Dalam beberapa tahun terakhir nama "Lasem" memang berseliweran di benak saya, sebagai salah satu tempat yang harus dikunjungi. Semakin tergelitik untuk ke sana karena nama Lasem cukup hits wara-wiri di sosial media. Ya maap, saya anaknya baperan...lihat begituan langsung pengen hahaha.
"Begituan" maksudnya apa? Sebenarnya tidak semua yang hits bisa menarik perhatian saya. Pertama adalah soal ketertarikan. Kalau memang tidak sesuai minat saya, ya nggak kepengen. Yang kedua soal budget, ya kalau memang mahal ya enggak akan saya datangi. Namanya juga traveler kere kan. Tetapi soal Lasem ini berbeda. Saya sangat teramat digelitik karena tawaran "antik", "lawas", "jadul", "heritage", "sejarah" dan lain sebagainya itu yang kerap melekat di belakang nama Lasem. Itulah maksud "begituan" tadi.
Beberapa kali ide untuk jalan bareng ke sana muncul di sela acara nongkrong bareng di wedangan. Tetapi beberapa kali pula wacana tinggalah wacana. Yang enggak tahan malah sudah mblirit ke sana duluan. Nah, wacana kembali muncul di akhir 2017. Namun, saya menolak karena rencananya pas bareng dengan tahun baru. Maaf deh, tahun baru saya di rumah aja duduk manis daripada terjebak di keriuhan yang menggilaaaa. Awal 2018 kembali muncul wacana, dan kayaknya akan dieksekusi secara cepat. Setidaknya saya mendorong ini segera terealisasi supaya tidak menguap lagi. Ada sekitar 10-an teman yang direncanakan akan ikut.
Rapat Paripurna Trip Lasem. Saya yang ganteng kiri belakang |
Singkat cerita, disepakati opsi awal tanggal : 3 atau 10 atau 17 Maret. Semuanya di hari Sabtu. Saya sih mendorong tanggal 3 Maret biar segera terselesaikan, lalu hidup akan kembali berjalan dan mikirin hal lain seperti...cari jodoh misalnya.
Setelah itu dibentuklah grup WA khusus trip Lasem yang akan dibubarkan bila trip rampung. Jujur, saya suka grup sementara begini karena grup WA yang permanen lebih banyak menimbulkan konflik. Nah, dimulailah mengerucutkan spot yang akan dikunjungi, sharing transportasi dan akomodasi, dan lain sebagainya. Trip pun telah disepakati tanggal 3 Maret. Setidaknya inilah beberapa hal yang kami bahas sebelum trip:
Transportasi
Kami menyadari sekali bahwa Lasem adalah kecamatan kecil di sebuah kabupaten kecil yaitu Rembang. Maka transportasi dalam kotanya akan menjadi masalah bagi kami yang berombongan. Jadi akan lebih baik dan efisien kalau memakai kendaraan sendiri untuk ke sana, sehingga mobilitas terjamin. Jangan lupa, Lasem adalah kawasan pesisir yang panasnya bisa buat goreng telor ceplok (lebay sih). Yakin mau jalan kaki dari satu spot ke spot lain? Bisa sih naik ojek kalau sendirian. Bukannya saya manja, saya sudah biasa city tour jalan kaki. Tetapi kalau ada pilihan lain yang realistis dan lebih bagus, pantang ditolak.
Untuk menuju ke Lasemnya, bisa menggunakan angkutan umum yaitu bus. Kita asumsikan naik dari Semarang ya sebagai kota besar utama yang mudah untuk pijakan awal. Nah dari Semarang, silakan langsung ke Terminal Terboyo, lalu pilih bus jurusan Surabaya (Jawa Timur), misalnya PO Indonesia, Jaya Utama, dll. Tiket sih kata temen more less Rp 30.000-an, minta diturunin di Masjid Jami Lasem. Jarak Semarang-Lasem lumayan juga, 120 km-an, dengan cuaca puanaaas (semangaat!). Kalau sudah sampai Lasem, tinggal keliling naik ojek. Saya lupa dan tidak terlalu memperhatikan apakah di Lasem ada becak atau tidak.
Keputusannya: kami sewa mobil lengkap dengan sopir yang kebetulan teman sendiri dan BBM-nya. Dari sekitar 10-an yang awalnya akan ikut, hanya tersisa 7 orang. Alhasil, satu mobil cukup. Kami rencananya menginap semalam. Sewa mobil per 12 jam adalah Rp 250.000, sopir Rp 250.000, BBM sekitar Rp 300.000-an komplet. Karena teman sendiri, hitungan jam ini pun diabaikan. Total jenderal untuk dua hari satu malam kami bayar Rp 1 jutaan yang dibagi 7 orang. Reasonable !
Hotel: Menginap menjadi pilihan karena jaraknya yang lumayan. Beberapa adalah anak Solo, sisanya anak Sukoharjo, Boyolali dan Semarang. Kami tidak ingin waktu habis di jalan, maka menginap menjadi pilihan. Berangkat diputuskan tanggal 3 Maret (Sabtu pagi), menginap semalem di Rembang atau Kudus, lalu Minggu pagi berangkat ke Lasem.
Kami memutuskan hotel jaringan karena standarnya jelas. Banyak hotel ditawarkan di sekitar Lasem, tetapi nggak tahu kenapa rate-nya kok sudah tinggi ya, hampir sama kayak hotel jaringan. Padahal fasilitas belum tentu bagus. Sempat ingin menginap di penginapan yang berupa rumah lawas di Lasem, tetapi kena veto teman yang takut tidur di penginapan lawas. Akhirnya diputuskan ambil hotel jaringan. Pilihan pertama Fave Hotel Rembang. Tetapi pada akhirnya mbelok ke @HOM Hotel Kudus. Dua-duanya hotel jaringan yang secara fasilitas jelas, rate-nya juga masuk ke budget kami yaitu per malam Rp 300.000-an.
Berapa kamar yang kami ambil untuk 8 orang (termasuk sopir)? Dua kamar saja cukup!! Kami bener-bener ngirit, karena toh hanya istirahat beberapa jam saja. Satu kamar untuk keputren (cewek), satu kamar lagi untuk kasatrian (cowok). Padahal ceweknya cuma dua. Lha gimana mbaginya dong? dua orang cowok lainnya menyaru jadi cewek gabung di keputren dan tidur harus pakai daster (yang terakhir ini saya bohong dan siap dikutuk Tuhan). Kamar yang kami ambil adalah twin bed, terus kami bongkar posisi bed jadi luas dan cukup berempat. Nggilani dan kemproh pokoknya!
Kalau yang datang sendiri, banyak kok penginapan murah mulai Rp 50.000-an. Mau yang spooky juga ada kalau butuh teman Nonik-Nonik Lasem jaman dulu. Pas kita di sana, ada pengusaha setempat juga lagi bikin semacam hostel untuk traveler on budget. Ke depannya akomodasi bakal semakin mudah.
Guide: Kami sangat menyadari ngetrip ke Lasem itu bukan hanya soal berkunjung ke tempat A, pindah ke tempat B, jepret sana jepret sini. Tetapi lebih dari itu, ke Lasem harus ngerti cerita di balik eksistensinya, sejarahnya, masa lalunya, dan lain sebagainya. Karenanya menjadi tidak menarik kalau kami melewatkan soal "cerita" ini dan memilih foto-foto di bangunan-bangunannya untuk dipajang di sosial media. Dahsyatnya Lasem itu yang story behind eksistensinya. Untuk kepentingan itulah kami membutuhkan guide.
Kami sepakat menggunakan guide Mas Pop dari HeritagePop (ini IG-nya). Kami urunan untuk membayar jasanya. Ndak usah disebutin di sini ya, japri langsung aja ke yang bersangkutan. Setelah oke, kami mendapatkan daftar tempat yang akan dikunjungi. Beberapa kami coret karena memang ngirit waktu. Nah, ada dua tempat yang menurut kami menarik dan wajib dikunjungi tetapi harus mengeluarkan kocek untuk membayar guide khusus. Ini guide di luar Mas Pop ya...hanya khusus di dua tempat. Kami sepakat untuk memakainya atas rekomendasi Mas Pop juga.
Biaya Lain-lain: Biaya lain-lain ini di luar makan minum selama di perjalanan ya. Misalnya yang penting nih, donasi ke penghuni rumah-rumah yang akan dikunjungi. Namanya donasi ya monggo saja mau berapa. Misalnya nih kita mengunjungi rumah yang masih ada aktivitas membatiknya, nah kita kumpulin duit buat para pembatik. Ya kisarannya di angka Rp 5.000 - Rp10.000 per wisatawan lalu dikumpulin, lalu serahin semuanya ke mereka biar mereka membagi sendiri.
Hal-hal di atas adalah persiapan awal sebelum ke Lasem. Iya memang ini itu ono ini sangat banyak. Makanya kalau barengan begini akan menjadi lebih murah (selain nyaman dan seru). Oya, jangan lupa pakai pakaian yang simple-simple aja, yang nyerap keringat, karena panas tiada tara akan menyambut kita. Nggak ding, ya panas-panas biasa kayak di wilayah pesisir begitulah. Paling butuh bekal minum lebih dari biasanya saja.
Setelah semua beres, akhirnya tanggal 3 Maret pun tiba. Meeting point kami adalah Stasiun Purwosari Solo pukul 06.00 WIB. Di sini untuk yang Solo dan Sukoharjo berkumpul. Berikutnya menjemput putri asli Boyolali yang sejak pukul 04.00 WIB sudah berdandan dan pasang idep hahaha. Setelah itu bablas ke Semarang menjemput tuan putri satunya sebelum bablas ke Kudus.
Tim Horeks siap berangkat |
Itu sedikit tips untuk memulai mempersiapkan trip ke Lasem yang semoga berguna untuk membayangkan apa yang akan Anda hadapi saat ingin ke Lasem. Cerita berikutnya langsung kita akan bahas apa-apa saja yang kita lakukan dan kunjungi selama menjelajah Lasem yang bagi saya...cuaaantiiikk banget! Penasaran kan? tunggu aja :)
Cheers,
Ariy