Sunday, September 27, 2015

Buku Baru : TNT Anthology 2 (Seri Horror)


Dear Journer,

Kabar gembira nih yang nunggu The Naked Traveler (TNT) Anthology-nya Trinity. Karena mulai akhir September ini sudah dibuka pre-order buku TNT Anthology 2, seri horor. Yohooo....dan lebih serunya, saya juga nyumbang tulisan di sono hihihihi....pokoknya cihuiiii banget :).

Sedikit ngulik tentang buku ini, sebenernya sudah dibahas saat masuk tahun 2015 kalau nggak salah. Saat itu saya ditawari sama penerbit Bentang Pustaka, mau nggak ikut berkontribusi di buku TNT Anthology 2 ? Langsung aja saya sambar "Mauuuukkkk..." selama temanya saya bisa memenuhi. Seneng banget ditawari lagi, setelah di TNT Anthology 1 saya juga ikut nyumbang tulisan.

Nah, untuk seri kali ini temanya horror. Awalnya saya bingung juga, selama saya traveling, yang bener-bener horror, dapet penampakan, ya belum pernah. Tetapi saya inget satu pengalaman saat di Semarang yang bikin merinding. Nah, cerita itulah yang saya sodorkan. Awalnya juga ragu, apakah tulisan itu bakal memenuhi syarat. Lalu ngobrol sama Trinity, dia menyemangati dan bilang konsep cerita saya bisa masuk. Ya sudah...kirim dah ke penerbit.

Proses pengerjaannya juga nggak mudah. Bolak-balik revisi. Saya bikin ceritanya panjaaaaaang...ternyata karena keterbatasan halaman, musti dipotong banyaaak banget. Bingung motongnya, karena kalau kebanyakan dipotong, efek seremnya hilang. Namun, setelah melalui perjuangan panjang, kelar juga tulisan saya, dan langsung di-urek-urek ACC !!

Di sini, selain the one and only Trinity, ada saya, Cipu, Indohoy, Jenny Jusuf, Yovita, Rini Raharjanti, Susan @Pergidulu, Rocky, dan @Vabyo. Tuh kan, beberapa nama terkenal nongkrong di sana. Beruntung banget kan saya hehehehe. Totalnya, ada 11 cerita mencekam dari 10 traveler. Kalau ngeliat preview final draft-nya...gory banget ! Gak yakin deh saya bisa baca buku ini malam-malam di malam Jumat Kliwon lagi hahahaha. So, buat kamu yang demen buku horror, segera siapin diri buat menyerbu di toko buku terdekat yak. Buruaaaan...karena biasanya kalau ada nama Trinity, cepet habis ! :)
Salam,

Ariy

Wednesday, September 23, 2015

Kena PHP Air Asia

Dear Journo,

Hari ini dapet SMS tanda cinta dari Air Asia. Isinya macam gini:

Dear Mr Ariyanto, your Airasia flight QZ 376 with booking No MHS1XN from Solo (SOC) to Singapore (SIN) on Tuesday, November 17, 2015 has been cancelled. Please check your email for more details. Thank you.
Sungguh menyejukan hati hahaha. Mampus dah! Tetapi sebelum marah-marah, saya cek dulu email. Ternyata opsinya adalah mencari tanggal lain tanpa kena additional charges, yang kedua adalah uang yang udah buat bayar masuk di credit shell, jadi deposit buat beli tiket lain, yang ketiga adalah refund.

                                                      foto: www.harismibrahim.wordpress.com


Ini problem saya:

1. Saya benci sekali SMS dan email pemberitahuan dari mereka yang TIDAK MENGGUNAKAN kata "MAAF". Membacanya saja saya sudah melihat arogansi maskapai itu. Iya emang ada kata thank you for your understanding. Tetapi intinya tetap, kita sebagai penumpang musti ngertiin mereka, bahkan saat mereka membuat kesalahan dan tidak meminta maaf. (Ya Allah, saya galak bener ya?) hihihi.

2. Apa semacam ini ya nasib yang dapet tiket promo? selama bertahun-tahun hubungan saya dengan Airasia (saya sudah naik maskapai ini mungkin puluhan kali), sudah tiga kali kena pembatalan penerbangan AirAsia. Pertama, saat mau ke Chiang Mai, rute Solo - Kuala Lumpur dibatalin padahal ada penerbangan lanjutan ke Chiang Mai keesokan harinya. Otomatis akan hangus. Tetapi saya dapat ganti tiket penerbangan berikutnya tanpa bayar sama sekali. Kasus pertama ini bisa langsung ditangani karena pembatalan terjadi last minute saat saya sudah di bandara sehingga langsung bisa gebrak meja. Kedua, penerbangan Jogja-Jakarta batal karena Gunung Merapi meletus. Dan saya maklum dengan alasan ini. Saya juga dapat pesawat pengganti. Ketiga, ya kasus sekarang ini...Solo-Singapore, penerbangan saya dua bulan yang akan datang, dibatalkan. Dua bulan lho ya...tanpa disebutkan alasan. Kalau memang persoalan teknis, mosok dua bulan nggak bisa diantisipasi ??? curiga saya sih, nggak memenuhi kuota, dan dipastikan merugi (apalagi dollar tembus Rp 14.700) terus avtur mahal, akhirnya dibatalin nggak peduli calon penumpang teriak apa. Menurut saya sih, ini model siap promo tapi nggak siap rugi. 

3. Sekarang saya kebingungan. Pertama, dulu saya ambil tiket Solo-Singapore ini jujur karena ada promo. Makanya langsung booking aja, dan besok paginya saya juga sudah beli tiket Tiger Air rute Singapore - Ho Chi Minh City. Artinya, kalau saya batal berangkat tanggal 17 November itu, maka tiket saya Tiger Air juga akan hangus. Total jenderal, sejuta lebih bakal menguap. Bagi saya yang traveler dhuafa begini, duit segitu mah gede atuh. Kalau memang nggak serius promo, jangan PHP dong. Tau gini, saya kan bisa ke HCMC via Kuala Lumpur aja, atau direct dari Jakarta yang mungkin ada yang murah. Sekarang kan saya nggak ada pilihan.

4. Hari ini saya sudah layangkan e-form untuk refund ke Airasia. Dapat dipastikan saya harus keluar extra money untuk cari tiket pengganti. Dan sudah tidak mungkin mengambil rute Solo-Singapore karena yang dibatalin itu adalah satu-satunya penerbangan di tanggal 17 November. Saya sudah ngulik mencoba geser ke kota yang deket dengan Solo, Yogyakarta - Singapore, damn...sudah sejuta aja. Jakarta-Singapore banyak, murah meriah Rp 300.000-an, tapi saya juga harus naik kereta dulu ke Jakarta supaya tetep murah. Dan itu akan sangat melelahkan, selain juga saya harus mengambil tiket kereta satu hari sebelum keberangkatan (pasti keluar uang lagi buat makan di Jakarta, transportasi ini itu ke bandara, nginep, bla bla bla.). Kenapa nggak ambil kereta di tanggal 17 November terus langsung terbang ke Singapore ? karena jadwal kereta tanggal 17 tidak cocok dengan jadwal pesawat. Dapat dipastikan saya bakal ketinggalan pesawat kalo ambil tiket kereta tanggal 17. Duh.

See, ribet kan hidup saya?

Lanjutin nomer 4, kemungkinan saya akan melipir ke Kuala Lumpur dulu. Ini untuk mendapatkan harga yang murah. Kemungkinan Solo/Jogja - Kuala Lumpur, terus malemnya bertolak ke Singapore. Awalnya saya merencanakan bertolak ke Singapore pakai kereta dari Kuala Lumpur. Tapi saya cek online, tidak tersedia tiket kereta di tanggal 17 itu. Jadi sepertinya pesawat lebih aman, selain KL-Singapore banyak tiket murah. Selisih dengan direct flight AirAsia Jogja - Singapore sejauh ini masih Rp 200.000-an. Gak tau kalau ntar berubah lagi. 

Intinya, dari persoalan pembatalan ini, memang sangat merepotkan saya. Dan yang kayak gini management AirAsia mana mau peduli kan? Ya kalau saya duit banyak mah, tinggal maen bayar aja, kayak orang susah aja lu Ri hihihi...tapi kenyataannya ya emang saya traveler dhuafa. Bikin promo mah emang mainannya Airasia, tetapi dulu memang mereka perkasa, saat dollar belum setinggi ini, dan mungkin aspek lain soal ekonomi yang saya nggak ngerti. Tetapi sekarang? Yakin mau bikin promo free seat terus ? atau tiket Rp 100.000-an semua rute ? Yakin dengan kondisi ekonomi sekarang ini? Dari kasus seperti ini, saya belajar satu hal, jangan (lagi) tergiur tiket promo, karena bisa jadi mau untung malah buntung !

salam,

Ariy

Monday, September 21, 2015

Apa beda paspor 24 halaman dan 48 halaman? Ini jawabannya:

Dear Journo,

Seingat saya, dulu saya pernah membahas ini di twitter atau bahkan menuliskan di blog ini. Tetapi masih saja ada banyak pertanyaan tentang apa sih bedanya paspor 24 halaman dan 48 halaman? Pertanyaan ini juga masih disampaikan beberapa teman di grup Whatsapp "Backpacker Joglosemar" maupun disampaikan langsung ke saya. Selain apa beda paspor 24 halaman dan 48 halaman, pertanyaan yang lain adalah, apakah benar paspor 24 halaman hanya untuk para TKI?

                                                                                      foto: www.peruri.co.id
Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut, daripada simpang siur nggak jelas, ini ada sumber yang valid yang bisa menjawab. Saya sarikan dari www.kompas.com rubrik travel, dengan narasumber adalah Kepala Kantor Imigrasi Klas 1 Jakarta Barat, Bambang Satrio, yang di-published pada tanggal 17 Agustus 2014. Yuk mari kita simak:

JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak yang tidak mengetahui bahwa terdapat dua jenis paspor yang dikeluarkan oleh Direktorarat Jenderal Imigrasi melalui kantor imigrasi wilayah. Jenis paspor yaitu 24 halaman dan 48 halaman. Kepala Kantor Imigrasi Klas I Jakarta Barat, Bambang Satrio mengatakan, tidak ada perbedaan yang mencolok pada kedua paspor tersebut. Baik bentuk maupun tujuan dan fungsi penggunaannya. Hanya, jumlah halaman yang dimiliki.

"Kalau lihat bentuk fisik sama. Warna dan bentuknya hanya bedanya pada halaman. Untuk tujuan dan semua fungsi penggunaan juga sama," katanya kepada Kompas.com, Jumat (15/8/2014).

Dia menuturkan, untuk paspor berjumlah 24 halaman, biasanya digunakan untuk pemohon yang hendak pergi ke luar negeri satu kali dan untuk tujuan-tujuan tertentu. "Kalau yang 24 (halaman) itu biasanya diberikan yang misalnya untuk sekali jalan. Bisa umroh, haji, berobat atau yang sifatnya mendesak, misal ada pertemuan yang sifatnya kerjaan, rapat. Dan ke depan, dia biasanya lama tidak pergi keluar negeri, untuk masa 3 atau 4 tahun lagi," ujar Bambang.

Bambang menuturkan, paspor jenis ini kerap kali dianggap sebagai paspor khusus bagi TKI yang berkerja di luar negeri. Padahal, tidak demikian. Menurut Bambang, untuk pemohon dengan tujuan liburan ke luar negeri juga bisa menggunakan paspor jenis ini. Begitu pun sebaliknya, pemohon yang hendak bekerja di luar negeri bisa menggunakan paspor 48 halaman. "Seringnya dianggap yang 24 halaman itu untuk TKI dan ini disayangkan karena tersosialisasi kuat sekali di luar negeri seperti itu," tegasnya.

Pemilihan penggunaan jenis paspor, lanjut Bambang, tergantung oleh pemohon, apakah hendak menggunakan paspor 24 halaman atau 48 halaman. Sementara yang membedakan, adalah soal harga. "Yang 48 halaman pastinya lebih mahal harganya. Kadang pemohon kan cari yang murah," jelasnya.

Bambang menuturkan, sesuai PP Kemenkumham nomor 45 tahun 2014 tentang jenis dan tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk paspor, biaya pembuatan paspor biasa 24 halaman untuk WNI seharga Rp 100.000 dan paspor biasa 48 halaman bagi WNI adalah 300.000. Sedangkan paspor elektronik 48 halaman bagi WNI seharga Rp 600.000 dan tidak ada paspor elektronik 24 halaman bagi WNI. Selain harga tersebut, pemohon juga diberikan biaya pengurusan administrasi atau biaya biometrik seharga Rp 55.000 untuk masa berlaku paspor selama 5 tahun.

Review : The Grove Express Hotel Jogja

Dear Journo,

Gara-garanya ada weekend sale di www.tiket.com, akhirnya saya menginap juga di Hotel The Grove Express, Jogja (banyak yang salah nyebutnya dengan The Groove). Rate awal yang Rp 280.000 per malem, kepegang Rp 180.000 per malem karena ada weekend sale Rp 100.000 tadi.

                                                                                          foto: tripadvisor.com
Beberapa waktu sebelumnya, saya memang sudah naksir ini hotel. Seperti yang pernah saya ceritakan, saya suka hotel baru dengan konsep modern minimalis. Kenapa? Karena konsep ini menghilangkan kesan serem seperti hotel-hotel lawas dan gak ada bau-bau debu apek. Nyaman aja kalau tidur. Saya sempet googling sebelumnya, gallery-nya keren-keren euy !!


Lokasi:
Nah, akhirnya, kesampaian nginep di sana. Dari awal saya ragu soal lokasi, yaitu di Jl Ganesha 2, No 53, Timoho. Kenapa ? Nggak tau deh, menurut saya Timoho relatif ini dekat kemana-mana, termasuk tengahlah, tetapi kawasannya nggak happening gitu. Jadi rada ragu juga soal transportasi ke sana. Nah, saya ke sananya naik ojek, dan tukang ojek pun langsung ngeh...Oh, Jalan Ganesha...tau !! Saya langsung plong. Etapi...nggak taunya muter-muter di kawasan Timoho, nggak juga nyampe ke hotel. Usut punya usut, ternyata emang lokasinya agak ngumpet masuk jalan kecil di kawasan perumahan.
Tapi sebenernya gampang kok, lokasinya berada di kawasan perumahan dekat Kampus APMD. Di depan kampus ini udah ada dua halte TransJogja, yaitu halte APMD 1 dan halte APMD 2, saling berseberangan melayani arah yang beda. Jadi kalau kemana-mana juga gampang. Dari hotel mau ke Malioboro aja cuma ganti sekali, naik 4B di halte seberang kampus, turun di halte Wanitatama, terus ganti 1A langsung ngacir ke Malioboro.

Nah, cuma memang kalau malem, cari makan musti keluar kompleks ke jalan besar dulu, baru nemu tuh banyak pilihan makanan: ada angkringan Playground yang lagi happening yang parkiran motornya udah kayak lagi ada konser saking bejibunnya motor, ada juga ayam goreng dan bebek goreng deket situ, ada warung zuppa zup, ada angkringan biasa yang remang-remang ngesot di trotoar, ada juga bakmi Jawa. Supermarket terdekat adalah Circle K deket warung warung itu. Jalan kaki dari hotel sekitar 200-300 meteran. Lumayan. Catetan, di hotel juga ada kantinnya (bukan cafe karena mie cup pun ada), tapi makananya terbatas. Soal lokasi ini, menurut saya kekurangan yang paling mencolok.

Fasilitas:
Masuk hotel udah bagus aja, bersih, nyaman, homy. Pintu pake key card. Interiornya nggak kalah sama yang bintang tiga, bersih, rapi, simple, minimalis, modern, dengan setting lampu dan cat serta wallpaper yang menyejukkan.
  • handuk : checked !! dua buah bersih semua, dan satu handuk lantai.
  • toiletries : checked !! ada dua sikat gigi dengan masing-masing dilengkapi pasta gigi. Dua buah sabun batangan bulat, satu botol kecil shampoo.
  • Gelas bening buat naruh sikat gigi : checked !! dua biji.
  • mineral water : checked !! dapet dua botol.
  • Tisu gulung: checked !! dapet dua.
  • Oya, shower-nya cukup bagus, pancaran deras, terus mudah mengatur panas dinginnya karena kalo kran digeser kiri mentok otomatis dapet air panas yang suhunya pas, tidak panas banget dan tidak dingin juga. Beberapa kran semacam ini di hotel lain agak susah ngatur suhu, geser dikit aja krannya udah kepanasan atau sebaliknya. 
  • Toilet sangat bersih dengan menggunakan produk-produk Toto.
  • Yang nggak ada adalah sendal hotel dan coffee maker (entah kalau untuk kelas kamar yang harga di atasnya ya).
POOR SIGNAL : ini bagian dari fasilitas dan menurut saya penting sebagai catatan. Wifi-nya jelek mampus. Dari datang sampai check out sinyalnya kacrut. Masih soal sinyal, TV kabelnya juga hilang sinyal mulu. Blank !! Udah komplain ke operator, katanya baru diperbaiki.

Pelayanan: staf ramah. Nggak berlebihan, tetapi nggak juga cuek. Saat pesanan saya yang seharusnya kamar double bed ternyata habis (padahal udah request saat booking online), mereka menawarkan membantuk menata twin bed saya digabung menjadi satu, alhasil jadi king size, saya pasrah saja, yang penting badan saya yang gede ini bisa gelundungan leluasa di bed itu.
Sarapan: skip! nggak dapet, namanya juga harga promo hihihi.

So far, saya menilai hotel ini sebenernya keren dan nyaman. Kok sebenernya? iya, soalnya problemnya di lokasi. Kalau nggak bawa kendaraan sendiri agak repot. Bukannya jauh, enggak kok. Cuma transportasi publiknya yang terbatas Transjogja, jadi nggak bisa leluasa jalan sampai malam. Gitu sih...mau coba?

regards,

A

Thursday, September 17, 2015

Review : Hotel Whiz Semarang

Dear Journo,

Kali ini jalan-jalannya ke Semarang buat review hotel. Kota yang sudah menjadi salah satu bagian hidup saya selain Solo dan Jogja...tsaaaah :).  Target kita kali ini adalah Hotel Whiz, Semarang. Kenapa memilih Hotel Whiz ? Ya karena lagi dapet promo aja hihihi. 
Hotel Whiz Semarang adalah salah satu hotel jaringan yang dikelola Intiwhiz Hospitality Management untuk pasar kelas menengah. Hotel berbintang dua ini baru membuka tiga cabang, yaitu Whiz Yogyakarta, Whiz Cikini, dan Whiz Semarang. Dengan company color warna hijau agak muda, hotel ini terkesan simple dan bersih, padauan hijau dan putih.

Seperti biasa, saya mendapatkan promo dari Hotel Quickly. Biasanya harga sekitar Rp 250.000-Rp 400.000  per malam di weekdays, dan kisaran Rp 300.000 - Rp 500.000 per malam di weekend. Kebetulan saat itu di weekend saya hanya membayar Rp 200.000 saja per malam untuk kelas Whiz Twin, karena dapet promo. Oya, di sini ada tiga jenis kamar, yaitu Whiz Single, Whiz Double, serta Whiz Twin. 

        Whiz Single                                                                   foto: klikhotel.com

                Whiz Twin                                           foto: accommodations.asia.com

Untuk kamar Whiz Single, bed-nya kecil, simple, dengan ruangan yang seperti kos-kosan. Tetapi cukup rapi. Sementara kamar Whiz Double dan Whiz Twin relatif luas dan bedanya hanya di tempat tidur. Kalau double yang pakai bed king size, kalau twin ya pakai dua bed. Selengkapnya, mari kita kuliti ya:
  • Lokasi : Berada di Jl Kapt Piere Tendean, Semarang, lokasi hotel ini sangat bagus. Di ujung jalan persimpangan antara Jl Kapt Piere Tendean dengan Jl Pemuda (yang merupakan jalan protokol). Dari hotel ini sudah kelihatan menjulang Paragon Mall, yang merupakan mal terbesar dan kebanggaan orang Semarang. Jalan kaki ke Paragon cuma sepelemparan kolor, lima menit juga sampai. Kentut di kamar pun bisa nyebar sampai mall saking dekatnya. Heheh, lebay banget kan saya menganalogikan kedekatannya. Oya, lokasi ini juga tidak jauh dari Toko Oen, toko roti dan restoran legend di Semarang. Nah, kalau mau ke Tugu Muda dan Lawang Sewu, juga bisa kok jalan dari hotel ini (iya pasti bisa), maksud saya, nggak jauh-jauh amat kok, tinggal susuri trotoar dari depan mal. Bagusnya lagi, trotoar di sini lebar-lebar jadi nyaman banget buat jalan. Dari aspek lokasi, saya sukaaa. Direkomendasikan sekali.
  • Fasilitas: standar saja, AC pastinya, TV Kabel, mineral water, sabun dan sampo cair, hot water dengan shower yang cukup bagus, toiletries-nya hanya sikat gigi dan pasta gigi. Handuk bersih dan tebal, sendal hotel, apalagi ya....udah kayaknya. Nggak ada coffee maker. Oya, maap-maap ya...sprei di bed saya ada yang sudah sobek gitu. Jadi ya agak gimana gitu ya :).
  • Interior : Bukan yang terbaik, tetapi saya selalu suka hotel dengan interior minimalis tapi baru daripada hotel yang lebih mahal tapi bangunan lawas. Yang saya suka kamar dari Whiz ini ada jendela kaca yang cukup lebar dan panjang sehingga kamar cukup sinar matahari. Tetapi memang, beberapa cat sudah mulai kusam dan sepertinya kotor. Selain itu, posisi kamar mandi yang menggunakan sekat kaca buram, langsung berhadapan dengan tempat tidur, dari sisi privasi emang agak berbeda dengan kamar hotel yang kamar mandinya disekat tembok. 
  • Pelayanan: staf hotel sangat ramah dan membantu. Bahkan lokasi lift yang di depan resepsionis, membuat kita yang keluar masuk harus bersinggungan dengan mereka, dan mereka selalu menyapa "Selamat pagi, Pak", "Selamat Malam, Pak"..."Udah punya pacar belum, Pak?" "Pacaran yuk, Pak".....hissssh...dua kalimat terakhir bohong banget.
  • Sarapan: Tidak istimewa. Kalau disuruh milih, saya bayar kamar saja, terus sarapan jajan di luar hehehe. Maap ya.
Itu sih catatan saya. Dan bonusnya lagi,  saat check out, mereka ngasih saya voucher hotel Rp 50.000 yang bisa digunakan di semua cabang Hotel Whiz. Lumayanlah. Jadi kalau kamu jalan-jalan ke Semarang dengan budget yang terbatas tetapi ingin kamar nyaman, Whiz bisa menjadi opsi...kalau dapet promo. Kalau enggak, ya tetep mahal :)

Selamat mencoba ya :)

A
 

Tuesday, September 15, 2015

Review : Hotel Pandanaran Jogja

Dear Journo,

Weekend kemarin nyoba Hotel Pandanaran, Jogja. Yang saya tahu, Hotel Pandanaran itu adanya di Semarang, tetapi ternyata baru bikin di Jogja juga. Lalu pas iseng buka Hotel Quickly, ternyata ada penawaran harga dari Hotel Pandanaran di Jogja, sekitar Rp 170.000 / malemnya. Matik, jebol lagi nih kartu kredit ! wkwkwkwk.Ya sudah, akhirnya Hotel Quickly kembali menggesek kartu saya. Karena saya masih punya poin Rp 80.000, maka saya membayar kamar hanya Rp 90.000 untuk hotel bintang 3 ini...eh kata orang malah bintang 3.5 !

Hotel Pandanaran terletak di kawasan Prawirotaman, Jogja. Saya sangat akrab dengan kawasan ini karena dulu sering terdampar di sini untuk mendapatkan hotel murah. Iya, kawasan Prawirotaman emang kawasan backpacker, tempat ngumpulnya traveler bule yang ada di Jogja. Nah, lokasi tempat Hotel Pandanaran ini berdiri dulu setahu saya bangunan yang nggak jelas, mangkrak, terus dipagari seng gitu. Eh, kok sekarang jadi hotel bagus.

                                                                                             foto: tripadvisor.com
Hotel Pandanaran terletak di Jl Prawirotaman No 38. Kalau mau naik  bus TransJogja, dari halte Malioboro nanya aja ke petugas di halte, mau turun di Halte Pojok Beteng Wetan (Jl Kol Sugiyono). Habis itu jalan dikit ke barat, ada perempatan belok kiri (Jl Parangtritis) udah lurus aja ke selatan sampai gang pertama (Timuran) lurus lagi, nah gang kedua (Prawirotaman) masuk aja atau belok kiri. Lokasi hotel ada di ujung kanan jalan. Kalo dihitung dari halte TransJogja agak jauh sih, tapi saya suka jalan kaki, jadi no problem. Pilihan lain ada taksi, becak motor (mulai banyak), atau dari halte ke hotel naik becak kayuh Rp 7.000-an. Seinget saya, sebenarnya ada satu bus kota yang lewat di sebelah timur hotel. Saya pernah naik sekali, tapi lupa itu bus nomor berapa. Maap hihihi.

Pertama taksi saya masuk ke halaman hotel, saya cukup kaget juga. Jadi saya bayar Rp 90.000 untuk hotel sebagus ini??  Ya sudah, rejeki anak sholeh yang gemar mijitin Ibunya ya kayak gini. Begitu masuk, proses check in super lancar, saya tinggal tunjukin daftar pemesanan saya di Hotel Quickly. Nah, ini kan kali ke empat saya pakai Hotel Quickly, biasanya kamarnya asal yang ada aja. Ibaratnya, kamar sisa gitu. Seringnya dapat kamar yang twin bed. Lha saya kan sendirian ? mana badan saya kan gede, sayang dong. Di Semarang bahkan saya nekat gabungin dua bed kecil biar jadi bed besar. Mengingat itu pula, saya langsung minta double bed atau yang King Size. Dengan sangat ramah, mereka mengusahakan. Nah, biar saya nggak bengong mati gaya, mas-nya resepsionis memintakan saya welcome drink. Gak tau ya, jadi awkward aja, soalnya saya pernah tidur di hotel bintang lima pun pas check in gak pake welcome-welcome macam gini. But, thanks anyway...atas pelayanannya yang ramah.

Setelah sekitar 5 menit mencarikan kamar yang sesuai permintaan saya, mereka nggak nemu juga. Akhirnya, masnya resepsionis berkoordinasi dengan mbaknya resespsionis. Lalu mereka saling berpelukan dan akhirnya mereka jadian...haissshh...maksud saya, setelah berkoordinasi, akhirnya diputuskan bahwa kamar saya di-upgrade, for free. Dari budget room, menjadi standard room. Saya mengangguk aja, padahal nggak ditanya :). "Kami meng-upgrade kamar Bapak. Semoga Bapak berkenan." Iya pastilah berkenan.

Oya untuk naik ke lantai atas, lift menggunakan key card kamar hotel kita. Begitu ditempel, langsung otomatis terpencet nomor lantai kamar kita. Misalnya kamar kita 310, maka tempel kartu di tombol lift aja, maka langsung terpencet nomor 3. Key card di hotel lain beberapa hanya digunakan untuk "membuka" tombol lift, lalu kita masih harus memencet nomor.

                     Standard Room                                              foto: tripadvisor.com
Nah, kamar standar itu macam apa sih? Macam foto di atas itu. Bedanya, bed yang buat saya bukan twin tapi yang King Size, satu tapi gede. Fasilitasnya : Handuk dua buah, toiletries-nya ada dua sikat gigi lengkap dengan pasta giginya (baru kali ini dapat pasta gigi yang mendingan. Rasanya cengkeh). TV kabel, coffee maker lengkap dengan kopi, gula, ada juga teh, serta air mineral. Terus AC pasti dong, sendal hotel dua pasang, udah itu sih. Interiornya saya suka. Model simple, minimalis, warna-warna dinding kuning gading mixed off white yang menenangkan. Oh ya, showernya lancar dan deres. Ada hot water (pasti dong). 

       Budget room                                                                foto: tripadvisor.com

Nah, saat saya ngulik budget room-nya, ternyata bedanya ada di interior. Kalau budget room, wastafel ada di luar atau menyatu dengan kamar mandi. Tetapi kalau standard room, berada di dalam kamar mandi yang tersekat secara terpisah dari bed. Selain itu, kalau budget room gak ada coffee maker, hanya air mineral.

Terus catatannya sih ini:
1. Di shower hanya tersedia sabun cair. Tidak tersedia shampo. Beberapa hotel menyediakan sabun yang sekaligus bisa dijadikan shampo (nggak ngerti juga, emang sabun bisa jadi shampo atau sebaliknya?) . Tetapi ini keterangannya hanya soap. Yang paling umum, ada sabun cair dan shampo di wadah terpisah.
2. Toiletries-nya pun tidak komplet. Hanya sepasang sikat gigi dan pastanya. Serta ditambah satu sabun batangan di wastafel.
3. Tidak gelas bening di wastafel untuk meletakkan sikat gigi habis pakai.
4. Tidak ada mini bar.
5. Tidak ada notebook dan pensil khas hotel untuk nyatet-nyatet.

Beberapa orang mungkin menganggap catatan di atas penting. Bagi saya sendiri tidak terlalu mempermasalah ada atau tidak ada barang-barang yang ada di point-point di atas. Oya, yang saya suka dari kamar ini adalah adanya lampu baca dan colokan tepat di tengah-tengah bed yang ganggang lampunya fleksible bisa dipindah posisi sesuai keinginan. Ini sangat berguna bagi yang suka baca, atau yang ingin nge-charge hp sambil tiduran.

Lebih dari itu, saya cukup puas dengan pelayanan hotel. Yang dapat poin tertinggi dari saya adalah keramahan petugas hotelnya. Keren deh. Kalau soal kamar, untuk bintang tiga ya menurut saya ya cukuplah. Oh ya, jangan lupa...mereka juga punya pool keren namanya Flamboyan Sky Pool. Berenang di teriknya Jogja sambil menikmati view kota ini.

Flamboyan Sky Pool  foto: Tripadvisor.com
Poin plus lainnya adalah soal lokasi. Iya, memang mungkin jauh dari Malioboro. Tetapi kalau soal tempat makan, hadeeeuh...banyak nian kafe-kafe keren di sepanjang Jl Prawirotaman ini, termasuk di depan persis Hotel Pandanaran. Kebanyakan sih western food. Kalau malam minggu juga banyak anak-anak muda hang out di sono.

So, kalau kamu pengen nginep di hotel yang keren tapi rate-nya ramah di kantong, ambil deh hotel ini. Kalau di agent hotel online masih tetap mahal harganya, coba via Hotel Quickly atau langsung aja nyasar ke situs resminya, klik bagian promo. Sering ada promo. Btw, ini bukan artikel endorsement ya...ane bukan dibayar pihak hotel, tapi bener-bener karena ane pengen berbagi info saja. Selamat mencoba ya :)

Eh....bentar. Ada yang nanya, kok nggak cerita soal sarapannya??? Lu pikir ? Rp 90.000 dapet upgrade kamar heratisss masih minta free breakfast ? Hihihihi. Nggak ada.

Regards,

A

Sunday, September 13, 2015

Pra-Indochina Trip (Vietnam-Kamboja-Thailand-Myanmar)

Dear Journo,

Dua kali sudah rencana trip saya ke Vietnam batal semua. Pertama, gara-gara ada kerjaan dadakan, yang kedua, karena uang saku harus digunakan untuk keperluan lain yang mendesak. Akhirnya menyimpan keinginan itu dalam hati.
Vietnam menjadi negara yang ingin saya kunjungi karena saya teracuni komik favorit saya, yaitu Tintin. Bagi angkatan tua macam saya, pasti dong kenal karakter ini. Selain Vietnam, Tintin di Tibet juga sangat nancep di kepala saya (duuuh...kapan bisa ke Tibet). Sementara itu, Tintin yang episode di China...well, setidaknya saya sudah mengunjungi China juga. Tintin menjadi karakter yang seperti representasi dari diri saya. Tintin yang seorang jurnalis ( yeap, saya juga mantan jurnalis hihihi), suka traveling (sama lagi), dan rambutnya cepak (sekarang saya juga  potong cepak, niru dia) hihihi. Temen saya, Alan, sampai bilang, sekarang saya "Tintin banget" hehehe.

                                                                    www.ebay.com
Bagi saya, namanya mimpi ya harus dijaga, dan soon or later harus direalisasikan. Nah, nggak ada angin nggak ada hujan, sekitar sebulan yang lalu tiba-tiba ada temen japri saya. Ngajak jalan lagi, well...sebenernya saya tahun ini memang merencanakan jalan lagi (setelah hibernasi lama), cuma belum tahu kapan dan kemana. Nah, temen saya ini ngajak ke India sekitar bulan November tahun ini. Saya oke saja, tetapi kelar mantengin skyscanner, saya langsung salim minta pamit saja. Gila aja, harga tiket pesawat round-trip sampai 6 yutaaaa!! Total jenderal bisa 10 yutaaaaan tuh buat lain-lainnya.

Putus asa mau kemana, karena tujuan terbatas (baca duit terbatas), jual diri buat beli tiket pesawat pun sudah pasti nggak laku, akhirnya saya kembali inget mimpi saya ke Vietnam. Ya sudah, tidak ada India, Vietnam pun jadi. Pas saya tawarin ke temen, dia oke dengan ketentuan berlaku macam promo-promo itu. Rencananya berempat, dua sudah mundur, akhirnya hanya tinggal berdua. Parahnya lagi, temen saya sudah pernah ke Vietnam. Piye jal ?

Akhirnya, kami kompromi. Dan inilah rute yang akan kami jalani nanti :

Solo (Jakarta) - Singapura (terbang)
Singapura - Ho Chi Minh City (terbang)
Ho Chi Minh City - Pnom Penh, Kamboja (bus)
Pnom Penh - Seam Reap (naik bus)
Seam Reap - Poipet (bus)
Poipet - Aranyaprathet, Thailand (naik tuktuk kayaknya)
Aranyaprathet - Bangkok (kereta)
Bangkok - Chiang Mai (kereta/bus)
Chiang Mai - Tachileik (bus)
Balik ke Chiang Mai lagi - Bangkok (kalo nggak capek bakal naik kereta/bus)
Bangkok - Jakarta
khusus saya, Jakarta - Solo naik kereta.

Tiket Solo - Singapura sudah di tangan, dapet Rp 100.000 doang pake Airasia. Tiket Singapura - HCMC dapet Rp 650.000 sekian dengan Tigerair. Terus tiket baliknya Bangkok - Jakarta yang rada mahal, udah dapet sekitar Rp 1,1 juta. Itu pun sudah promo. Total jenderal untuk pesawat saja hampir Rp 2 juta. Untungnya, saya barusan dapet honor nulis ikut buku keroyokannya Trinity, jadi ya kebayar. Alhamdulillah. Maklum sekarang saya kerja buat diri sendiri bukan mas-mas kantoran macam dulu, nggak bisa ngarepin gaji hehehehe. 

Nah, sebenernya problem awal adalah teman saya sudah pernah ke Vietnam. Sementara saya malah sudah dua kali ke Chiang Mai, Bangkok, Tachileik. Yang kami belum pernah kunjungi adalah Kamboja. Setelah melalui diskusi yang panjang, dan berusaha memendekkan ego, akhirnya sepakat dengan rute di atas. Highlight alias gongnya nanti adalah, kami akan menikmati Lantern Festival di Chiang Mai !! Ihiirrr, dua kali saya ke Chiang Mai nggak pernah dapet ini festival.

Kalau bagi saya pribadi, saya juga ngarep banget ke Killing Fields Museum di Kamboja. Selain itu, saya juga sangat tertarik dengan sejarah Vietnam. Maklum, sejak SD saya menikmati kisah-kisah tentang perang Vietnam, bagaimana warga vietnam tinggal di bawah tanah, ada rumah sakitnya pula. Saya bacanya di Majalah Intisari, berseri-seri dan keponya luar biasa sampai lupa makan lupa mandi. Deg-degan, itu kenapa bisa bertahan hidup di bawah tanah ya? Terus nggak ada yang kena claustrophobia ya? Ribuan orang lho hidup di bawah tanah, sembunyi dari perang. Nah, cerita dahsyat ini bener-bener merasuk di otak saya.

Sementara teman saya pengen banget ke Mui Ne, Vietnam di mana di sono ada Sand Dunes, semacam gurun pasir gitu deh. Kami akan mempertimbangkan dengan sangat untuk berkunjung ke Mui Ne ini. Perjalanan akan berlangsung selama 12 hari. Responsnya langsung pada "Gilaa! mundur aja deh kalau 12 hari". Kalau temen saya masih orang kantoran, kalau saya? Orang bebas. Asal kerjaan bisa diatur, ya berangkat aja atuh. Tidak ada target khusus dari perjalanan ini. Karena banyak teman yang nanya, mau bikin buku lagikah? Well, target utama saya mau fun aja. Kalau kemudian nanti muncul ide bikin buku, dan itu pun kalau penerbit mau, ya tidak ada salahnya. Tetapi sampai saat ini, belum ada rencana bikin buku apapun.

Doakan semoga berjalan lancar dan menyenangkan ya....sekarang giliran kamu, punya mimpi traveling kemana ? :)

Regards,

A