda, karena bukan tidak mungkin akan ada beberapa penonton yang nimbrung di tempat duduk Anda. Ini mereka yang nggak dapat tempat, atau kalaupun dapat tempat, posisinya kurang enak buat nonton :).

Sekarang soal pertunjukannya. Seperti sempat saya singgung tadi, ini hanya semacam pertunjukan lip-sync.  Tokoh yang tampil hanya mensinkronkan antara bibir dengan lagu yang diputer, kemudian menari dengan gerakan erotis (tidak sepanjang pertunjukan, tapi mayoritas erotis). Ada juga pertunjukan tari Jawa nan lembut dan mendayu-dayu yang menjadi pembuka show, lalu di-twist dengan sebuah pertunjukan tunggal seorang penyanyi (atau dancer ?) dengan pakaian seronok (meski pakai stocking). Penyanyi cewek yang aslinya cowok ini muncul dengan tarian erotisnya. Memberikan perbedaan mencolok dari pertunjukan pembuka yang memang bikin ngantuk. Penonton pun bersorak, ngakak, tepuk tangan.

         Agnes Monica KW-dua                                          Foto: Yus Mei Sawitri

Secara bergantian mereka meniru penyanyi-penyanyi terkenal dengan gaya khasnya. Antara lain Agnes Monica, Anggun, Beyonce, sampai Trio Macan. Goyang oplosan yang lagi happening pun tak luput dari sajian mereka. Heboh, karena di sela nyanyi dan goyangan, mereka menyelipkan gerakan-gerakan erotis nan saru (meski sekali lagi mereka pakai stocking, iya warna kulit hihihi). 

Anggun KW-Super                       foto: Yus Mei Sawitri
 
Dance cowok-cowok super kemayu                      Foto: Yus Mei Sawitri
Setelah beberapa penampilan, agak mulai membosankan sih. Sampai kemudian mereka bikin gimmick-gimmick semacam masuk ke lokasi tempat duduk penonton, duduk di meja penonton, pethakilan memanjat balkon di tempat duduk penonton, yang disambut jejeritan para penonton. Lagu-lagu yang ditampilkan adalah lagu-lagu top 40, lagu dangdhut, sampai lagu melayu. Pertunjukan ditutup dengan penampilan semua pelakon.

Closing Performance                                                Foto: Yus Mei Sawitri
Jadi apa yang menarik dari cabaret show ini bagi saya? Well, bagi saya sekadar buat ber-haha-hihi sih oke ya. Lucu melihat tingkah para penampil malam itu yang hampir semuanya cowok kemayu-kemayu, yang beberapa di antaranya bahkan berotot. Selebihnya? saya hanya ingin mematikan rasa penasaran karena beberapa kali temen cerita tentang pertunjukan ini. Saya hanya tahu model begini di Thailand yang meniru cabaret asli di Perancis dengan konsep penampilan penari secara massal. Selebihnya, yang sama hanyalah para drag queen yang tampil. Secara konsep, pertujunjukan ini sederhana banget. Ya seperti yang sudah saya sebut tadi, hanya melihat orang lip-sync dan nari. Itu saja.

Tiket menurut saya juga relatif nggak mahal kok. Saya tahu mereka mempersiapkan penampilan dengan cukup matang, dengan lampu-lampu itu, kostum, efek-efek panggung, dan lain sebagainya. Dan itu bukanlah hal yang murah. Jadi soal tiket, saya tidak persoalkan. Tapi kalau untuk nonton lagi, sepertinya nggak deh. Hanya sekadar pernah nonton saja bolehlah. 

Point yang menurut saya menjadi menarik dari seluruh proyek milik Hamzah Hendro Sutikno yang merupakan pemilik Mirota Batik (correct me if I'm wrong), adalah pemberdayaan orang-orang muda. Saya agak kesulitan untuk memilih diksi pengganti "orang-orang muda" ini dengan misalnya "kaum gay" atau "para transgender" karena saya tidak tahu pasti apakah dalam kesehariannya mereka adalah gay dan transgender atau...mereka menjadi drag queen hanya saat berada di panggung. Tapi saya yakin mereka mencari uang dari pertunjukan ini. Di luar pertunjukan, dalam kesehariannya mereka memiliki status beragam. Ada yang bekerja biasa, ada juga yang mahasiswa (hasil nimbrung temen yang wawancara salah seorang penampil).

Jadi saran saya apa dong? Kalau ada kesempatan ke Jogja, tontonlah. Siapa tau memang Anda menyukai pertunjukan model cabaret ini. Kalau memang bukan selera Anda, setidaknya menambah wawasan Anda sebagai pejalan :).

Cheers,

Ariy

PS: Thanks to Yus Mei atas fotonya, dan Halim San udah dipinjem lengannya jadi model tiket :)

Friday, January 10, 2014

Travel Light (Tips Traveling Fun Minim Bawaan)

Dear Journer,

Barusan ada yang nanya di group FB : Backpacker Joglo Semar yang saya kelola. Inti pertanyaan adalah, kalau traveling dalam jangka waktu lama dan jauh, apa saja yang perlu dibawa, tentu biar enak travelingnya.

Ada istilah "Travel Light". Terjemahan bebasnya adalah to bring very few things with you when you go on a trip. Konsep ini yang perlu dipahami dulu, dan diputuskan apakah mau dijalankan atau tidak. Saya pribadi selalu mencoba seminim mungkin membawa barang-barang pas mau traveling. Keuntungannya, kalau ringan enak jalannya. Selain itu bisa menghemat tidak perlu bayar bagasi. 

Contoh foto di samping, saya ke China selama 18 hari hanya membawa tas segede itu. Dan saya tidak membutuhkan beli bagasi di pesawat, karena tas itu bisa masuk ke kabin. Kok bisa? Iya bisa. Karena memang saya meminimalkan apa-apa yang harus saya bawa. Padahal lagi, di sana lagi musim dingin lho, pasti kan butuh baju-baju tebal.

Nah di foto itu, saya menghemat ruang di tas dengan memakai kaos, sweater, dirangkap jaket. Jadi yang melekat di badan saya ada 5 lembar pakaian: satu celana dalem :), jeans, kaos, sweater dan jaket. Terus apa saja yang saya bawa sih?

Secara umum, biasanya kalau perjalanan lebih dari 10 hari, saya membawa beberapa barang ini:

1. Celana dalam lima. Kebanyakan enggak, terlalu sedikit juga enggak. Saya bukan tipikal orang yang pakai celana dalam set A-set B alias bolak-balik bhuahaha. Ngebayangin aja udah pengen garuk-garuk selangkangan karena gatal LOl. Jadi lima itu menurut saya cukup. Sekali ada kesempatan untuk nyuci di laundry, akan saya manfaatkan. Di lain waktu, kadang nggak nemu laundry atau memang nggak ada waktu nyuci, biasanya saya beli. Tetapi sebenarnya sudah ada solusinya sih, pakai aja disposable underwear. Di supermarket banyak kok, sekitar Rp 20.000 dapet beberapa gitu. Cuma saya belum pernah nyoba sih. Meskipun ngebayanginnya geli, tapi saya pikir itu solusi bagus, karena sekali pakai langsung buang. Jadi backpack tidak penuh celana dalam kotor.

2. Kaos lima biji. Biasanya saya bawa kaos lima, tergantung cuaca ya. Kalau lokasi traveling kita panas, saya biasa bawa kaos-kaos yang tipis dan katun yang menyerap keringat. Nggak usah banyak-banyak, asal cukup untuk ganti selama perjalanan. Biasanya juga, kalau traveling saya juga beli kaos khas...macam kaos "I Luv..." itu.

3. Celana pendek sebiji. Biasanya cuma buat di hotel atau penginapan doang. Pas mau tidur.

4. Celana panjang. Saya lebih sering jalan dengan celana jeans panjang daripada celana kargo yang tiga perempat. Cari aman saja, karena beberapa kali sempet salah kostum, pake celana kargo tiga perempat, eh ternyata nggak boleh masuk di lokasi tertentu.

5. Kemeja sebiji. Saya bawa kemeja juga lho. Sebiji doang sih. Ini sangat menolong saat di perjalanan ternyata kita harus masuk di sebuah acara yang formal.

6. Sandal jepit. Tidak pernah ketinggalan. Lihat saja foto di atas. Sudah jauh-jauh ke China, tetep aja pakai sendal jepit andalan.

7. Jaket. Tergantung cuaca ya. Kalau musim dingin bisa lebih dari satu. Tetapi kalau kondisi cuaca tropis normal saya pakai light jacket cuma untuk menahan angin malam saja. Biar nggak masuk angin di jalan.

8. Sepatu. Ini biasanya selang-seling penggunaanya dengan sendal. Jadi memang tidak terlalu memakan tempat di backpack.

9. Handuk kecil. Tidak semua hotel/penginapan menyediakan handuk. Apalagi hotel murah.


10. Perlengkapan pribadi/mandi.

11. Obat-obatan.

12. Dokumen pribadi.

Kalau dilihat, emang item-nya banyak ya, sampai 12. Tetapi kalau sudah di-packing akan sangat ringan. Bagaimana cara packing-nya? Soal pakaian dulu, saya biasanya setrika semua pakaian, biar kainnya kempes, alus, bisa dilipat ke dalam lipatan yang lebih kecil. Habis disetrika, celana dalam digulung aja. Celana dalam memang tidak terlalu memakan tempat. Berikutnya kaos juga digulung sampai kecil, rapi, setiap ujungnya dikareti dengan karet gelang biar gulungan tidak lepas. Hal sama juga bisa diterapkan untuk kemeja, celana pendek, dan baju lain. Ruang untuk baju di dalam backpack sudah jauh berkurang karena sepatu (sandal) kita pakai, jeans juga, demikian juga jaket.

Lalu untuk yang lain, kita bisa masukkan ke dalam beberapa folder bag. Apakah folder bag itu? ini
                               foto:www.jmdpacific.com
adalah tas kecil-kecil, semacam dompet sih, kayak gambar di samping ini. Beli aja di toko buku macam Gramedia atau Toga Mas. Harganya, yang murah antara Rp 5.000 - Rp 15.000. Nah, pilih beberapa warna berbeda untuk menyimpan: perlengkapan mandi, obat-obatan, yang terakhir dokumen pribadi (paspor/itinerary/copy id/dll).

Penggunaan folder bag ini selain membuat ringkas, rapi, juga memudahkan kita untuk mencarinya saat dibutuhkan. "Oh saya butuh obat-obatan, itu ada di bag merah" misalnya.

Nah, sesederhana itulah bawaan saya bila bepergian jauh dan lama. Barang-barang kebutuhan lain bisa saya dapatkan di lokasi tujuan. Oya, untuk traveler cewek, mungkin akan ada beberapa tambahan sesuai dengan kebutuhan cewek ya. Misalnya tambahan folder bag untuk tempat kosmetik :)).

Intinya sih gini: semakin banyak barang bawaan Anda selama traveling, semakin berat pula beban yang harus Anda sandang di punggung. Inget, hidup itu sudah berat, jangan lagi ditambahi backpack yang berat pulak :)

Semoga berguna, cheers...

Ariy

Thursday, January 9, 2014

Segarnya Ice Cream Uncle Singapore

Dear Journer,

Saya baru sadar banyak sekali materi perjalanan saya yang belum terdokumentasikan di blog ini. Saat muncul pertanyaan-pertanyaan dari pembaca, baru saya ngeh...ahh iya! Seperti misalnya saya sudah ke Singapore berkali-kali, ada mungkin lima kali, tetapi minim sekali cerita perjalanan ke Singapore di blog ini. Kebanyakan sih karena saya malas mencatat hal-hal detail penunjang tulisan, selain juga harus bongkar-bongkar file foto. Tetapi mulai 2014 ini, saya akan mulai nyicil satu persatu apa yang mungkin bisa saya bagi buat Anda.

satu-satunya foto...dan blur !! :)
Untuk kesempatan awal, saya akan cerita tentang es krim yang terkenal se-Singapore huehehe. Bukan es krim lezat di kedai keren, tapi es krim dari gerobak dorong yang tersebar di beberapa sudut kota di Singapore. Namanya "Ice Cream Uncle". Entah kenapa disebut es krim sang paman :), saya pun enggak pernah nanya meski punya teman orang asli Singapore, atau juga nggak mau repot-repot googling.

Tiga lokasi tempat saya beli Ice Cream Uncle ini adalah di sisi Singapore River dekat Cavenagh Bridge, salah satu jembatan tertua di tengah kota Singapore. Lokasi kedua adalah di belakang Bugis Street. Sedangkan lokasi ketiga adalah di area Merlion. Mungkin ada juga lokasi lain, tetapi saya belum nemu. Harganya standar, yaitu 1 SGD. Menurut saya tidak mahal, karena rasanya yummy dan seger banget.

Jadi potongan es krimnya dibelah dengan pisau, seukuran batu bata dibagi tiga, lalu dijepit dengan dua buah roti kering tipis (semacam biskuit). Ada aneka rasa, tinggal pilih saja, mulai durian, cokelat, strawberry, dan lain sebagainya.
Cara menyajikannya ya cuma dibungkus plastik dan langsung deh kita santap.Di tengah cuaca Singapore yang panas, es krim ini menjadi penambah semangat buat jalan-jalan karena kesegarannya (bahasanya lebay banget kayak iklan tipi hihii).

Sementara itu, penjualnya kebanyakan adalah orang jompo. Awalnya dulu saya pikir penjualnya setidaknya laki-laki meskipun sudah jompo. Tetapi kemudian saya menemukan juga penjual yang perempuan jompo. Lebih dari itu, baguslah mereka masih bisa produktif di usia yang sudah sepuh.


Soal rasa, saya tidak meragukan memang enak. Dengan bentuk batangan, teksturnya tetap lembut dengan rasa yang pas, tidak manis banget juga. Efek crunchy -nya kena pas kita menggigit lempeng biskuit penjepit es krimnya. Di gerobak-gerobak dorong ini, mereka juga menjual aneka minuman kaleng atau botol, baik dingin atau tidak. Jadi kalau ada kesempatan jalan ke Singapore, jangan lupa icip-icip "Ice Cream Uncle". Murah meriah, lezat, dan menyegarkan...criiiiing !!  :))

Cheers,

Ariy

Wednesday, January 8, 2014

Belajar dari Pearl River, Guangzhou

Provinsi Shandong - China                                    foto: Reuters/China Daily

Sungai Jianhe, Provinsi Henan-China                             foto: Reuters/China

Danau Chaohu, Provinsi Anhui - China                foto: Reuters/China Daily

China Utara                                                                   foto: Reuters / Stringer

Dear Journer,

Saya mengawali postingan ini dengan foto-foto pencemaran air yang cukup seram di wilayah China. Foto-foto bersumber dari Reuters itu menunjukkan betapa parahnya pencemaran air di China, yang sebagian besar diakibatkan oleh ulah manusia.

Beberapa kali saya lihat di televisi, bagaimana warga yang tinggal di sekitar Sungai Ciliwung melakukan aktivitas mandi, cuci, buang hajat, sikat gigi, hingga mencuci alat-alat makan di sungai tersebut. Saya juga melihat hal sama saat roadtrip dari Semarang arah Demak, di pinggir sungai itu, yang tentu saja kotor, warga melakukan aktivitas MCK juga. Hal sama saya dapati saat roadtrip di Madura.

Betapa sungai, di satu sisi menjadi tumpuan warga untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari, di sisi lain menjadi tempat membuang kotoran, aneka bentuk. Bukankah dengan demikian kita sedang meracuni diri kita sendiri?

Ada satu cerita menarik yang saya dapatkan saat jalan-jalan ke Guangzhou, China. Malam itu saya dengan dua orang teman (bule dan satunya penduduk lokal), menuju ke Pearl River. Sungai ini lumayan bersih, selain juga saat malam indah banget karena kita bisa melihat kapal-kapal bersih lampu warna-warni aneka bentuk tengah berlayar membawa para wisatawan. Memang Pearl River menjadi salah satu andalan wisata Guangzhou.


Lalu teman saya yang orang lokal Guangzhou bercerita, bagaimana menjaga sungai ini tetap bersih, sementara di kanan kiri sungai banyak pabrik, yang membuang limbahnya ke sungai. Ternyata pemerintah setempat setiap tahun mengadakan lomba renang. Ini lomba bukan sembarang lomba, karena pesertanya adalah para petinggi dan karyawan perusahaan yang berada di kanan kiri sungai. Tujuannya apa? supaya mereka berhenti meracuni diri mereka sendiri dengan mengolah limbah secara benar dan tidak membuang limbah beracun.

Saya mangut-mangut. Logikanya masuk juga. Jadi saat perusahaan-perusahaan itu tidak mengolah limbah sesuai standar yang ditentukan, atau malah yang parah membuang limbah beracun, maka para petinggi dan karyawan mereka yang ikut lomba akan teracuni. Nggak mau kan?Trik ini bagus, tetapi saya tidak yakin bisa diterapkan di Indonesia hihiihi.
  
Cheers :)
 
Ariy

Sunday, January 5, 2014

Kaos Fotografi, Mau ?

Dear Journer,

Buat kamu yang suka kaos dengan design berbau fotografi, ini saya ada koleksi kaos fotografi. Cocok buat mbolang, gaya, dan tentunya kelihatan cool karena warna hitamnya :). Kalau traveling pake kaos hitam tuh keuntungannya kalau kotor nggak terlalu keliatan. Paling cuma bau keringet aja kalau lama nggak diganti hohoho.

Berikut design-design yang tersedia:

a. Model  A: Arbain Rambey






b.Model B : "It's Good To Be Pro"

c. Model C:  "Camera Face"
d. Model D: "Photography is my life"

e.Model E: "Photographer United"


Keterangan:
1. Bahan katun combat 20S, sablon rubber mitsui Japan

2. Harga Rp 95.955 belum ongkos kirim.

3. Untuk Ukuran yang tersedia:
M = Lebar 50; Panjang 71.5
L = Lebar 53; Panjang 74
XL = Lebar 56 ; Panjang 76
XXL = Lebar 60 ; Panjang 80
XXXL = Lebar 64 ; Panjang 84
4 XL = Lebar 68 ; Panjang 88



4. Untuk ukuran tertentu, kena extra charge : :
XL = Rp. 5000
XXL = Rp 10.000
XXXL= Rp.15.000
4XL = Rp.20.000


5. Cara Pemesanan: 
Ketik : Model.../Nama/Alamat/ Ukuran 
Kirim ke 081 - 794 - 744 - 69
Contoh:  Model C / Ariyanto / Jl Sumatra No 63 Solo / XL

6. Setiap SMS akan mendapatkan konfirmasi berapa nominal pembayaran dan mekanisme transfernya lebih lanjut. 

Yang berminat monggo ya, bila kurang jelas, silakan email ke : bervakansi@gmail.com.


Matur nuwun,

Ariy