Thursday, January 12, 2012

I do love Penang

Kawasan Old Town
Entah untuk alasan apa dulu saya mampir ke  Penang, saat saya sudah tidak memiliki sisa waktu banyak dan duit di kantong juga sudah sangat-sangat cekak. Sebenarnya, ini adalah rute kepulangan saya setelah saya backpacking menempuh rute Yogyakarta-Singapore-Kuala Lumpur-Chiang Mai-Chiang Rai-Tachileik-Chiang Mai-Bangkok-Penang-Kuala Lumpur-Solo. Saya bisa saja langsung Bangkok-Kuala Lumpur dan men-skip Penang, tapi entahlah kok saya ambil Penang juga.
Tuhan punya itinerary sendiri buat saya. Hari terakhir di Bangkok, saya putuskan mengambil tiket pesawat Bangkok-Penang-Kuala Lumpur. Harganya cukup reasonable, selain saya mendapatkan ekstra destinasi. Tapi yaitulah, uang saya sudah nyaris melayang semua, sehingga saya tinggal membawa receh beberapa saja. Tanggal 10 Oktober 2009, saya tiba di Bayan Lapas, Penang International Airport pagi hari, dan sehari sebelumnya teman saya di Bangkok sudah mengkontak temannya di Penang untuk menemani saya jalan. 
Bayan Lapas tidaklah terlalu besar dan tidak mewah. Standar saja. Pemeriksaan di imigrasi cukup lancar dan saya tidak memikili kendala apapun. Tetapi pemeriksaan di dompet saya, itulah kendala saya. Sumpah, saya cukup kebat-kebit dengan keuangan saya waktu itu. Saya periksa dompet, eh lha kok ada pecahan Rp 50.000 selembar di dompet. Saya pikir, susah juga ya kalau mau menukar duit Rp 50.000 selembar. Apakah mereka mau? Apakah saya tidak malu? Tapi ini satu lembar kertas yang akan menolong saya, bagaimana coba?

Bodo ah, kalau pun ditolak setidaknya saya sudah berusaha. Kalau soal malu, ah...saya juga tidak akan ketemu mereka lagi. Lalu, saya gerakkan kaki menuju ke deretan booth money changer yang ada di satu sisi bandara. Saya pilih booth yang dilayani oleh perempuan melayu yang senyum terus, ramah dia. 
"Boleh saya tukar Rp 50.000 dengan Ringgit?" tanya saya melas.
"Sure, why not," jawab dia. Duh, itu senyum terlembut yang pernah saya rasakan. Hehehehe, sebenarnya lebih ke keramahan dia, eh bukan sebenarnya itu karena saya terbawa suasana saja, gembira mendapatkan suntikan 16 RM. Lumayan lho. Saya coba kontak teman yang akan menjemput, dan sialnya dia tengah bekerja, meminta saya untuk ke kota sendiri, lalu kami akan bertemu dia di sana. Persoalan berikutnya adalah bagaimana saya menuju ke kota dengan uang terbatas, sementara teman saya menyarankan taksi. Mampuslah awak. 
Saya lupa kala itu turun di daerah mana. Yang saya tahu, teman saya menyarankan saya untuk menunggu di sebuah area. Itu serupa daerah dengan dermaga di sekitarnya, atau pantai, atau apapun. Saya berjalan dengan membopong backpack saya sendiri di cuaca panas. Sejujurnya, itu bukan ucapan selamat datang yang indah dari Penang. But, still...saya menunggu sebuah keajaiban yang akan ditawarkan kota ini. Kami berjanji akan bertemu pukul 14.00 waktu setempat. Saya harus menunggu sejam lebih, dan tidak tahu harus menunggu di mana, tidak saya temukan food court atau public space nyaman yang bisa saya manfaatkan sekadar untuk beristirahat, sampai saya temukan McDonald di suatu pojok jalan. Damn, saat uang menipis, kenapa hanya McD yang saya temukan?
Saya pun masuk ke McD, dengan niat awal cek harga dulu. Saya lupa entah berapa RM yang saya keluarkan saat itu, yang saya ingat adalah uang saya cukup untuk membeli paket promo yang berhadiah satu gelas cantik, dan masih sisa beberapa ringgit. Satu ayam, kentang dan coke plus gelas cantik. Saya ambil tempat di sudut menghadap ke jalan, dan menghabiskan waktu sampai di sana. Sebelum meninggalkan tempat itu, saya berikan gelas cantik jumbo itu kepada perempuan setengah baya yang menjadi petugas cleaning service di McD. Dia cuma plonga-plongo, saat saya sodori, dan kemudian setelah sadar baru bilang terima kasih.

Saya bertemu traveler dari Kanada, Owen Tabbert. Saya ajak dia sekalian bertemu dengan teman saya. Dengan mobil teman saya kami mulai mengeksplorasi Penang. Itu moment di mana kemudian saya sadari, saya jatuh cinta dengan Penang. I don't believe in love at first sight. Setidaknya saya butuh satu hari untuk kemudian mampu mencintai Penang.
Penang kerap di sebut juga Mutiara dari Timur, yang dikenal dunia sebagai tujuan wisata, liburan yang indah eksotis, ia Pulau Pinang - surga perawan yang mendapat namanya dari banyaknya pohon pinang tersebar di seluruh lembut, pantai berpasir. The Isle of The Betel Nut. Teman saya langsung membawa kami ke Kek Lok Si, sebuah kuil Buddha yang merupakan salah satu yang terbesar di Asia Tenggara. Sayangnya, saat itu, sedang tahap renovasi, sehingga kecantikannya, meskipun sudah memesona, tapi tidak terekam secara sempurna. Ada satu bagian di mana itu seperti sebuah labirin menuju ke puncak menara. Awesome. 
Penang adalah salah satu wilayah jajahan kolonial Inggris. Tak heran kalau kita banyak menemukan nama jalan atau wilayah dengan nama-nama British. Tapi di sini kita bisa menemukan komunitas China, India, Jawa, hingga Siam.Ini adalah melting pot yang akan membawa kita ke setiap keunikan karakter masing-masing komunitas.
Trem ke Bukit Bendera
Melintas George Town kami juga melewati bangunan-bangunan tua yang keren. Hostel-hostel murah pun ada dengan memanfaatkan bangunan tua. Berasa mesin waktu. Lalu kami menuju ke Bukit Bendera (Penang Hill). Berlokasi sekitar 6 km barat George Town, merupakan salah satu destinasi populer di Penang. Ini kompleks perbukitan yang sejuk dengan banyak pohon, dengan puncak tertinggi adalah Western Hill (830 meter). Pemandangannya keren banget. Untuk bisa naik ke atas bukit, kami menggunakan semacam trem kuno di Air Itam, yang kereeeen banget....saya beruntung bisa naik, karena belum tentu saya menemukan semacam ini di tempat lain. 
Trem dengan sedikit gerbong namun bisa memuat hingga 80 penumpang ini membelah bukit dengan pemandangan kanan kiri hijaunya perbukitan. Tiketnya 4 RM, dan beroperasi setiap 30 menit. Untuk perjalanan naik di mulai pukul 06.30 pagi -9.30 malam, kecuali hari Sabtu sampai 11.30 malam. Sementara untuk perjalanan pulang, mulai pukul 06.45 pagi hingga 09.15 malam, kecuali hari Sabtu sampai jam 11.15 malam. Tremnya penuh banget dan memang kita paling enak naik sambil berdiri karena bisa menikmati pemandangan selain perjalanan tidak terlalu lama (memang dikondisikan untuk mengangkut penumpang secara berdiri). Saat itu, kami satu angkatan dengan grup anak-anak sekolah...ampuuun, sesaaaakkkk dan antreee. 
Di atas Bukit Bendera ada beberapa  viewpoints serta pedagang cendera mata. Lokasi bukit sangat menyenangkan untuk rileks. Bukit ini juga menjadi lokasi perlindungan burung dan flora fauna. 
Puas menikmati Bukit Bendera, kami diajak turun. Hari sudah mulai gelap karena kami memulainya juga sudah terlalu sore. Kami menuju ke pusat makan, saya lupa namanya. Tapi sumpah, ini tempat keren banget. Sebuah food court yang lokasinya agak tinggi, dengan satu area makan yang memiliki pemandangan indah karena lokasinya agak tinggi. Yang saya ingat, tempat ini banyak sekali orang menjual Rojak Penang. Hampir sama dengan rujak Indonesia, tapi di Malaysia atau Singapore memakai nama Rojak. 
Saya pernah mencoba Rojak Malaysia di Stasiun Kereta Api perbatasan Malaysia dan Singapore, tapi rasanya tidak enak, dan lebih sering disebut Indian Rojak (Pasembor) atau Mamak Rojak. Cirinya adalah banyak menggunakan gorengan, seperti adonan yang digoreng dan dipotong persegi, hampir seperti batagor, lalu ada kentang dan lain sebagainya, dengan dibumbui saus kacang manis pedas. Nah, yang ini beda. Rojak Penang terdiri atas buah-buahan komplet, mulai aneka jambu (jambu air, jambu biji), apel, mangga, dan aneka buah lain, dan tidak ada adonan goreng di sini. Semua disiram dengan saus kacang pekat dan manis, dengan kacang tumbuk yang tidak terlalu halus, sehingga saat kita menikmatinya, tekstur kacangnya masih kerasa. Sedap sekali. Kami memesan sepiring Rojak Penang dan sepiring besar seukuran baki potongan buah. Sepiring besar? serius? Iya. Saya tidak apakah ini memang kebiasaan mereka, tetapi kami memesan dan dibawakan satu piring sebesar baki buah potong segar, dengan es serut besar-besar di atasnya membuat buah sangat segar dinikmati. Nikmat sekali karena saya memang pecinta buah-buahan.
Kelar makan, kami menuju ke pantai untuk menghabiskan malam. Kami menuju antara lain ke Teluk Bahang dan Batu Ferringhi. Banyak hotel, restaurant, bar, hingga pusat penjualan souvenir ada di sini. Herannya, kain batik, kain pantai hingga kerajinan tangan banyak didatangkan dari Jawa dan Bali. Ini saya ketahui saat ngobrol dengan pedagangnya. Tetapi memang saya tidak berminat beli. Kelar jalan di night market yang cukup dekat dengan pantai, kami menutup hari dengan minum di pinggir pantai, beer for my two buddys, dan cukup coke buat saya. Teman-teman saya ngakak saat saya pesan coke. Biarin saja saya ndeso.
Tengah malam, kedua teman saya mengantarkan saya kembali ke Bayan Lapas International Airport. Memang saya hanya satu hari di Penang sekadar transit, dan Subuh saya sudah harus terbang ke Kuala Lumpur dengan tiket promo yang saya pegang. Hari itu, praktis saya hanya mengeluarkan uang untuk taksi dan makan di McD. Sisanya, teman saya yang bayari. 
Saya menutup malam itu dengan bengong bego bersama seorang koki muda dari Italia yang juga harus menunggu pesawat pagi-pagi menuju Chiang Mai. Supaya tidak tambah bego, kami berdua pun ngobrol di bawah pandangan beberapa petugas keamanan bandara. Hari itu, memang hanya ada calon penumpang yaitu  saya dan si Italia di bandara kecil yang ber-AC super dingin itu. Saya akan kembali ke Penang suatu saat nanti.

Monday, January 9, 2012

Rafting Seru di Kali Elo Magelang

Ini cerita lama, tapi masih asyik kayaknya buat dibagi. Tanggal 3 Januari 2010 lalu, teman-teman saya minta ditraktir karena hari sebelumnya adalah ulang tahun saya. Saat itu usulnya adalah rafting, dan seorang teman mengusulkan untuk rafting di Kali Elo, Magelang.
Kenapa Kali Elo? apa menariknya? Hehehe....karena ini adalah rafting buat pemula, jadi dipilihlah Kali Elo yang memang grade-nya cukup ramah buat pemula, tapi fun-nya tetap ada.
Kami sepakat menggunakan jasa operator rafting Citra Elo. Kalau mau tahu alamat dan kontaknya, ada di Jl Raya Mendut-Sendangsono km 0,2 Progowati, Mungkid, Magelang, telp (0293) 788435.
Berangkat dari Solo ada lima orang, yaitu saya, Diny, Utik, Wiwid, serta teman dari Swiss yaitu Sven Huber. Kami terlebih dahulu menjemput satu teman, yaitu Bayu di Yogya. Kemudian langsung menuju ke Mungkid, meeting point-nya EO Citra Elo, yang tidak begitu jauh dari Candi Borobudur dan Candi Mendut. Dari sana, setelah berganti baju dan bersiap-siap, kami menuju ke starting point dengan naik mobil milik EO Citra Elo sekitar 15 menit.
Ternyata, bebarengan dengan kami, banyak grup lain. Jadi kami harus antre di starting point. Tahap awal adalah briefing, kemudian dilanjutkan dengan pemanasan sejenak, geleng-geleng kepala, tekuk kaki tekuk tangan hehehehe. Hari sudah menjelang sore, sekitar jam dua siang. Perjalanan diperkirakan akan menempuh jarak 12 km dengan lama perjalanan kurang lebih 2,5 jam, satu kali istirahat.
Tiba giliran kami, hujan gerimis turun. Agak waswas juga, gimana ya...gimana ya....tapi cuek saja dan berdoa. Bukannya apa-apa, tapi meskipun levelnya ringan, ada kasus juga orang mati di sini. Yang terakhir malah ada mahasiswa UGM yang tewas saat rafting juga. Nah lho...jadi jangan meremehkan.
Oya, paket yang kami bayar waktu itu kalau tidak salah Rp 750.000 untuk satu perahu (enam orang), lalu ditawari juga apakah mau foto? karena mereka melarang orang luar mengambil foto (kayaknya sudah kesepakatan sejumlah operator rafting di sini). Jadi akhirnya, kami ambil juga termasuk foto. Terus mana fotonya? hehhehehe...itulah ketidakprofesionalan operator yang kami gunakan. Pas selesai rafting, eh mereka bilang fotonya gak jadi karena alasan teknis. Oalaaah...padahal pas jeprat-jepret meyakinkan, dan kami pun pose mati-matian. Tetapi duit untuk foto (saya lupa berapa) dikembalikan kok, meski tetap saja kecewa.
Balik lagi ke rafting, Kali Elo itu warnanya cokelat kotor. Di awal, air cukup tenang, kemudian mulai agak beriak sampai ada beberapa jeram. Lumayan memacu adrenalin sih. Satu pemandu berada di ujung belakang perahu yang kami tumpangi. 
Pemandangan beberapa kali cukup bagus, tetapi...itu kan sore hari yaa, jadi kami melintasi beberapa perkampungan di pinggir sungai, pemandangan tidak lagi hijau-hijau pohon, berganti dengan orang mandi dan boker....duuuh !!! yang mandi sih oke-oke saja...lha yang bokerrr????? jiaaah....
Di satu titik, perahu juga sengaja dibalikkan. Kaget juga, tapi seru...cuma panik di awal tetap saja ada. Di satu jeram saya sempat hanyut lebih dulu, sementara teman saya Bayu sempat beberapa saat masuk pusaran air. Duh, pengalaman yang serem. Saya bisa bayangkan, bagaimana seremnya rafting di sungai yang levelnya di atas Kali Elo.
Ada satu kali istirahat dilakukan di sungai yang dangkal, sekitar 30 menit, kita bisa beli minum atau sekadar istirahat sebelum melanjutkan perjalanan. Bila hari libur, maka banyak sekali grup-grup yang rafting. Beberapa bahkan ibu-ibu dan anak-anak. Sisa perjalanan cukup tenang dan pemandangan lumayan juga. Kami tiba di pos akhir, kemudian mandi dan dilanjutkan dengan makan. Ini adalah pengalaman rafting saya, dan cukup lumayan juga. Jadi kalau Anda kebetulan di Yogya dan suka petualangan, coba ajak teman-teman untuk rafting di Kali Progo, untuk memecah kebosanan setelah melihat Borobudur atau Prambanan yang mungkin sudah biasa. 

Selamat mencoba :)

A

Saturday, January 7, 2012

Pesan dari Mahaguru Traveling Indonesia HOK Tanzil


Sekotak buku-buku bekas diberikan teman saya, Diny, kepada saya awal Januari lalu. Memang saya meminta dia menyumbangkan buku-buku bekasnya, dan rencananya akan saya sampaikan ke teman saya di Klaten yang rencananya akan membuat perpustakaan umum di desanya.
Malamnya, saya bongkar kotak itu, dan saya menemukan satu kotak berbungkus rapi. Saya sudah bisa menebak, ini pasti kado karena memang bersamaan dengan ulang tahun saya. Saya buka hati-hati, dan saya takjub melihat isinya. Buku Catatan Perjalanan Alaska Dan Eropa karya Prof DR HOK Tanzil. Luar biasa. 
Sudah lama saya mencari-cari buku ini dan seri lainnya. Saya mengikuti cerita HOK Tanzil di Majalah Intisari tahun 1980-an saat saya masih SD. Kakak saya yang berlangganan. Lalu saat kuliah, saya menemukan buku-buku saku HOK Tanzil yang disarikan dari artikel bersambung di Majalah Intisari di Perpustakaan Kampus UNS. Tapi, saya tidak menemukannya di toko buku manapun, bahkan di kios buku bekas langganan. Maklum terbitannya pun tahun 1982, jaman jebot, oleh Penerbit Alumni.
Thanks buat Diny dan Irfan yang memberikan satu seri buat saya. Ini harta karun yang tak ternilai bagi saya.
Lebih dari itu, saya sangat menikmati sekali cerita profesor dan isterinya (yang pinter memasak) ini. Kagum malah. HOK Tanzil lahir di Surabaya tahun 1923. Drs Med FKUI diperolehnya dalam tahun 1952. Cuti sakit 1953-1956. Gelar Doktor Ilmu Kedokteran diraihnya tahun 1957 dan menjadi dokter tahun 1959. Menjadi Guru Besar pada Bagian Mikrobiologi FKUI tahun 1967. Karena alasan kesehatan, ia mengundurkan diri dari kegiatan pendidikan, pengajaran dan penelitan sejak tahun 1975. Masa pensiunnya diisi dengan berkeliling dunia bersama-sama isterinya mengunjungi 91 negara (Juni 1982). Jadi bisa dibayangkan, sekarang pasti sudah lebih dari 100 negara.
Saya kagum dengan beliau karena beliau dalam kacamata saya adalah sosok yang bekerja keras di masa muda, namun tidak lupa menikmati hidup di masa tua. Segala gelar pendidikan itu memang penting (salah satu hal yang penting malah) tetapi memberi apresiasi terhadap diri sendiri dengan menyenangkan diri sendiri, tahu kapan harus kerja keras dan kapan untuk bersenang-senang tak kalah pentingnya.
Saya juga kagum dengan sang isteri yang seorang diabet, dengan jalan tertatih, tetap saja mendampingi suami tercinta melakukan perjalanan keliling dunia. Alaska bersuhu minus 30 derajat celcius pun dilalapnya, perjalanan di wilayah konflik seperti di Belfast, Irlandia Utara pun diselesaikannya. Tidur di stasiun kereta api, 6 bulan tidur di mobil dalam travelingnya, mengeret-eret koper 20 kg dalam tenaga tuanya, bagi saya itu luar biasa. Itu terdengar seperti mengejek saya 

"Gue sama isteri yang sakit-sakitan aja bisa, lu gimana?"

Tahu kapan bekerja keras, kapan bersenang-senang dan tau  "how to have fun", kesetiaan, cinta yang tak putus, keberanian, gigih, tenang menghadapi situasi buruk, adalah sekian deret pesan lain yang saya tangkap dari sosok HOK Tanzil dan isterinya, dari catatan perjalanan yang saya baca.
Mengeja catatan perjalanan sang profesor seperti membaca buku yang 3Dimensi. Entah apakah ada buku semacam itu, tetapi saat saya membaca, semua seperti tercetak di depan mata atau malah saya dibawa ke sana. Suatu saat, saya tiba-tiba sudah berada di dalam bus Greyhound melintas AS, menembus Alaska di bawah cuaca menusuk tulang. Lain waktu, saya berada di Narvik, Norwegia untuk melihat matahari di tengah malam buta. Tentu ini imajinasi saya, tetapi cerita-cerita itu sudah luar biasa bagi saya, apalagi kalau saya bisa ke sana juga.
Saya salut karena itu bukan pekerjaan gampang. Selain itu, meskipun secara materi, sang profesor dalam kacamata saya aman secara finansial, tapi ternyata tidak melulu "traveling cantik". Enam bulan tidur di mobil, tidur di stasiun, tidur di kamar sewa milik penduduk, pernah tidak makan 24 jam juga dilakoninya.
"Buat kami pribadi, lebih penting menghemat tenaga daripada menjual tampang dengan sering berganti pakaian. Kami jarang lebih dari semalam di suatu tempat. Pakaian kotor dapat dicuci sebelum tidur dan umumnya sudah kering di pagi hari."

(Catatan Perjalanan Alaska Dan Eropa, hal 188, HOK Tanzil)

Gaya traveling tentu sesuatu yang personal dan subyektif, tapi saya belajar dari sang profesor, dengan menikmati kesederhanaan, kadang berani mengambil risiko, sebuah perjalanan traveling akan lebih berharga dan berarti. Traveling dapat mengukur seberapa besar nyali, kemampuan bertahan, dan seberapa kuat karakter kita sebenarnya.
Bagi anak sekarang, mungkin nama HOK Tanzil agak asing. Tetapi tidak ada salahnya belajar dari grandpa kita yang satu ini. Coba cari buku-bukunya: Catatan Perjalanan Pasifik Australia Amerika Latin, Catatan Perjalanan Indonesia, Catatan Perjalanan Asia dan Afrika, serta Catatan Perjalanan Alaska dan Eropa. Mungkin di toko buku tidak ada lagi, tapi coba cari di tukang loak buku atau pasar buku bekas. 

Selamat hunting dan selamat traveling !!

A

Thursday, January 5, 2012

Backpacking Bareng Pacar, Suka Ria atau Bencana?

Sumber foto: superstock.com
Saat jadi pengisi kuliah di FISIP, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, saya mendapatkan pertanyaan unik dari seorang mahasiswi "Backpacking boleh bawa pacar nggak?" 

Bagi saya, pertanyaan ini bukan pertanyaan sepele dan tidak penting. Justru ini adalah pertanyaan bagus yang banyak dialami orang. Backpacking di sini sebelumnya saya bedakan dengan traveling biasa, piknik, tamasya. Backpacking di sini mungkin membutuhkan waktu lebih lama, dengan banyak aspek yang akan menuju ke hasil apakah backpacking itu akan menyenangkan atau tidak. Aspek-aspek itu bisa berupa bagaimana tetap survive, bagaimana menghadapi critical situations di mana akan memunculkan pertengkaran, dan lain sebagainya yang akan berpengaruh terhadap hubungan itu sendiri.

Saya akan coba berbagi beberapa kemungkinan yang akan Anda hadapi, untuk kemudian bisa Anda simpulkan sendiri apakah Anda perlu backpacking bersama pacar atau tidak. Karena hasil akhir nanti akan sangat-sangat subyektif. Hal-hal yang akan saya bagi adalah pengalaman saya backpacking berdua dengan cewek di luar negeri.


Hal utama yang kemungkinan akan dihadapi dalam backpacking, baik bagi cowok atau cewek adalah ini:

1. Lapar
2. Capek
3. Tersesat
4. Sakit
5. Uang menipis

Kelima hal itu bisa saja terjadi satu persatu, atau bahkan terjadi berbarengan, yang pada akhirnya menuju ke arah yang sama "Amarah" dan "Stress". Sampai di sini masih berpikir akan mengajak pacar backpacking dan optimistis hubungan kalian akan baik-baik saja? Oh masih...baiklah...heheheheh.

Bagi cowok, beberapa hal yang mungkin akan terjadi pada cewek Anda:
1. Mood naik turun, marah-marah gak jelas karena sedang PMS.
2. Memposisikan Anda sebagai "ksatria" dengan memberikan Anda beban yang lebih berat untuk membawa backpack.
3. Suka sekali berfoto, welll...siapa yang tidak? Tapiii...cewek kadarnya lebih, dan siap-siap saja menjadi fotografer setiap lima jengkal langkah.
4. Cewek terbiasa bilang "terserah kamu" saat Anda memberikan ide untuk memutuskan suatu masalah. "Terserah kamu" bagi cewek artinya "Apapun asal menyenangkan, kalau tidak kubunuh kamu !"
5. Cewek akan ribet dengan tempat tidur, penginapan, toilet, hal-hal remeh temeh, tidak mau jalan kaki. Cewek pada dasarnya suka traveling cantik. Kalau perlu, keluar airport dijemput taksi, masuk hotel, bangun dipijitin, keluar naik taksi, masuk mall, makan di fancy restaurant, bla..bla..bla. Kalau pun ada yang bisa diajak bantingan, jumlahnya tidak akan banyak.
 
Bagi cewek, beberapa hal yang mungkin akan terjadi pada cowok Anda:
1.  Pastinya sebagian besar cowok akan lebih atletis daripada ceweknya. Anda harus siap berjalan kaki atau berpayah-payah. Anda siap?
2. Cowok akan selalu lapar di malam hari. Sementara Anda menghindari makan di malam hari.
3. Cowok makan banyak. Akan berpengaruh di budget.
3. Cowok tidak suka belanja. Menemani belanja (apalagi di mall, but really..backpacking masih ke mall juga?) adalah neraka dunia. Kalaupun mereka senyum-senyum di awal saat diajak belanja, tunggu dan liat saja wajah mereka 45 menit kemudian.
4. Kebanyakan cowok tidak terlalu ribet soal keuangan. Apalagi kalau di depan ceweknya. Dalam konteks traveling, berbahaya bila berlarut-larut, bisa-bisa Anda kehabisan duit di jalan.
5. Cowok tidur di mana saja, tidak ribet soal makan, dan tidak ambil pusing saat kehujanan. Anda?
6. Cowok bangun siang. Eh salah...sangat siang :)

Sampai di sini, masih juga masih niat backpacking bareng pacar? Baiklah, mungkin kalian berdua adalah ditakdirkan untuk bersama. Tapi teori tetaplah teori, karena praktiknya nanti bisa saja Anda bisa murka...duuuuh...rasanya pengen mencekik pacar sendiri...heheheh...Nah, kalau tidak ingin terjadi, cobalah tips ini:
1. Atur keuangan sebaik-baiknya. Iya ini pacar Anda, but still he or she...is not your husband/wife. Anda bisa pisah kapan saja untuk masalah apa saja. Maksud saya, keuangan adalah salah satu point penting. Kalau Anda ingin sharing, bicarakan sejak awal masing-masing harus setor berapa, apa-apa saja yang akan ditanggung bersama dan apa-apa saja yang masuk keperluan pribadi. Masing-masing Anda juga harus membawa uang backup sendiri, jangan belanja minta pacar. Ini penting lho, bahkan perkawinan aja ada perjanjian soal ini kan untuk mengantisipasi masalah ?

2. Bayangkan seperti ini: Anda di rumah biasanya ketemu setiap hari (tapi tidak 24 jam), atau paling parah adalah seminggu sekali pas ngapel malam minggu. Nah, sekarang Anda harus bersama pacar Anda 24 jam sekian hari beribu mil jauhnya dari rumah. Sakit, senang, makan, pipis, dan lain sebagainya Anda akan alami bersama. Siap? Saran saya, satu atau dua jam (kalau nggak bisa pisah lama-lama) Anda bisa pisah di jalan. Misalnya, si cewek suka ke museum, sementara si cowok nggak suka, coba deh si cewek ditinggal beberapa jam di museum. Atau sebaliknya, pas malam si cewek stay di kamar sementara si cowok yang kelaparan diizinkan untuk cari makan di luar sendirian. Jangan berpikir aneh-aneh, gimana kalau cowok saya nanti melakukan hal-hal gak jelas, atau sebaliknya bagaimana kalau cewek saya nanti diculik orang. Waktu terbaik adalah saat Anda berpisah...kemudian kembali lagi bertemu dengan pacar Anda...legaaa....perlu sedikit tarik ulur rasa kangen :)

3. Be cool, calm down. Satu atau dua kali, atau bahkan sering...Anda akan bertengkar untuk hal yang sepele sampai yang besar. Yang penting, harus ada yang jadi air saat yang satunya jadi api. Saat cewek Anda marah besar dan meracau tidak jelas, biarkan, diamkan, sampai mereda. Si cewek juga jangan bersikap princess. Cowok Anda bukanlah ksatria yang akan membereskan persoalan Anda berdua, sementara Anda tengah bersolek. Toleransi, bersikap santai menghadapi persoalan, saling meredam ego yang berlebih. Percayalah, backpacking adalah salah satu cara ampuh untuk mengetahui karakter pacar Anda sebenarnya, sebelum terlambat Anda memperistri atau menjadikan dia suami. Hahahaha.

4. Beri kejutan. Siapkan kejutan-kejutan kecil dan manis dalam backpacking Anda. Anda bisa melakukannya di spot yang cantik dan romantis. Bagaimana caranya? Anda bisa riset dulu tempat yang memungkinkan untuk melakukan. Atau ketika Anda traveling di awal-awal, Anda bisa menghapalkan beberapa titik yang mungkin Anda jadikan lokasi kejutan. Bisa di pantai, sudut kota dengan view keren, rumah makan, restauran, atau di mana pun. Kalau memungkinkan, beli hadiah kecil (gak harus mahal) di satu toko tanpa pasangan Anda tahu (tentu dari budget pribadi, jangan mencampur budget bersama).

5. Making Friends. Ini salah satu cara untuk menyegarkan suasana. Mendapatkan teman-teman baru dalam perjalanan pasti akan mengasyikkan. Tapi kalau pacar Anda tipe yang cemburuan, hindari berkenalan dengan orang-orang yang sekiranya memunculkan rasa cemburu. Lebih bagus kalau bertemu pasangan juga.

Nah, bagaimana? Masih ingin backpacking bareng pacar? Silakan diputuskan.

regards,

A

Wednesday, January 4, 2012

Kartu Pos dari Medan

Setelah break beberapa saat karena puasa dan Lebaran tahun 2011 lalu, akhirnya setelah Lebaran atau tepatnya di bulan September, saya kembali ngelayap. Kali ini ke Medan dan sekitarnya, untuk membuat buku Seri Travelicious, yaitu Medan. Nah, untuk Travelicious kali ini, saya nulis bareng Ajie Hatadji.

Kami berada di Merdeka Walk saat menuliskan bagian awal buku ini. Merdeka Walk adalah titik nol Kota Medan, sebuah kawasan hingar bingar oleh orang yang ingin menikmati makanan dan sekadar 
menikmati udara malam Medan sambil kongkow bareng teman. Oya, ini hanya sepelemparan pandang untuk menemukan Gedung Kantor Pos Besar Medan, tempat kami menuliskan salam melalui selembar kartu pos, greeting from Medan untuk Anda.
            Kami berdua duduk di salah satu sudut Merdeka Walk, hari terakhir setelah kami berpetualang menjelajah Medan dan sekitarnya. Medan benar-benar salah satu petualangan menantang bagi kami, dengan keunikannya, dengan kekhasannya. Medan adalah kenikmatan sempurna saat lidah kami mencicipi kwetiau Akuang di lokasi kuliner Pagaruyung, Kampung Madras. Kami benar-benar sakau dengan kwetiau halal ini, sampai saat seporsi habis pun kami masih tak mampu memalingkan mata dari penjualnya yang sibuk memasak di depan warung. Mengadu lidah dengan durian yang menyaru ke dalam berbagai jenis makanan, bertemu orangutan di habitat aslinya, serta menikmati kost-an murah serupa hotel bintang dua, adalah keriaan kami yang lainnya. 
Ini adalah petualangan kami sebenarnya sejak kami berdua berteman tahun 2009. Kami adalah anggota organisasi traveler dunia, Couchsurfing sejak tahun 2008, dan budget traveling adalah gaya pilihan kami saat melakukan perjalanan. Buku Travelicious Medan: Jalan Hemat Jajan Nikmat adalah kerjasama pertama kami yang akan mengajak pembaca menikmati berpetualang sebenarnya di Medan dan sekitarnya, secara hemat dan nikmat. Mengajak pembaca untuk belajar mengantisipasi masalah, membuat itinerary sederhana hingga memetakan spot-spot jagoan di Sumatera Utara.  Kami percaya, Medan adalah salah satu destinasi dalam negeri yang pantas Anda coba. Inilah kota pertama di Pulau Sumatera yang seharusnya Anda injakkan kaki pertama kali. 
Kami juga percaya, buku ini belum akan mampu memuaskan dahaga Anda soal Medan. Tetapi, kami percaya, buku ini sedikit atau banyak akan mampu menjadi pegangan awal Anda untuk menikmati Medan. Harapan kami, Anda akan menikmatinya, seperti kami menikmatinya. Semoga.
Tunggu sebentar lagi yaa....bakal di-update
Merdeka Walk, 22 September 2011,

Ari & Ajie

Sunday, January 1, 2012


No one ever regarded the first of January with indifference. It is that from which all date their time, and count upon what is left. It is the nativity of our common Adam
[Charles Lamb]
Happy New Year 2012
 
*foto dicolong dari FB teman ;)