Thursday, March 15, 2012

Mencari Kamar di Melaka (part 2)

Siang itu teriknya bukan alang kepalang. Mungkin naluri banget ya, manusia cari tempat nyaman, nah...saya pun duduk di bawah pohon di sekitar air mancur di Stadthuys, itu cukup nyaman, tapi saya melihat kemungkinan tempat yang lebih nyaman lagi....seeet, mata saya tertuju pada kantor pos kecil di samping kanan kawasan Stadthuys. Selain memang saya suka kantor pos, dengan segala romantisme jadul-nya, saya berasumsi di sanalah saya akan menemukan...AC!!

Bagian dalam Kantor Pos Melaka
Saya selalu suka romantisme kota kecil. Saya selalu berimajinasi tinggal di sebuah kota kecil yang semua penduduknya mengenal satu sama lain, hanya ada satu bank, satu kantor pos, satu sekolah, satu gereja atau tempat ibadah lainnya, saya selalu membayangkan itu.
Saya terlalu banyak diracuni romantisme TV-Series cowboy seperti yang ada di Serial Little House on Prairie, yang muncul di era 80-an saat saya masih SD, atau semacam Bordertown yang hadir di awal tahun 90-an. Apa hubungannya dengan kantor pos ini? Bagi saya menarik, saya seperti tinggal di kota kecil di Eropa, dan penduduk datang ke kantor pos satu-satunya di kota, untuk mengirim kabar kepada sanak saudara nun jauh di sana.
Jadi kesimpulannya, saya masuk ke Kantor Pos Melaka yang tidak seberapa besar ini selain soal pencarian AC, juga romantisme. Benar juga, saat saya masuk, duhhhh...dinginnya enak, seperti butiran es tiba-tiba meresap ke balik kulit ari-ari saya. Selain itu, yang menghibur saya, di satu sudut kantor pos itu saya menemukan display kartu ucapan aneka warna. Aneka kartu ucapan ada, buat ulang tahun ibu, ulang tahun teman, ulang tahun nenek, hingga ucapan untuk sesuatu yang spesifik, misalnya permintaan maaf karena berbuat salah terhadap seseorang. Jarang menemukan kartu-kartu ucapan yang spesifik semacam ini di Indonesia, meski di toko buku sekalipun.
Akhirnya saya membeli 20 kartu ucapan. Bohoooong !! hehehe saya tidak beli satu pun kartu itu. Saya cuma iseng membaca kartu-kartu itu yang lucu-lucu dan inspiratif. Lalu apa yang saya lakukan? Saya mengirim kartu pos ke berbagai penjuru duina di mana teman-teman saya tersebar. Bohoooong lagi!! :) saya nggak mungkin melakukan itu, nggak ada duit kali. Terakhir saya kirim kartu pos adalah dari Penang, dua kartu pos, satu untuk ibu saya di Solo, satu untuk teman saya di Perancis. Terus ngapain dong saya di sana? Duduk sekitar dua puluh menitan, menikmati sejuknya AC dan orang-orang yang sibuk dengan urusannya.Yang ini tidak bohong. Surga banget!
Keluar dari Kantor Pos Melaka, saya menyeberang ke arah Sungai Melaka. Jadi begini, di depan kawasan Stadthuys ini ada jalan utama, yang satu jalur dengan Jalan Laksamana, sisi seberangnya ada semacam trotoar, di sana kita bisa beli minum, es, dan snack, nah trotoar ini berada di sisi sungai, yaitu Sungai Melaka di mana kita bisa melakukan kegiatan River Cruise. Di seberang itu ada jembatan, jembatan inilah yang akan menghubungkan Jalan Laksamana yang ada di depan Stadthuys dengan Jalan Hang Jebat. Kompleks dan gang-gang di seputaran Hang Jebat ini banyak sekali kita temukan hostel/guesthouse/homestay. Inilah yang saya lakukan, yaitu mencari tempat menginap sebelum gelap tiba. Kawasan seperti Jalan Hang Jebat, Jalan Hang Kasturi, Jalan Hang Lekiu adalah kawasan di mana guesthouse bertebaran di mana-mana.

Yang saya lakukan untuk mencari penginapan di Melaka adalah go show alias langsung cari on the spot kagak pakai booking. Tetapi saya sarankan juga nih, untuk yang masih newbie, bagi saya perlu diingat jangan sembarang go show. 
Saya melakukan go show dalam kondisi:

1.Kota/destinasi yang saya kunjungi adalah  touristy places, artinya dalam kondisi apapun, kemungkinan mendapatkan kamar kosong dan MURAH, cukup mudah. Jadi kalau menuju ke destinasi yang tidak banyak penginapan, saya memilih booking in advance.

Kawasan Jalan Hang Jebat.
2. Meskipun go show, saya bukannya tidak riset lho. Saya tetap melakukan riset untuk mendapatkan harga murah dan mengetahui lokasi dari penginapan yang saya tuju. Saya bisa melakukan itu di www.hostelworld.com dan  www.hostelbookers.com. Kenapa saya menggunakan dua situs ini? Karena dua situs ini lengkap banget. Menurut saya, mereka memiliki daftar hostel murah yang lengkap dibanding situs lain. Selain itu, mereka juga menampilkan daftar hostel-hostel murah. Hotel malah jarang masuk di situs ini, kecuali mungkin yang bintang tiga atau dua.
Kenapa saya melakukan dua langkah di atas, karena kalau saya tidak melakukan riset itu, maka saya akan menghabiskan banyak waktu di jalan untuk sekadar memilih penginapan. Akan sangat membuang-buang waktu.
Hari itu saya keluar masuk beberapa penginapan yang sebelumnya sudah saya incar. Satu penginapan (lupa namanya) tapi saya sempat lihat ini di hostelbookers juga, saya masuki. Resepsionisnya yang engkoh-engkoh tua baik hatiiii banget. Saya bilang padanya, saya mau ngecek dulu, siapa tahu cocok. Dia bilang tidak masalah, malah bilang "Sure, you have to do that." Dan saat saya tanya soal dorm, dia tersenyum dan sepertinya tidak menyarankan. Tetapi dia mempersilakan saya mengecek dorm. Benar saja, itu sebuah ruangan di lantai 2 yang luas, dengan lantai berbahan kayu (seperti kebanyakan rumah-rumah kuno tinggalan jaman Belanda), dan banyak sekali tempat tidur dan bule-bule kleleran. Ini dorm terburuk yang pernah saya lihat. Ini benar-benar barak. Dan lebih parah lagi, panasnya bukan kepalang karena cuma ada fan. Si pengelola cuma bilang "I told you..." sambil tersenyum. Tentu saya tidak akan mengambilnya meskipun harganya murah, RM 20 atau Rp 60.000. Lalu dia menunjukkan satu single room di lantai dasar, dengan AC kenceng dan ruangan bersih. Tapi harganya terlalu mahal bagi saya RM 45 atau sekitar Rp 135.000 per malam. Saya mohon diri dan meminta maaf karena tidak jadi mengambil. Si pengelola dengan ramah sekali menyatakan "It's okay...no worries. I do understand." Saya memang bilang kepadanya, budget saya minim.
Jalan Hang Kasturi, lokasi Bala's Place
Saya pikir saya akan menemukan kamar lainnya yang lebih representatif. Setelah agak lama keluar masuk penginapan, saya melewati satu jalan kecil, nyaris seperti gang. Di depan satu rumah, saya menemukan sebuah papan tulis kecil yang dipasang di depan rumah, yang menawarkan kamar RM 25 atau sekitar Rp 75.000 untuk single room. Seorang perempuan keturunan India berdiri di depan, dan saya menghampirinya. Saat saya baca plang di depan rumah itu "Bala's Place", saya jadi inget teman saya dari Malaysia pernah menyebut nama ini. Saya pun tertarik masuk.
Si Ibu pemilik yang saya lupa menanyakan namanya, menyambut saya dengan sangat ramah. Dia bilang, masih ada kamar, silakan kalau saya mau mengecek. Dan harga hari itu, karena weekday, maka cuma RM 25. Bila weekend, harganya RM 30. Saya lupa apakah sudah termasuk breakfast, karena memang saya jarang mempedulikan hal ini, mengingat di rumah saya juga jarang sarapan. Seperti hampir sebagian besar bangunan di Melaka, ini adalah bangunan kuno serupa Ruko dua lantai, dengan alas lantai dua terbuat dari kayu. Jadi bila penghuni lantai dua agak cepat jalannya, maka akan terdengar di bawah. Tapi so far tidak terlalu mengganggu. Pertama, saya cek kamarnya. Di lantai dasar terdapat 3 kamar, kamar paling depan dihuni si pemilik. Di lantai dua terdapat 4 kamar. Tidak ada dorm. Bagi saya, kamarnya bagus dan bersih, cuma memang tidak ber-AC. Tapi ada fan tempel di langit-langitnya. Kedua, saya cek kamar mandi. Ada 4 kamar mandi dan semua pakai shower, bukan kamar mandi sempit ala hostel di Singapore, dan yang penting bersih. Belakangan pas mau cabut, saya tahu si pemilik ternyata menggunakan jasa cleaning service profesional untuk membersihkan kamar mandi. Akhirnya, saya putuskan mengambil kamar di lantai dasar. Dan inilah penampakan kamar saya:

Ini kamar saya di Bala's Place
Bagi saya, kamar ini sudah sangat pantas, apalagi dengan harga RM 25. Selain itu, saya sudah terpesona duluan dengan kebaikan si Ibu, jadi berasa di rumah sendiri. Kita akan diberi handuk, sarung, dan ditanya tentang apa yang kita perlukan. Oya, satu hal lagi, di Melaka banyak nyamuk, apalagi dekat sungai ya. Nah, si Ibu ini juga menawarkan, kalau mau tidur, dia dibangunkan, nanti akan disemprot kamarnya dengan obat pengusir nyamuk.
Saya juga diberi kunci gerbang depan, dan kunci pintu di bagian dalam serta kunci kamar. Total ada tiga. Mengingat ini semacam rumah yang menyewakan kamar, tidak ada resepsionis. Tapi kita bisa keluar masuk 24 jam, tidak masalah. Yang saya suka adalah, di bagian depan rumah ini ada piano besar. Sore hari, ada seorang pemuda keturunan China yang memainkannya. Sepertinya adalah pemuda tetangga. Besok paginya, dia datang lagi main piano lagi. Mainnya bagus, dan lagu-lagunya top :). Kalau berminat dengan Bala's Place, googling saja. Penginapan ini juga sudah terdaftar di www.hostelbookers.com kok. Cara gampang ke sana adalah dari Stadthuys menyeberang jalan, lewati jembatan, lalu kita akan lihat bangunan merah menonjol di sudut kanan, nah ini namanya adalah restauran cendol dan durian cendol. Sangat terkenal. Dari sini belok kanan aja lurus, kita akan menemukan Jalan Hang Kasturi.
Kalau pengen yang sedikit romantis, cari saja penginapan-penginapan di river side, sepanjang sisi Sungai Melaka yang juga tidak jauh dari Stadthuys. Di sepanjang sungai ini terdapat banyak penginapan, cafe dan kalau malam cukup romantis dengan banyak lampu hias di sepanjang sungai. Di satu sudut river side, ada bangunan yang dihias mural tentang keberagaman ras yang membentuk budaya Melaka.

Dinner di sisi Sungai Melaka sepertinya sangat romantis. Kalau dilihat dari luar, penginapan-penginapannya sih sama, seperti bangunan-bangunan Ruko bertingkat. Tetapi nilai plusnya ada di sepanjang sungai. Tetapi dalam asumsi saya, harga kamarnya mungkin akan lebih mahal karena demand-nya lebih tinggi. Akan lebih baik Anda mengecek di www.hostelbookers.com atau www.hostelworld.com untuk melihat kepastian harganya.
Bagi saya, persoalan penginapan akan sangat subyektif. Kalau menurut saya nyaman, belum tentu menurut Anda. Yang menjadi patokan saya selama ini adalah harga murah. Kedua adalah lokasi. Ketiga adalah kebersihan. Nah, Anda mungkin akan memiliki skala prioritas berbeda, misalnya tidak sayang mengeluarkan duit lebih untuk mendapatkan kenyamanan.


 
Hari itu, selepas mendapatkan kamar, saya jalan-jalan di sepanjang Sungai Melaka. Nikmat sekali. Yang tidak tahan hanya panasnya saja. Akan lebih nikmat kalau jalan-jalan di sore hari. Tetapi sebelum jalan-jalan di sepanjang sungai, saya sempat menuju ke suatu gereja bersejarah di Jalan Laksamana. Saya lihat, gereja itu penuh orang, saya pikir mereka turis. Saya pun nyelonong masuk. Tapi saat di depan pintu utama, langkah saya tertahan. Di depan pintu terdapat sebuah peti mati dengan beberapa orang berada di samping kanan dan kiri. Saya berada di tengah suasana berkabung...(Bersambung)

No comments: