Thursday, November 18, 2010

Conquering Thailand

Sawasdee !!


Adalah Thailand yang memikat saya sehingga saya memutuskan negara ini ke dalam daftar salah satu negara yang saya kunjungi dalam backpacking saya yang pertama, tahun 2009 lalu. Saya tidak mengira, pada suatu saat saya akan membuat buku tentang Thailand, bukan hanya mengisi catatan perjalanan untuk blog saya atau memenuhi notes di akun Facebook saya.

Saya tidak mengira akan menulis sesuatu dengan semangat menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang saya lakukan.

Pada Oktober 2009, saya mengunjungi negeri eksotis ini untuk pertama kalinya, mulai dari ujung utara Thailand, berbatasan dengan Myanmar, hingga di wilayah tengah, yaitu Bangkok. Saya kemudian menuangkan catatan perjalanan saya dalam features tiga seri di koran tempat saya bekerja dulu. Tiga seri seperti tidak pernah cukup untuk mewadahi banyaknya cerita menarik dalam perjalanan saya kala itu. Terlalu banyak aspek menarik, sejuta dimensi unik, yang seperti berontak dan berjejal ingin dituangkan dalam tulisan. Lalu saat B-First meminta saya untuk berangkat lagi ke Thailand pada 19-29 Juli 2010, rasanya seperti mendapatkan jus dingin segar di gurun yang luas. Maka menggarap buku ini adalah mengasyikan bagi saya, layaknya kelegaan memecah banyak bisul saja.
Semangat saya dalam menggarap buku ini sederhana saja. Tentu bukan ingin dianggap sebagai orang yang tahu dari A-Z tentang Thailand. Saya hanya ingin berbagi cerita dan informasi tentang Thailand dengan cara saya, sudut pandang saya, dan berharap itu semua berguna, that’s it. Saya tidak ingin dianggap sok tahu, sementara dalam pandangan saya banyak aspek yang belum saya “rekam” secara sempurna. Di luar itu, saya tahu banyak sekali traveler dan backpacker yang memiliki jam terbang tinggi dan pengetahuan mendalam tentang negara ini, jauh dari pengetahuan yang saya memiliki. Sebut saja saya orang yang beruntung diberi kesempatan B-First untuk bisa berbagi cerita kepada anda. Dan tentu, ada saatnya anda akan memiliki perspektif sendiri, cerita lebih unik, dalam perjalanan anda ke Thailand.
Buku ini adalah representasi dari daya rekam otak dan hati saya, representasi panca indera saya tentang banyak aspek yang saya serap dalam perjalanan saya di Thailand. Menceritakan dan memutar ulang rekaman itu kepada pembaca adalah kehormatan bagi saya. Saya berharap, ini akan berguna sebagai penuntun untuk melakukan perjalanan Anda sendiri. Saya selalu bilang, dunia memberikan kejutan-kejutan indah bagi kita. Inilah bangunan sekolah terbesar yang berdiri megah dan mampu memperkaya jiwa kita. Setiap jengkalnya adalah buku pelajaran yang berharga, yang terlalu sayang untuk dilewatkan. Sekali ada kesempatan, cobalah untuk menjelajahinya, karena tidak akan ada yang sia-sia. Life is always beautiful no matter what…let’s celebrated our life!


Bagi saya, negeri ini eksotis. Tak perlu heran, karena Thailand berada di pertemuan dua kebudayaan besar di Asia : China dan India, yang kental mewarnai kehidupan masyarakat dan bercampur dengan budaya lokal Thai. Negeri inilah magnet luar biasa bagi traveler dari berbagai belahan dunia. Duduklah di salah satu sudut jalan di Bangkok, dalam beberapa menit sepuluh jari kita sudah tidak mampu lagi menghitung banyaknya traveler asing yang berlalu-lalang.
Kedatangan saya ke Thailand adalah kali kedua. Sebelumnya, tahun 2009 adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di negeri ini. Namun kedatangan saya kali ini sedikit berbeda. Pertanyaan yang sama dilontarkan keluarga dan teman-teman saya: amankah Thailand? Mereka mengkhawatirkan situasi politik Thailand yang tidak stabil akan membahayakan perjalanan saya, khususnya di Bangkok terkait aksi unjuk rasa kelompok Kaos Merah pendukung mantan Perdana Menteri Thailand, Thaksin Shinawatra yang digulingkan dalam kudeta tahun 2006 dan diduga membiayai kelompok Kaos Merah karena ingin fight back. Gambaran bentrokan antara militer dengan sipil yang muncul di televisi dan media cetak menjadi penguat kekhawatiran itu. Seperti disampaikan dalam siaran pers Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia tertanggal 18 Mei 2010 menyebutkan, sejak pertengahan Maret 2010 telah terjadi bentrokan antara sipil dan militer yang menurut catatan telah menewaskan 63 orang dan melukai 1.700 orang. Bahkan, informasi dari teman saya dari Belgia yang tinggal di Bangkok, jumlah tewas sebenarnya lebih dari itu, namun korban tewas dari pihak militer sengaja tidak dipublikasikan. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia waktu itu mengimbau kepada Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan bepergian ke Thailand untuk mengatur ulang jadwal keberangkatan atau menundanya.
Tentu saja saya tidak meremehkan berita di televisi, media cetak atau pun imbauan pemerintah tersebut. Saya juga memaklumi kekhawatiran teman dan keluarga saya. Namun, kejadian itu sudah berlangsung sekitar tiga bulan yang lalu. Saya pun sibuk meng-update­ berita kondisi terakhir Thailand khususnya di Bangkok. Saya juga melakukan korespondensi dengan teman-teman saya yang tinggal di Bangkok. Mereka mengabarkan, kondisi saat ini (bulan Juli), sangat aman. Termasuk wilayah-wilayah yang rawan kerusuhan seperti di Petchaburi, Silom, Lumpini Park, Sala Daeng, Pratunam, dan lain sebagainya. Saat teman saya dari Jakarta berangkat ke Bangkok juga sebelum saya, dia juga mengabarkan hal yang sama, situasi Bangkok aman dan stabil. Bagi saya, penting untuk mengetahui kondisi suatu wilayah yang akan kita kunjungi. Keamanan adalah hal utama yang harus jadi pegangan selama kita melakukan backpacking, baik secara berkelompok maupun solo traveling. Bila memang hal dari aspek ini sudah terpenuhi, maka tidak ada alasan untuk menunda perjalanan kita.