Monday, December 22, 2008

Rumah murah


Beberapa teman, tetangga, hingga orang-orang yang tahu aku ambil kredit rumah bertanya, bagaimana cara ambil kredit rumah murah? mulai dari prosedur hingga syarat-syarat. Aku ingin berbagi tentang pengalamanku ambil rumah murah, dengan kredit melalui KPR BTN. Bagi yang kantongnya cekak, ini sangat-sangat membantu sekali untuk bisa mendapatkan rumah "idaman".

Faktanya, kebutuhan akan perumahan murah saat ini masih cukup tinggi. Tetapi penyaluran kredit, dalam hal ini KPR, masih sangat rendah. Banyak faktor menurutku. Pertama, memang sosialisasi dari bank cukup minim. Selain itu, banyak orang yang ngeper duluan kalo mau berurusan dengan bank. Ini terkait dengan akses perbankan masyarakat yang memang rendah. Banyaknya "kertas" yang harus diurus sudah terbayang di depan mata. Belum lagi bila kita hanya berwiraswata, apakah bisa tembus ke bank?. Sebenarnya, mungkin tak sesulit itu.
Dalam kasusku, yang seorang pegawai perusahaan swasta, aku cukup mendapatkan kemudahan, baik dari pihak pengembang maupun bank (BTN). Entah, apakah memang prosedurnya semudah ini. Tetapi ini patut menjadi masukan bagi yang ingin mengambil kredit rumah murah. Rumah yang aku ambil adalah tipe 21, dengan luas 64 meter persegi. Model rumah tipe 21, tak lagi kotak kayak kardus seperti keluaran Perumnas. Kebetulan, bapakku pernah memiliki rumah murah keluaran Perumnas tahun 1980. Harga rumah tipe 21 sekarang berkisar antara Rp 40 juta sampai Rp 55 juta. Belum termasuk dipotong subsidi pemerintah.

Rumah tipe 21 dari pengembang swasta sekarang ini sudah gaya. Tidak jarang pakai pilar, dengan model minimalis, atau bahkan genteng warna. Tak lagi konvensional. Yang membedakan dengan rumah tipe besar adalah luas tanah dan bangunan saja. Sedikit polesan, rumah tipe 21 ini sudah bisa gaya.
Lalu bagaimana cara "memperolehnya" ? Ini tips bagi yang ingin mengambil kredit rumah murah:
1. Lakukan survei ke sejumlah pengembang (developer). Bertanya tak ada salahnya. Lihat brosur mereka, bandingkan satu sama lain (dalam hal ini soal harga dan prosedur). Tetapi yang lebih penting lagi adalah soal bagaimana track record pengembangnya. Dalam banyak kasus, pengembang nakal dan melarikan booking fee (uang panjer tanda keseriusan/di luar uang muka). Sejumlah kasus sudah menjebloskan pengembang ke penjara. Bila perlu, anda tanya ke orang-orang yang pernah mengambil rumah atau berurusan dengan pengembang yang akan anda tuju. Pengalamanku, aku sampai harus bertanya ke tetangga dari si pengembang bagaimana track record-nya. Jangan malu, daripada menyesal seperti temanku yang Rp 1,5 juta -nya amblas dibawa kabur.
2. Bandingkan soal harga antara satu pengembang dengan pengembang lainnya. Biasanya, kita akan diminta membayar booking fee, untuk tipe 21 biasanya Rp 2 juta, kemudian uang muka yang jumlahnya bervariasi, minimal Rp 3,5 juta (seperti yang aku ambil). Harus minta penjelasan ke pengembang. Karena nanti dalam prosesnya, anda akan diminta uang lagi. Antara lain proses di bank Rp 2 juta, dan tetek bengek lainnya. Jadi kalo di brosur ada tulisan hanya dengan uang muka Rp 3,5 juta misalnya, itu belum dengan biaya-biaya lainnya. Sebagai contoh, untuk rumah yang aku ambil, total harus keluar Rp 7,5 juta untuk booking fee+uang muka+administrasi bank. Cicilan Rp 379.000 per bulan, selama 15 tahun.
Nah, untuk perhitungan ini, antara anda dan orang lain bisa jadi jatuhnya berbeda. Sebagai contoh, rumahku dengan rumah tetanggaku dengan tipe sama, tetanggaku hanya bayar cicilan gak sampai Rp 250.000 per bulan. Kenapa bisa begitu? ini karena pengaruh berapa besar subsidi yang diberikan kepada kita. Pemerintah kalau tidak salah memberikan subsidi antara Rp 8 juta sampai Rp 11 juta. Ini akan dilihat dari besarnya gaji kita. Semakin besar gaji, semakin sedikit subsidi. Beberapa orang mengakali ini dengan membuat slip gaji dengan batas minimal yang dikehendaki bank. Harapannya tentu mendapatkan subsidi tinggi. Aku tidak mengajari itu, karena bisa jadi ketika slip direkayasa menjadi lebih kecil nominal gajinya, malah gagal di approved gara-gara dianggap tak memiliki daya bayar yang cukup. Iya kan? Maka, lebih baik apa adanya. Kalau memang orang lain mendapat angsuran lebih rendah, itu rejeki mereka. Kita mendapatkan rejeki di tempat lain.
3. Bila sudah benar-benar paham akan perhitungan harga dan prosedurnya, tinggal menyiapkan berkas-berkasnya. Kita akan diminta untuk melampirkan surat keterangan dari kantor, slip gaji, ktp, pas foto, kartu keluarga, surat keterangan domisili, mengisi blanko dan lain sebagainya. Tidak terlalu repot bila memang kita sedikit memberi waktu luang. Untuk PNS akan lebih mudah prosesnya. Pegawai swasta akan disurvei via telepon, sedangkan wiraswasta akan disurvei ke rumah.
4. Setelah berkas selesai, tinggal menunggu wawancara dari pihak bank. Ini akan dijadwalkan oleh pengembang dengan pihak bank. Pihak pengembang yang akan menghubungi kita, kapan kita harus wawancara. Biasanya proses dari berkas masuk sampai wawancara antara 2 minggu sampai satu bulan. Jangan takut soal wawancara, karena ini hanya akan ditanya soal pekerjaan anda, penghasilan anda, budget untuk kebutuhan anda sehari-sehari, dan teknis administrasi lainnya. Ini untuk mengetahui sejauh mana daya bayar anda.
5. Setelah itu, minimal 2 minggu kemudian kita akan mendapatkan hasilnya, apakah pihak bank akan menyetujui pengajuan kredit kita atau tidak. Bila anda punya waktu, anda bisa menelpon pihak pengembang atau bank menanyakan status pengajuan kredit anda. Karena kadang-kadang bank tidak segera memberitahukan ke kita. Atau kadang sudah diberitahukan hasilnya ke pihak pengembang, tetapi belum diinformasikan ke kita.
6. Apabila disetujui, maka proses selanjutnya adalah menunggu panggilan akad kredit atau penandatanganan berkas-berkas kredit kita. Kita akan mendapatkan penjelasan dari pihak notaris, bank, kemudian diberi fotokopi sertifikat rumah kita. Setelah itu, kita akan segera menerima kunci rumah kita.
Secara garis besar, begitulah prosesnya. Tidak lama sebenarnya. Praktis hanya butuh maksimal 2 bulan sebenarnya. Nah, sekadar untuk masukan, dalam masa 3 bulan setelah kita terima kunci rumah, kita masih memiliki garansi. Cek benar-benar rumah anda, bila ada kerusakan, segera beritahukan ke pengembang untuk diperbaiki.
Oiya, sebelum lupa. Anda juga harus menanyakan soal listrik. Ini penting, karena dalam banyak kasus, ternyata listrik baru bisa berfungsi sembilan bulan sejak kita terima kunci. Bahkan ada yang sampai satu tahun lebih listrik belum mengalir. Dalam kasusku, sekitar 2 bulanan sejak terima kunci listrik baru masuk. Itu juga karena para pemilik rumah selalu proaktif tanya ke pengembang. Jadi lucu kalau kemudian anda punya rumah tapi tanpa listrik.
Okay, selamat berburu rumah murah...
regards,
A
*foto rumah diambil dari www.btn.co.id

Sunday, December 14, 2008

happiness only true when shared

Perjalanan mencari kebahagiaan yang murni memang terlalu berisiko. McCandless telanjur salah. He's already dead. Tapi dia membuka mata banyak orang akan pilihan hidup dan risikonya, dengan bayaran kematiannya.

Begini.
Kita mulai dengan memperkenalkan McCandless. Dia adalah Christopher Johnson McCandless, lahir 12 Februari 1968, meninggal 18 Agustus 1992. Seorang muda Amerika yang bermimpi menaklukkan keliaran Alaska, tanpa bekal makanan maupun perlengkapan yang cukup. Kelaparan. Mati dalam kesendirian.

"Menaklukkan keliaran Alaska". Terdengar seperti dia adalah seorang pecinta alam. Bukan seperti itu. Dia lebih sebuah pribadi gelisah. Terlalu muak dengan kondisi masyarakat. Memiliki situasi ideal bagi dirinya sendiri. Tepat di puncak ubun-ubunnya. Dia hanya membutuhkan sedikit hal, sedikit waktu, sedikit pemantik, untuk tiba-tiba meledak. Yeah, Saat itu sudah berada di ubun-ubun, maka mungkin begitulah cara kerjanya.

Wayne Westerberg: Yeah. Why not?
Christoper McCandless: You know, about getting out of this sick society. Society!
Wayne Westerberg: Society! Society!
Christopher McCandless: Society, man! You know, society! Cause, you know what I don't understand? I don't understand why people, why every fucking person is so bad to each other so fucking often. It doesn't make sense to me. Judgment. Control. All that, the whole spectrum. Well, it just...
Wayne Westerberg: What "people" we talking about?

Christopher McCandless: You know, parents, hypocrites, politicians, pricks.

Christopher McCandless menyebut dirinya Alex Supertramp. Dia berpikir, dan sepertinya tertanam begitu dalam dan tajam di benaknya, bahwa kita tidak butuh berhubungan dengan orang lain untuk menjadi bahagia. Pun sebuah keluarga seperti tidak ada artinya. You don't need human relationships to be happy. God has placed it all around us.
Aku berasumsi. Alex adalah penggelisah. Kebahagiaan bagi dia mungkin seperti udara di luar sana. Bergerak dari satu negara bagian ke negara bagian lain dengan leluasanya. Membelah luasnya samudera, menyelusup tanpa halang di lubang kancing baju di jemuran tetangga. Tanpa ada halangan. Kebahagiaan adalah kebebasan tanpa penghakiman, tanpa kemunafikan, tanpa kebencian. Kebebasan sebenar-benarnya.

Alex naif. Dumb ass. Berpikir sebuah idealisme tanpa menggunakan otak. Alex lupa, berpikir adalah menggunakan otak, dan bukan tanpa menggunakan otak. Alex berpikir bisa mendapatkan kebahagiaan di alam bebas, dengan Tuhan sebagai penyedia perlengkapan hidup lengkap dengan sajian sarapan hingga makan malam. Tinggal di sebuah bus bekas. Makan dari alam. Tanpa bantuan, tanpa uang, tanpa perhitungan matang.
Lalu, mungkin aku harus bertanya di mana bongkahan otak itu terselip? atau mungkin direnggut Beruang yang menghampirinya pada suatu hari?
Semua terlambat saat kelaparan datang. Tanpa makanan, tanpa uang (yang kalau pun ada, pertanyaan berikutnya adalah mau beli makanan di mana di alam bebas seperti itu?). Oiya, God has placed it all arround us. Mencarilah dia makanan yang tersedia di alam. Otaknya ketemu. Otaknya ketemu. Iya, ketemu.

Hanya beberapa saat kemudian, kelaparan membuat otaknya terselip lagi entah kemana. Tak lagi bisa membedakan mana tumbuhan beracun dan tidak. Bahkan saat dia memiliki buku panduan, do and dont. Terlambat. Tubuh lemahnya sudah teracuni. Sekarat, tanpa ada siapapun. Tanpa ada siapapun. Bahkan orangtua dan adiknya. Sampai kemudian otaknya ketemu lagi. Ketemu lagi. Di hitungan terakhir. Sayangnya, itu tidak mengubah apa-apa. Penyesalan selalu datang terlambat. Sebuah racun dari tumbuhan yang dimakannya siap membunuhnya.
He's smart ass !!! Tiba-tiba dia menjadi sangat pintar di saat sakaratul mautnya. Otaknya seperti berlipat-lipat membesar, dengan volume melebihi apa yang tengkoraknya mampu wadahi. Dunia membuatnya belajar banyak hal:

Happiness only true when shared...

Setidaknya bagi aku, dia menjadikan dirinya tikus percobaan bagi banyak orang yang kebingungan bagaimana mencari kebahagiaan murni di tengah kondisi masyarakat yang sakit. Kita butuh orang lain. Setidaknya kita butuh keluarga kita hanya untuk sekadar beringinan di prosesi pemakaman kita. Alex Supertramp. Dia bodoh, dia gegabah, dia ceroboh, dia adalah idealisme, dia adalah pejuang, pemberani, pengambil risiko yang ulung, dan inspirator bagi orang lain. Dalam banyak perjalanan menuju Alaska, dia menebarkan banyak kebajikan. Paduan sempurna, kebodohan+kepintaran+kebajikan. Dia manusia komplet dengan sebuah pesan dalam kematiannya. Setidaknya dia meninggalkan pesan bagi mereka yang bingung apa sebenarnya kebahagiaan itu.

Pesanku: Cari biografi si Alex ini. Atau lihat filmnya. Film garapan Sean Penn. Buruan. Semoga mendapatkan pencerahan...

regards,

A

Sunday, December 7, 2008

sweet mommy

Sabtu-Minggu ini jadi sebenar-benarnya akhir pekan. Jarang banget bisa dapet libur dua hari penuh kayak gini. Sebenernya dari kemarin pengen ngisi blog, supaya ada update terus aja. Ceritanya, dua hari penuh ini ada rencana buat bersih-bersih rumah, meski belum ditempati. Hari Sabtu, seharian penuh nambah-nambah instalasi listrik sesuai kebutuhan. Sampai di sini semuanya lempeng aja, sibuk dan gak ada yang istimewa.
Sabtu sore, temen kuliahku dulu yang sekarang di jogja, ngajak reunian. Sayangnya Sabtu gak bisa. Akhirnya ditunda Minggu. Langsung di skip aja deh di hari Minggu. Ceritanya, hari Minggu itu sibuk ngepel, bersihin kamar mandi. Sampai kemudian dateng nih serombongan orang; dua ibu-ibu, dua bapak-bapak, dan dua embak-embak (wah...serba dua. Lucky number two hehehe). Oh, rupanya mereka adalah orang yang mau ambil rumah satu kompleks dengan rumahku. Tepatnya di sebelah timurku.
Lalu, mampirlah mereka ke tempatku. Alih-alih nanya-nanya prosedur ambil KPR, kami akhirnya malah cerita ngalor-ngidul. Dari pertanyaan kerja di mana, sampai akhirnya oh kenal ini ? kenal itu berarti ya? Oh iya, dia tuh memang begitu...sambil ditimpali ketawa ngakak. Udah bener-bener kayak temen lama gitu. Padahal mereka udah pada tuwir-tuwir hehehehhe.

Akhirnya, satu persatu pada pamitan. Tinggal satu ibu ini yang nyerocos terus. Kayak nemu anaknya yang hilang aja, pengen cerita banyak, dan gak mau mutus obrolan. Padahal, udah bosen juga ngadepin dia. Eh...lha kok....begitu tinggal kami berdua...dia nanya.

"Sudah nikah belum?" tanyanya sambil senyam-senyum.
"Belum bu," jawabku dengan cungar-cungir.
"Wah, kebetulan. Mana nomor hp-nya? nanti tak kenalin anak saya, namanya Sofie. Dia kerja di TH*. Siapa tahu jodoh lho mas. Maklum ya sama ibu, ibu ini emang sukanya ada cowok langsung deh kepikiran anak di rumah. Wis Mas, kasih nomer hp saja, siapa tau jodoh," ujar si Ibu ini dengan puanjaaaaaaaaaaaaaaaaaaangnya, sampai susah mutus.

Nah lho.....hehehhehe....

Pusing dah. Belum juga selesai keterkejutanku. Si ibu sudah nyerocos lagi. "Gimana mas, mana nomer hpnya. Dicatat saja," desak dia.

"Wah bu, gak bawa bolpen. Ntar aja, kapan-kapan pasti ketemu lagi di sini," ujarku gaya, sok paling diinginkan gitu deh rasanya...hahahahhaa.

Akhirnya, si ibu menyerah. Pergi. Dan aku merasa sangat nyaman sekali sedetik kemudian. Ngelanjutin ngepel. Lima menit kemudian udah berasa inem pelayan seksi gitu deh, nungging sambil ngepel hehehehhe. Tapi ternyata, gak butuh lebih lama lagi bagi si inem ini untuk menikmati hobi ngepelnya. Tiba-tiba saja, si ibu tadi muncul lagi, dengan segelas es teh manis, dengan senyumnya selebar jendela kamar...huahahahhaa...mampus deh gw...

"Mas...ini es teh. Pasti capek ya...panas lagi. Gak papa...sudah, minum saja," ujar si ibu dengan gaya bicara renyah bak kremesan ayam goreng.

Dan aku cuma melongo, sebelum sempat merespons omongannya. "Oya mas, nomor hapenya berapa? Nanti biar dicatat cucu saya?" disusul dengan sesosok cewek mungil yang tiba-tiba saja sudah di depanku. Nah lho...
Akhirnya, nomorku dicatat di hape sang cucu yang berwajah oriental itu. Aku hanya bisa nahan tawa. Ya Tuhan, jadi si ibu ini serius mau jadiin aku mantunya ? dapet berapa perkara yak ? hahahhaha....
Setelah ritual tuker menuker nomor hp selesai, keluarlah si ibu dari rumahku. Tapi belum beberapa langkah udah nengok lagi....aduuhhh....kayak berat banget ngelepas aku...huahahhahahaha. Kayak yang takut gitu aku diambil orang, dan bukan untuk anaknya. Pffffhhhh.....udah berasa high quality jomblo aja aku...wakakakkakakak....

"Mas, jangan lupa Mas-nya telp Sofie dulu, kalau dia dulu gak berani. Malu dia," serunya.

"Iya bu...iya.."ujarnya dengan tak bisa menahan tawa.

Eh....lha kok belum selesai juga. Piye tho iki. Sebelum bener-bener menghilang, dia sempat nanya. "Sudah punya pacar belum?"

"Sudah bu..." jawabku mantap.

"Tapi belum ada rencana menikah kah?" kejarnya lagi.

"Hahahahhahaa....belum bu...belum,"

"Ya udah, nanti telpon anak saya ya," sambutnya riang.

HUahahahhahahhahaaha. Aku hanya bisa ngakak panjang. Sampai si ibu ilang pun belum bisa nahan tawa. Bener-bener kasih ibu sepanjang jalan banget !!! huahahhaha. Mencarikan jodoh anaknya, nembak cowok yang baru dikenal buat anaknya. Aduh, sumpah ini ibu benar-benar pejuang. Kalo saja...iya, kalo saja dia ketemu aku pas Hari Ibu 22 Desember nanti, pasti aku bakal luluh....hehehhehe...kidding. Eh, bener lho. Jarang-jarang ada ibu ginian. Hehehe, bukan mentang-mentang aku merasa tersanjung, tapi sumpah, ini compliments banget. Makasih ya bu...udah nawarin jadi mantu....hehhehehehe.

regards,

A