Tuesday, August 22, 2017

5 Lokasi Pantai Terindah di Dunia, Indonesia Jawaranya

US News & World Report Travel Rankings dalam salah satu laporannya mengeluarkan daftar lima lokasi di mana terdapat pantai-pantai terindah di dunia yang bisa menjadi acuan para traveler dunia.

Dalam laporan yang didasarkan pada analisis ahli dan opini para traveler yang pernah menjelajahi pantai-pantai di dunia ini, mereka mengklaim hasil pemeringkatan ini tidak bias dan bisa menjadi informasi yang berguna karena bukan hanya sekadar sebuah opini personal dari editor mereka. Meskipun demikian mereka menyadari bahwa pengalaman traveling adalah sesuatu yang personal. Berikut lima lokasi pantai-pantai terindah di dunia:

                                                                          Foto: www.water-sport-bali.com

1. Bali : Pantai-pantai di Bali, Indonesia, dikukuhkan sebagai pantai yang paling indah di dunia. Selain pantai-pantai yang sudah dikenal seperti Pantai Sanur, Pantai Kuta, Pantai Pandawa hingga Nusa Dua, Bali juga memiliki pantai-pantai tersembunyi yang layak dinikmati traveler dunia.

Misalnya Pantai Padangbai yang hanya memiliki garis pantai 60 meter saja, di mana pelancong bisa menikmati snorkeling, kemudian juga ada Pantai Balangan di Jimbaran tempat pelancong melakukan surfing, atau juga Pantai Suluban adalah salah satu yang paling unik di Bali, disembunyikan oleh formasi batu kapur alami dan diakses melalui tangga dan celah sempit di batu karang. Kemudian ada Pantai Karma, Pantai Padang Padang, dan masih banyak pantai tersembunyi lainnya yang indah. Bali seperti sebuah jaminan akan liburan yang menyenangkan dan nyaris tidak pernah mengecewakan.


                                                                                 Foto: kindertravelguide.com

2. Amalfi : Di urutan kedua adalah Pantai Amalfi yang terletak di wilayah Campania, Italia. Sudah ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO, mencakup 34 mil dengan medan yang megah, tebing-tebing indah, berdampingan dengan perairan Mediterania. Pantai dan 13 kota pantainya terhubung dengan sebuah jalur berkendara yang disebut paling indah di dunia. Dengan banyak resor mewah dengan santapan terbaik Italia. Kota Amalfi adalah republik maritim dari Italia yang paling tua, yang pernah menjadi pusat dagang di Mediterania.


                                                                                    Foto: www.best-beach.com
3. Oahu : Pantai Oahu adalah perpaduan kemewahan kosmopolitan dan pemandangan yang memukau dibanding tempat lainnya di Kepulauan Hawaii. Terletak di Central Pacific, di ibukota negara bagian Honolulu, pelancong akan menemukan sejumlah situs bersejarah dan budaya.

Pelancong bisa berkunjung ke North Shore untuk menikmati suasana pedesaan Hawaii, di mana mereka akan disuguhi air biru yang cemerlang dan berkelok-kelok di pantainya. Oahu memang memiliki kelebihan karena di sini tak cuma pantai, namun juga tempat kita menemukan budaya Hawaii, kemewahan, sekaligus kehidupan alam liar wilayah tersebut.




                                                                                   Foto: www.best-beach.com

4. Rio de Jainero : Posisi empat adalah Rio de Jainero. Dikenal sebagai Cidade Maravilhosa atau kota yang luar biasa, Rio de Jainero adalah kota metropolis di Brazil yang menawarkan pemandangan dramatis di hampir setiap sudutnya. Dari lereng Gunung Corcovado, Anda akan mengagumi Christ the Redeemer setinggi 125 kaki, yang menghadap ke pantai asli Rio, hingga dari tepi Pantai

Copacabana dan Pantai Ipanema, Anda akan mengagumi latar belakang gambar yang sempurna yang telah menarik Cariocas (orang asli Brasil yang lahir di Rio de Janeiro) dan pengunjungnya selama lebih dari 500 tahun. Di sini, kemewahan, gaya busana yang stylish, dan sikap santai mendominasi karakter kota. Berjalanlah di sepanjang Avenida Atlântica di Copa, dan Anda akan menemukan sebuah kota penuh dengan para beachwalker berpakaian bikini.


                                                               Foto: www.mauiphotographybyjen.com



5. Maui : Maui adalah pulau yang berada di Central Pasific, yang menjadi bagian dari Kepulauan Hawaii. Bagi banyak orang yang berkunjung ke Hawaii, Maui adalah pilihan utama karena tawaran keindahan pantainya, tempat snorkeling bersama lima jenis kura-kura laut yang berbeda, atau hanya sekadar bersantai di sepanjang pantainya.

Kebanyakan pelancong memilih bersantai di Pantai Wailea yang terkenal, atau juga ke Pantai Kaanapali. Selain tawaran pantai indah, pelancong juga bisa menjelajahi pesisir timur Maui yang indah, menjelajahi Haleakala – gunung berapi paling aktif di dunia, hingga berkunjung ke Iao Valley State Park mengenal suku asli di Maui.

Keterangan: 

Tulisan ini bersumber dari US News & World Report Travel Rankings, dan artikel ini dirangkum oleh penulis untuk dimuat di www.infonawacita.com.

Sunday, August 20, 2017

Jelajah Heritage: Kesederhanaan Candi Sambisari

Baru pertama kali saya menyambangi Candi Sambisari. Gara-garanya saya sering naik motor Jogja - Solo dan kerap melihat papan petunjuk di kiri jalan ke arah Candi Sambisari. Sampai suatu saat, saya iseng belokin motor mengikuti papan petunjuk tersebut.

Candi Sambisari mudah dicapai dari Jogja, sekitar 4,3 km dari Bandara Adisucipto. Petunjuknya gampang, dari Bandara Adisucipto lurus aja arah Solo. Paling mudah adalah menggunakan petunjuk gapura Kompleks TNI AU (ini satu-satunya yang paling mudah untuk petunjuk) yang posisinya ada di kanan jalan. Nah, di seberang pas nanti ada gapura jalan kampung dengan petunjuk ke arah Candi Sambisari, masuk aja sekitar 1 km. Lurus aja, nyebrang selokan Mataram masih lurus. Hingga ketemu kompleks Candi Sambisari.

Lokasi kompleks Candi Sambisari berada menjorok di dalam tanah.


Area kompleks Candi Sambisari sendiri berbentuk kotak persegi, dan berada di kedalaman yang saya belum nemu info berapa dalamnya. Bentuknya candinya sederhana tetapi terawat rapi. Dengan semacam tembok luar mengelilinginya. Kemudian tembok lapis kedua sebelum kita bertemu dengan tiga candi yang tidak sempurna, baru kemudian kita menemukan candi utama.

Dalam keterangan di lokasi, Candi Sambisari merupakan candi yang diperkirakan dibangun pada abad IX, yang terletak di Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Candi ini ditemukan oleh seorang petani pada tahun 1966. Saat itu sang petani tengah mencangkul tanah milik warga bernama Karyowinangun dan cangkulnya membentur batu ukir yang merupakan reruntuhan candi. Oleh Kantor Arkeologi kemudian dilakukan penggalian dan rekonstruksi yang selesai pada bulan Maret tahun 1987. 




Berdasarkan arsitektur dan bentuk ornamen, Candi Sambisari memiliki kemiripan dengan Candi Prambanan, yang berlatar keagamaan bersifat Siwaistis. Terdapat patung-patung Dewa Hindus, kemudian juga terdapat Lingga dan Yoni di dalam candi utama. Lingga adalah salah satu perwujudan Dewa Siwa, sementara Yoni adalah perwujudan dari Sakti yang merupakan isteri Siwa. 




Selain itu juga terdapat patung Durga Mahisasuramardhini (Utara), Ganesa (Timur), Agyasta (Selatan), serta Mahakala dan Nandiswara sebagai penjaga pintu.

Bila Anda suka arkeologi ataupun sejarah, candi ini patut untuk didatangi. Waktu saya mengunjungi candi ini kebetulan bulan Agustus di mana ada kebijakan untuk menggratiskan tiket masuk. Tetapi menurut informasi, di hari biasa tiketnya cuma Rp 2.000 (atau mungkin lebih?), yang pasti harga tiketnya masih ramah di kantong. Kalau bingung, dari Jogja bisa memakai Go-Jek, more less sekitar Rp 30.000-an. Lokasinya kira-kira di pertengahan dari Jogja ke Prambanan. 

Selamat menjelajah,

Ariy

Friday, August 11, 2017

Jelajah Heritage: Candi Plaosan Kidul - Klaten, Jawa Tengah

"Orang tua selalu berbicara soal masa lalu, anak muda selalu berbicara masa depan", itu yang saya ingat dari omongannya si Ajie, salah satu travelmate saya menjelajah Medan, Danau Toba, hingga Bukit Lawang. Sepertinya tepat sih, saya memang sudah tua hahahaha.

Saya selalu suka hal-hal yang berhubungan dengan masa lalu, sejarah, kota lama, barang antik, mantan...eh. Pokoknya apapun yang lawas dan mbladhus hihihi. Termasuk saya suka menikmati candi yang satu ini. Nggak cuma masa lalu dong, ini benar-benar masa yang sangat lalu.

Candi Plaosan, dua kali sudah saya ke sini. Tinggal nambah sekali bakal dapat hadiah sabun colek. Dua kali itu saya mampir sembari pulang dari Jogja menuju Solo. Kalau pas berangkat mampir nggak enak, musti muter. 

Di perbatasan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah ini memang banyak candi. Tapi memang yang paling cantik adalah Candi Prambanan, baru kemudian (menurut saya) adalah Candi Plaosan ini. Yang ketiga adalah mantan. Candi Ratu Boko.

Candi Plaosan terletak di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, dan masuk Kabupaten Klaten. Inget ya, Klaten...bukan Jogja. Lokasinya sekitar 4,2 km dari Candi Prambanan. Kalau dari Bandara Adisucipto Yogyakarta sekitar 16 kilometer. 

Candi Plaosan terdiri dari dua areal, yaitu Candi Plaosan Kidul dan Plaosan Lor. Yang jadi tujuan biasanya Candi Plaosan Kidul alias Selatan. Memang kalau dari arah jalan masuk, yang kelihatan langsung yang Candi Plaosan Kidul. Begitupun saya, ke sana ya selalu ke Candi Plaosan Kidul.



Sejarah soal candi ini simpang siur dan banyak versi. Saya nanya adik saya yang sarjana sejarah dan ikut komunitas pecinta sejarah pun juga bilang hal sama. Jadi memang soal keabsahan sejarah yang akan saya kutip bisa saja diragukan. 

Salah satu versi menyebut bahwa candi ini dibangun pada masa pemerintahan Raja Rakai Pikatan pada jaman Mataram Kuno (Abad IX). Kalau mereka yang menjadi bagian generasi 90-an, pasti langsung "ting!" mendengar nama raja itu. Hehehehe. Iya, ingatan saya langsung terlempar pada sandiwara radio "Tutur Tinular" (Saur Sepuh ya? yang ada Rakai Pikatan?) hahaha. Tapi generasi millenials mungkin nggak ngeh, jadi lupakan.

Nah soal versi ini didukung oleh pakar, yaitu De Casparis, mengacu pada prasasti Cri Kahulunan (842 M). Menurut prasasti itu, candi ini dibangun oleh Ratu Sri Kahulunan yang beragama Buddha. yang bergelar Pramodhawardani (puteri Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra). Nah, padahal kalau Mataram Kuno kan Hindu. Makanya tak heran ada representasi arsitektur dari Hindu dan Buddha di candi ini.


Dalam candi-candi Buddha terdapat kemuncak stupa, arca Buddha, serta candi-candi perwara (pendamping/kecil), nah itu pula yang ada di candi ini. Soal sejarah ini silakan Anda googling atau mencari referensi yang lebih valid, itu kalau memang ingin mempelajari lebih jauh.

Salah satu yang saya suka dari kawasan candi ini adalah tidak terlalu terkomersialisasi. Mungkin karena kalah pamor dari Candi Prambanan yang tak jauh dari lokasi Candi Plaosan. Nah, karena kalah pamor itu, tidak terlalu banyak pengunjung. Lebih enak untuk mengeksplorasi, motret-motret nggak terlalu keganggu.



Kawasan ini juga tertata sangat rapi. Selain candi-candi besar, terdapat sejumlah candi kecil, dengan lorong-lorong yang membuat imajinasi saya terlempar ke jaman masa lalu. Membayangkan ini sebuah kampung, kemudian ada jalan setapaknya dan sebagainya dan sebagainya. Ada satu areal yang dibangun seperti panggung dengan arca-arca mengelilinginya. 


Areal reruntuhan yang lumayan besar menurut saya justru memberi kesan magis. Keren. Oya, dua kali ke sini selalu pas weekend, dan alhamdulillah kondisinya selalu lengang. Mau motret tanpa bocor, bisa banget. Ini beda banget dengan Candi Prambanan dan Candi Borobudur yang kalau kita motret (khususnya bagi saya yang amatir) selalu aja bocor ada pengunjung lain in frame. 

How to get there: Cara ke sini gampang. Untuk wisatawan yang stay di Jogja, naik aja TransJogja turun di halte Prambanan. Dari sini cari ojek ke Plaosan (karena masuknya lumayan jauh, jalan kaki gempor juga). Saya perkirakan ojek pangkalan sekitar Rp 15.000-an. 

Saya tidak tahu ada Gojek sampai sini nggak, tapi bisa dicoba untuk hunting Gojek. Kalau naik Gojek dari Bandara Adisucipto (16 km), sekitar Rp 33.000. Kalau naik motor sewaan, gampang. Sampai ke Candi Prambanan tinggal lurus aja arah Solo, nggak jauh sekitar sekilo mungkin ya...pokoknya nanti kiri jalan ada papan petunjuk untuk belok kiri ke Candi Plaosan. Nah, kalau udah masuk jalan ini, luruuuusss aja sampai nemu papan petunjuk lagi (kanan jalan). Kalau sudah nemu, belok kanan...maka ketemu sudah.

Tiket masuk berapa? Rp 3.000 perak tanpa tiket. Muriiiih, mengingat parkir motor aja Rp 2.000. Jam buka saya tidak tahu karena memang lokasinya sangat terbuka, berbeda dengan candi lain. Tapi ada pos satpamnya, jadi mungkin pagi-sore. 

Oya, di sini fotografer sering hunting sunset yang konon indah bener, mengingat sekitarnya adalah persawahan. Selain itu, Pemkab Klaten juga punya agenda tahunan Festival Candi Kembar. Pas saya ke sana, kanan kiri jalan menuju ke candi ini sudah terpasang spanduk jadwal festival ini. Saya lupa nyatet, monggo googling saja ya hehhehehe.

Selamat menjelajah :)

Ariy

Wednesday, August 9, 2017

Daftar Antrean Bikin Paspor Sekarang Bisa Lewat Whatsapp Lho...

Ada kabar baik nih, sejak 8 Agustus lalu bagi pemohon paspor bisa mendaftar antrean lewat Whatsapp lho. Ingat ya, mendaftar antrean, jadi bukan seperti kata teman saya ini:

"Alhamdulillah sekarang bikin paspor bisa lewat Whatsapp." Wooooo...makanya kalau baca informasi musti lengkap, jangan cuma judulnya doang hehehe.

Jadi begini, Direktorat Jendral Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM secara serentak meluncurkan sistem pendaftaran antrean pemohon paspor melalui Whatsapp di 26 kantor imigrasi di wilayah Indonesia, khususnya yang memiliki antrean pemohon paspor hingga 150 orang per hari. Seperti dikutip kantor berita Antara, ini terjadi di Jabodetabek, Yogyakarta dan Jawa Tengah.

                                                                                          Foto: liputan6.com

Kebijakan ini berlaku baik untuk pemohon paspor baru maupun perpanjangan paspor. Caranya bagaimana?  Mudah kok, tinggal mengirimkan data diri dengan mengetik #Nama #TglLahir #TglKedatangan. Contohnya begini:  #Ariy #02012001 #17082017 lalu kirimkanlah ke nomor 08 1111 00 333.

Nah setelah mendaftar, ntar akan ada balasan dari imigrasi berupa nomor barcode dan kode booking. Nomor ini di-replay untuk selanjutnya pemohon akan mendapatkan nomor antrean sekaligus jadwal untuk datang ke kantor imigrasi.

Imigrasi mengklaim dengan sistem ini akan lebih efisien dan masyarakat tidak perlu menunggu lama-lama. Mekanisme ini juga mencegah calo atau joki karena pendaftar wajib menggunakan nomor pribadi. Kode booking yang diperoleh saat mendaftar harus diperlihatkan saat datang ke imigrasi. Pemohon wajib datang 30 menit sebelum jadwal yang telah ditentukan.

Gimana kalau datangnya telat? kode booking kamu bakal hangus. Jadi harus mendaftar lagi. Nah, fair kan? Semua pendaftar juga jangan lupa membawa dokumen asli dan memastikan semua data diri pada dokumen identik dan sama. Sistem antrean ini tidak berlaku untuk permohonan untuk kasus paspor rusak atau hilang ya...

Salam,

Ariy

Nginep Simple dan Bersih ala Brothers Inn Babarsari Jogja (Review)

Ada teman saya yang suatu kali bertanya, kalau saya nulis review tentang hotel yang saya inapi gitu dibayar alias di-endorse nggak sih sama pihak hotel? Untungnya, sebagian besar saya tidak di-endorse sama pihak hotel. Saya bayar sendiri, dan tentu saja review saya akan lebih fair. Seingat saya, cuma sekali saya di-endorse oleh hotel, yaitu dari The Papandayan Hotel, Bandung. Selebihnya, bener-bener bayar dan penilaian independen.

Pertanyaan dia wajar, karena sekarang ini banyak review bayaran. Sah-sah saja bagi travel blogger di-endorse dan tidak dosa. Tetapi bagi dia sebagai pembaca yang ingin mendapatkan "kesaksian" yang jujur, kadang merepotkan. "Yang sering saya baca, kebanyakan penilaiannya jadi bias. Mungkin penulisnya nggak enak sama pihak hotel karena sudah mendapatkan kompensasi," ujar dia.

Bagi saya, sejujur-jujurnya "kesaksian", tetap aja itu subyektif dari kacamata penulis. Jadi memang kadang soal selera dan preferensi ini agak merepotkan dalam hal review. Panjang ya prolognya hahahaha...nggak, saya cuma ingin menggarisbawahi, soal selera ini semoga dipahami sebelum membaca review saya.

Seperti halnya saya sangat berselera dengan hotel yang minimalis dan kamar sempit. Ini soal selera, selain soal sayang aja bayar mahal untuk hotel hehehe. Yang lain pada ribut ingin kamar luas, kok saya malah cinta kamar sempit.

Nah, kali ini yang mewakili selera saya ini adalah Brothers Inn, di Babarsari, Yogyakarta. Pekan lalu saya menginap di sini dan saya membukanya dengan kata puas! Sebagai traveler on budget, anggaran menjadi pertimbangan saya untuk memilih hotel. Baru kemudian soal penampakan hotel, kemudian lokasi.

                                                                                              Foto: booking.com
Saya mendapatkan kamar ini dengan harga Rp 232.000 dari Traveloka. Kemudian karena saya memilih "bayar di hotel", harganya sekitar Rp 250.000 udah termasuk tax. Saya ambil juga karena penampakannya sepertinya menjanjikan.

Pertimbangan kedua soal lokasi. Babarsari adalah lokasi yang cukup saya kenal. Lokasinya belum masuk Jogja banget, tepatnya di Jl Babarsari 47, Yogyakarta. Kalau dari Bandara Adisucipto ke arah kota, sebelum masuk fly over Janti belok kanan (jalan samping Ayam Goreng Suharto masuk aja) atau muter dulu di bawah fly over. Lokasinya juga di sekitar kampus-kampus...beuuh...banyak banget resto, coffee shop, distro, warung burjo, Indomart, Alfamart (sampingnya pas juga lagi dibangun supermarket ini). Belum lagi deket dengan Sahid J-Walk dan J-Walk Mall. Ke Ambarukmo Plaza (Amplaz) pun juga tak jauh, meski tak sepelemparan kolor (kata temen saya, frasa "sepelemparan kolor" wajib ada di setiap tulisan saya).

Cara ke sana bagaimana? Sejak ada Gojek atau transportasi online lainnya, sepertinya paragraf tentang "how to get there" harus dihilangkan.

Sekarang mari kita ubek-ubek dalemannya. Saat tiba, proses check in sangat mudah. Tetapi saya lihat resepsionisnya kayaknya baru. Jadi kurang lancar dalam memproses, meski bagi saya sama sekali bukan masalah. Misalnya nih, cara menggesek kartu dia masih bingung, terus dibetulkan temannya (supervisor?). Lalu saat saya harus membayar deposit Rp 50.000, saya tidak mendapatkan tanda terima. Saya "oke" saja, tetapi saya pikir ini nanti di belakangnya bermasalah nggak ya? So far, proses check in cepet.

Saya dapat kamar 202, harga itu sudah termasuk dengan sarapan. Lift  tidak menggunakan access card system, hanya untuk pintu kamar saja. Pas masuk, saya lihat kamarnya emang sempit, luasnya 15 meter persegi. Tapi bagi saya cukup nyamanlah. Single bed mojok di deket jendela yang menggunakan gorden tarikan ke atas bawah itu (nggak tau namanya hehee). View-nya lumayan.

                                                                               Foto: dari Xiaomi Redmi-ku

Begitulah penampakannya. Bantal satu, dengan bed sepertinya masih baru, karena kayaknya ini hotel juga baru. Colokan listriknya di dekat bed komplet lho, satu colokan kaki dua dan satu colokan kaki tiga ada di sisi bed. Satu colokan kaki dua di meja mungil itu. Dua botol air mineral ukuran small, dua gelas, TV kabel dengan channel internasional yang...entahlah, saya hanya suka FOX Movie, lainnya tidak menarik.

Bagusnya, meski kamar sempit, tetapi karena penataan interiornya tepat, maka masih ada ruang cukup (di depan meja itu) untuk ibadah salat bagi muslim. Kelengkapan lainnya? lemari terbuka, dengan satu hanger baju dan rak (dua?). Tidak ada brankas barang berharga, tidak ada sandal hotel.

Lari ke kamar mandi, ada toiletries standar yaitu satu sabun hotel bulet sama satu botol kecil sampo, sikat gigi dan pastanya sebiji. Handuknya cuma satu (warna cokelat, kali biar nggak cepet kotor). Di sini juga ada colokan lagi. Shower-nya oke, hanya saja saya sempat kebingungan dengan krannya, biasanya untuk air panas kran digeser kanan (warna merah), dan dingin ke kiri (warna biru). Tetapi saya kurang memperhatikan warna, ternyata memang posisinya dibalik, yang panas ke kiri. Di sesi mandi pertama saya melewatkan air panas hehehehe. Sesi mandi berikutnya baru ngeh.

Saya tidak mengerti soal bangunan, tetapi yang saya tahu, suara luar sangat jelas terdengar sampai kamar. Untungnya saya bukan tipe orang yang tidak bisa tidur kalau nggak tenang. Mau seramai pasar malam ya hayuk aja...ngorok tetep.

Untuk sarapan, saya keluar jam 07.00 WIB. Yang terhidang saat itu adalah sayur sawi (wuenaaak) serta telur balado (telur rebus lalu digoreng dengan bumbu), kerupuk udang kecil, udah itu aja makanannya. Minuman ada kopi, teh atau air putih. Buahnya semangka. Tanggapan saya? Alhamdulillah, biasanya nggak dapet sarapan malah hehehe.

                                                                                               Foto: booking.com
Oya, Wifi-nya lumayan kenceng. Secara umum, saya memberikan 8 (dalam standar saya sebagai traveler on budget ). Kalau ke Jogja, tentu saja saya akan dengan senang hati untuk datang ke sini lagi.

Nah, bagian check out ini saya kan mau ambil deposit, eh masnya yang orangnya sama saat saya check in mendadak amnesia "Bisa minta tanda pembayaran depositnya Pak?" Badalaaaa...kemarin saya sudah ingatkan lho. Sekarang kok diminta.

Spontan saya jawab, "Lha kemarin saya minta nggak dikasih, Mas. Katanya nggak apa-apa nggak usah." Untungnya masnya nggak ngeyel, jadi proses ambil deposit dan check out berjalan lancar dan cepat.

Kalau Anda orangnya nggak rewel dan nrimo kayak saya hahaha, hotel ini nyaman dan simple, dan bersih...kata terakhir ini yang saya suka. Kelemahannya bagi traveler adalah memang lokasinya tidak di tengah kota, tetapi bukan di pinggir yang sepi gitu juga. Monggo kalau mau mencoba. Semoga berguna ya pengalaman saya ini :)

Salam,

Ariy