Mencari makanan halal di Thailand itu gampang-gampang susah. Gampang, karena sejatinya mudah kok menemukan penjual makanan yang muslim (yang jual pakai jilbab) lagi. Tetapi susah, karena kadang variasinya juga tidak terlalu banyak.
Yang paling sering ditemui (saya menemukan di Chiang Mai, Bangkok, dan beberapa provinsi lain) adalah pedagang ROTEE. Ini adalah pedagang kaki lima yang menggunakan gerobak ala penjual martabak telur dan martabak manis di Indonesia. Ciri khasnya, penjual perempuannya berjilbab, kalau yang laki-laki kadang pake kopiah. Yeap, mereka muslim. Beberapa di antaranya adalah imigran dari wilayah China Selatan, seperti misalnya dari Provinsi Yunnan yang menyusuri wilayah utara Thailand hingga menyebar ke wilayah lain. Memang tidak semua menggunakan jilbab, beberapa pedagang adalah pedagang biasa.Rotee yang mereka jual adalah semacam pancake gitu deh. Jadi adonan telur dan terigu di goreng dengan minyak sedikit, lalu diberi isian. Ada telur, ada pisang dan lain sebagainya. Rasanya tidak terlalu gurih dan manis. Saya mencoba yang isi pisang, rasanya cenderung lebih seperti kulit martabak dan pisang, tapi tidak ada bumbu lain yang aromanya keras (seperti daun bawang pada martabak). Jadi benar-benar flat rasa terigu campur telur goreng dan pisang.
Di luar itu, kita bisa mencari makanan halal di kampung-kampung atau komunitas Islam. Seperti misalnya di dekat kawasan backpacker di Bangkok yang hingar bingar, ada Mesjdi Chakrabongse, di sana banyak tinggal warga muslim, termasuk tentu saja penjualnya. Kembali ke topik, gampang gak sih cari makanan halal di Thailand? Nah, ini pengalaman saya di Chiang Mai, bahwa yang "halal" belum berarti halal. Jadi harus hati-hati benar ya.
Suatu malam, di bulan Oktober 2009, saya jalan bareng dengan teman saya yang asli Thailand. Kami jalan di kawasan Night Bazaar, di downtown Chiang Mai. Saatnya makan, kami menuju ke food court-nya. Ciri khas food court ini adalah, kita membeli makanan dengan menggunakan kupon. Kupon ini refundable alias bisa diuangkan kembali, bila memang masih sisa. Setelah menukar uang dengan kupon dalam jumlah tertentu, saya sibuk memilih-milih, booth penjual makanan mana yang akan saya pilih. Mata saya tertuju pada logo halal di salah satu booth yang ada di pojok. Langsung deh saya menuju ke sana.
Si penjual adalah seorang perempuan setengah baya. Dia lagi asyik baca majalah, saat saya melihat display contoh menu beserta tulisan menunya. Nah, herannya, meskipun ini booth memasang label halal, kok di salah satu menu saya baca tulisan "Pork" ? Nah lho? Lalu saya beringsut mencari teman saya yang ada di bagian lain. Baru saya beringsut, saya kembali menengok ke menu tadi untuk memastikan saya tidak salah baca. Eh, saat bersamaan, si penjual tengah menyambar kertas menu yang ada tulisan "Pork"-nya tadi dan memasukkan ke dalam, gotcha !! hahaha...ketangkep basah deh. Ketahuan kalo yang halal belum tentu halal.
Oya, jangan lupa, kalau pun beli makanan instant di supermarket, juga harus dicek benar ya apa materi-materi pendukung di makanan itu. Karena banyak sekali makanan yang menggunakan babi sebagai bahan pendukung atau bahan utama. Mulai dari mie instant hingga kue-kue bakery dalam kemasan.
Pelajarannya adalah, hati-hati benar, bahwa yang disebut "Halal" di Thailand, mungkin belum tentu "Halal". Berhati-hatilah. Paling aman, makan di warung makan di komunitas muslim.
regards,
A