Thursday, February 23, 2012

Trip to George Town (Penang part 3)

Trip ke George Town ini sebenarnya adalah balas dendam saya, setelah kunjungan pertama saya ke Penang tahun 2009 belum menyentuh George Town. Setelah menempuh perjalanan semalam dengan KA Senandung Mutiara dari KL-Butterworth, lalu dilanjut menyeberang dengan Fery ke George Town, sampailah saya ke kawasan nan cantik yang tercatat sebagai kawasan warisan dunia oleh UNESCO ini.

George Town itu semacam mesin waktu yang berpadu dengan moderenitas. Kita akan melihat gedung-gedung bergaya kolonial yang tersembul di antara skycrapers, Bangunan-bangunan tua bergaya kolonial itu saat ini masih berfungsi untuk gedung perkantoran, restaurant, dan lain sebagainya.

George Town (Penang secara umum) kota yang panas. Jadi kalau ke sini, pakai saja kaos katun yang tipis dan menyerap keringat . Jangan pakai warna hitam kalau tidak mau semakin terpanggang :) (Tips!)

George Town dideklarasikan sebagai UNESCO World Heritage Site pada tahun 2008. George Town mempunyai sejarah panjang lebih dari 200 tahun. George Town, in my opinion, it's a melting pot. India, Arab, Jawa, China, dan sisa-sisa kolonialisme melebur menjadi satu dalam kuali besar secara harmonis.
Setelah mengambil peta di kantor tourist information, saya mulai menentukan kemana dulu nih saya akan berjalan-jalan. Saya tidak akan menggunakan bus, begitu melihat kawasan heritage ini cuma satu area saja yang susah kalau dijangkau pakai bus karena akan banyak naik turunnya.
Tujuan pertama saya adalah ke kantor pos. Hehehe. Saya mulai suka ke kantor pos di daerah yang saya kunjungi karena ketularan teman. Di kantor pos, saya beli perangko 20 sen untuk mengirimkan kartu pos ke semua negara. Saya kirim dua, satu buat Ibu di rumah, satu buat teman baik saya di Perancis. Setelah menerima kartu pos (dengan perangko dari negara berbeda), teman saya dari Perancis ini pasti akan kirim SMS atau email: "You're Lucky Bastard!" hahahaha...saking ngirinya dia ngelihat saya jalan-jalan terus.

Kelar dari kantor pos, tujuan pertama adalah Fort Cornwallis. Ini adalah benteng yang didirikan pada tahun 1786. Awalnya adalah benteng kayu yang kemudian diubah ke dalam benteng berstruktur batu bata pada tahun 1804. Beberapa meriamnya di pasang di atas benteng menghadap ke laut, karena memang lokasinya di sisi laut.

Harga tiket masuknya 2 RM. Sebenarnya, menurut saya benteng ini tidak terlalu istimewa. Kita masuk benteng ini, akan menemukan patung, kemudian gereja kecil nan pengap, setelah itu semacam kamar-kamar tanpa pintu yang di dalamnya diisi aneka koleksi sejarah (semacam museum). Sayangnya koleksi ini tidak terurus, berantakan, berdebu, dan lebih tepatnya ini semacam gudang.
Di tengah kawasan yang dikelilingi tembok, hanya serupa tanah lapang, dengan banyak burung gagak yang berkeliaran. Naik ke bagian yang menghadap ke laut, ada beberapa meriam. Turun sedikit ada penjual minuman (satu-satunya). So far, tidak istimewa. Tapi karena murah ya saya gak masalah :).
Gereja kecil dan kuno di kawasan Fort Cornwallis
Oya, di sini saya juga menemukan "my lady" hahaha...satu-satunya hiburan saya di dalam kawasan benteng ini hanyalah berfoto konyol dengan gambar seorang lady dengan kostum ala ningrat Inggris.
Di depan pintu masuk benteng ini terdapat Taman Kota Lama. Standar saja, seperti sebuah alun-alun. Nah, sejauh mata memandang akan tampak Town Hall dan City Hall, bangunan gagah ala kolonial bercat kuning gading.
Saya menyusuri jalur tersebut kemudian belok ke kiri (sesuai arus lalu lintas). Maka kita akan Jalan Masjid Kapitan Keling. Di sini banyak sekali tersebar situs-situs warisan dunia. Mau jujur nih? Sebenarnya tidak terlalu istimewa. Kita banyak memiliki sisa-sisa peninggalan sejarah. Di Surabaya misalnya, saya membayangkan kota lama di Penang ini seperti kawasan Kembang Jepun atau Jalan Cokelat dengan gedung sembahyang milik warga keturunan Tionghoa. Jadi semacam itu saja. Ada juga Masjid Kapitan Keling...mesjidnya bagus, tapi kita banyak memiliki mesjid bagus, di Surabaya ada Masjid Cheng Ho, etc. Pertanyaan saya setelah keliling kawasan ini, kalau George Town bisa masuk daftar UNESCO, kenapa beberapa wilayah di Indonesia yang sebenarnya mempunyai potensi tidak bisa? Ini kembali kepada kemauan pemerintah daerah setempat sih.

Kami keliling masuk klenteng, keluar ke jalan, masuk masjid, keluar lagi. Banyak sekali turis asing di sini, sebagian besar dengan "senjata" kamera-kamera bermoncong panjang dan besar. Memang, George Town sangat tepat buat hunting foto bagus. 
Yang nggak nahan itu panasssnyaaa....padahal perasaan saya sudah biasa dengan panasnya Bangkok, Surabaya, Semarang. Oya, jangan lupa...kalau George Town menjadi pilihan Anda untuk tinggal selama di Penang, di Jalan Masjid Kapitan Keling ini banyak sekali hostel dan budget hotel. Kalau mau ke kota juga gampang, naik aja bus dengan tarif more less 2.5 RM. 
Naik bus kota di Penang itu kenikmatan. Karena begitu masuk ke dalam bus, badan seperti diguyur air es...clesssss......Thanks God untuk penemu AC!
Usai keliling-keliling George Town (sebenarnya belum semua nih), saya langsung ke Komtar (ini kawasan kotanya). Jadi sebelumnya nih, George Town itu suatu kawasan di pinggir pulau-lah. Tetapi ada bagian lain dari pulau ini yang menjadi downtown-nya, di mana kita bisa menemukan kemoderenitasan Penang.

Masjid Kapitan Keling, George Town

Kalau saya rangkum soal Penang, ada tiga area besar yang menurut saya bisa dijelajahi:

1. Penang pesisir (George Town dengan world heritage-nya), kemudian ada juga kawasan pantai, yang paling happening adalah Batu Feringghi dengan pantai, hotel, kawasan sidewalk bazaar dst. Kalau beli souvenir di kawasan Batu Feringghi nanya dulu yak, jangan-jangan di bawa dari Yogyakarta, Solo atau Bali :) . Pengalaman sih nanya-nanya ke pedagangnya hehehe.

2. Penang atas: ini favorit saya. Ada Bukit Bendera (Penang Hill-Baca di "I do Love Penang") , Kuil Kek Lok Si yang cakep, Penang Butterfly Farm (hiks...saya belum sampai ke sini), serta Penang National Park atau botanical garden yang oughhh...mantaps, pengen ke sana lagi.

3. Penang downtown. Di kawasan kota. Terdapat banyak mall dan lain sebagainya. 

Hemat saya, paling tidak butuh minimal dua hari untuk mengunjungi wilayah-wilayah itu. Setahu saya, dari ngecek timetable bus kota di terminal, semua spot wisata ini bisa dicapai dengan bus kota. Maaf bila saya tidak terlalu spesifik memberikan arahan, karena separuh perjalanan saya (khususnya ke Penang atas) diantar teman pakai mobil. Jadi berasa buta saja...tiba-tiba sudah sampai.
Setelah puas berkeliling di George Town, saya siap pulang ke KL. Nah, karena kalau balik ke KL harus menunggu malam hari, sementara saat itu masih sore, maka saya pun memutuskan naik bus. Cara mendapatkan bus, dari George Town naik bus kota ke Komtar dulu. FYI, semua bus kota pasti ke Komtar, ada semacam terminal kecil di sini. Nah, turun di sini, lalu ambil platform nomor 4 (kalau sudah ganti, tinggal baca saja di papan petunjuk, bus yang menuju ke Terminal Bus Sungai Nibong. Lumayan jauh sih, sekitar 20 menitan.
 Tiba di Terminal Bus Sungai Nibong, langsung saja naik ke lantai 2, tempat di mana counter-counter tiket. Saya belajar satu hal, saat tiba beberapa orang membuntuti saya terus sambil menawarkan tiket. Harga yang mereka tawarkan untuk George Town - KL adalah 35 RM. Saya menolak dan menyelamatkan diri di counter roti. Saya berpikir mereka calo dan pasti harganya mahal atau lebih tinggi. Tapi saya keliru. Saat mengecek ke counter-counter lain, saya baru tahu ternyata harganya sama, bahkan ada yang ekstra 20 sen untuk bayar skim Lindungan Mesra alias asuransi. Baru saya sadar, sistem penjualan tiket di Malaysia sebagian besar adalah dengan konsorsium, artinya harga tiket sama 35 RM, hanya berbeda perusahaan otomotifnya. Jadi dalam hemat saya, yang "ngejar-ngejar" saya tadi bukanlah calo tetapi agen pemasaran. Mungkin mereka ditarget atau mendapatkan komisi dari penjualan yang diperoleh.
Saya belajar lagi, naik bus ke KL dengan melewati Penang Bridge, lebih cepat daripada naik kereta api. Busnya nyaman pula. Kereta api memakan waktu perjalanan hampir 7 jam, sementara dengan bus saya mampu mencapai KL dalam 5 jam saja (Tips!)

Nah, bagi yang mau ke Penang, semoga cerita saya berguna. Mari lihat dunia!

regards,

A

8 comments:

ericka said...

wewww mAs Ariy..
entah saya yang jarang ngendon di sini atau memang gaya penulisan untuk yang satu ini sedikit berbeda ya :)..

tulisan mas ariy yang pernah saya baca emang oke dan informatif, tapi ga tau nih yang ini lebih krenyes2 hihihi.. jgn2 sudah ada yang bantuin ngetik yak hahah #kidding

anyway makasih banget ya infonya... ini tempat yang juga saya ingin kunjungi setelah malaka kemarin :)

eunike mk said...

hi mas ariy, salam kenal...

boleh tanya, klo bisa kasih info, klo terbang dg flight tengah malam, kira2 ke airport jam 10-an naek bis aman ga yah? soalnya kebetulan melakukan perjalanan solo n baru pertama kali ke penang...

thx responnya :)

Ariy said...

kalo bus umum menurutku sih aman-aman saja. :)

Emma said...

hi mas Ariy, nemu blognya pas searching trip to penang..
infonya berguna bgt nih..
ohya boleh tau kira2 budgetnya abis berapa ya selama keliling penang dan KL?
tengkyu ya..

Ariy said...

Hi Emma makasih kunjungannya. Saya dua minggu, KL - Penang - Melaka, habis Rp 1,5 juta sudah termasuk tiket pesawat pulang pergi

Anonymous said...

Mas, itu kantor pos di Penang dimananya ya? Dekat apa?
Beli perangkonya, bilang aja perangko untuk ke semua negara gitu ya?
Kalo saya sampe di Penang hari Minggu, tutup ya? :)
Trims.

Anonymous said...

Mas, itu yang ke kantor pos, kartu posnya bawa dari INA atau disana jual kartupos ya?
Rencananya mau kirim kartupos dan sampe Penang di hari Minggu.
Oh, satu lagi, kantor pos yang di Penang dekat apa ya? patokannya gitu.

Terimakasiihh :)

Ariy said...

@Heennyy

Patokannya Kantor Pos, kalo naik bus kota (Cat Shuttle yg gratis / reguler), turun di Tourist Information, bangunannya di sisi kiri arah bus. Nah, dari tourist information ini tinggal jalan maju searah jalur bus, ada pertigaan (perempatan? lupa) belok kanan. Nanti ada petunjuk kantor pos. Kartu posnya beli di sana ada. Atau beli di toko souvenir kalo pas di Kuala Lumpur (gampang kok cari kartu pos). Tanya aja ke petugas kantor pos, minta perangko overseas gitu. Murah kok.

Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya.