Monday, April 2, 2018

Jalan-jalan ke Lasem Part 1: Kuil Cu An Kiong dan Kisah Dahsyat Rumah Candu

Seperti yang sudah saya tuliskan di bagian persiapan jalan-jalan ke Lasem, jalan-jalan kali ini ditemani oleh guide asal Lasem, yaitu Mas Pop dari HeritagePop. Percayalah, tanpa guide, jalan-jalan ke Lasem itu nggak bakal dapat feel-nya. Mungkin kita bisa mendapatkan informasi dari internet, tetapi ada hal-hal yang internet tidak bisa lakukan. Nanti bakal tahu apa itu.

Jadi kami janjian ketemu dengan Mas Pop di Kuil Cu An Kiong. Begitu mobil kami sudah masuk ke  jalur Pantura Lasem, GPS langsung bisa menemukan lokasi kuil. Kuil Cu An Kiong mudah dicapai meskipun kami sedikit kebablasan gara-gara GPS-nya rada menyesatkan. Di Kuil Cu An Kiong inilah kami bertemu dengan Mas Pop yang super ramah dan humoris. Di sini kami juga dikenalkan sama Pak Gandor, beliau ini adalah guide khusus yang rencananya akan mendampingi kami di Kuil Cu An Kiong dan Rumah Candu.

Kuil Cu An Kiong

Mudah sekali menemukan kuil ini, karena lokasinya tidak jauh dari jalan pantai utara, yang melintas di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. Semakin mudah karena warnanya yang ngejreng: shocking pink !! Kuil ini berada di Jl Dasun No. 19, Lasem, dan konon merupakan kuil tertua di Jawa dan sempat menjadi persinggahan Laksamana Cheng Ho.


Gerbang Kuil Cu An Kiong


Penampakan Kuil Cu An Kiong dari depan. Abaikan manusianya
Menurut penuturan Pak Gandor, ada rekannya yang sempat pergi ke Den Haag, Belanda dan mampir ke sebuah museum khusus Indonesia. Di sana dia menemukan ada peta Lasem yang bertuliskan tahun 1477. Pada peta itu tercantum juga Kuil Cu An Kiong. Hal ini berarti pada saat itu kuil ini sudah eksis.

Lokasi kuil ini memang strategis karena berada di dekat Sungai Lasem (seberangnya). Hal ini yang membuat banyak saudagar yang bersandar di pantai untuk mampir ke sini dengan menggunakan perahu melalui akses sungai ini. Tak terkecuali, konon, Laksamana Cheng Ho juga. Tuan rumah kuil ini adalah Makco Thian Siang Sing Bo atau Dewa Laut. 

Gerbang Kuil Cu An Kiong difoto dari sisi dalam
Di Indonesia, dari beberapa kuil yang saya pernah datangi, ini salah satu kuil yang menarik. Kecil, namun interiornya cukup indah, disamping warna catnya yang jambon itu. Pada bagian dalam kuil ini yang menarik perhatian saya diurutkan dari ranking satu menurut selera saya adalah: lukisan dinding, ubin, lukisan kayu, serta tiang. Saya tidak tahu maknanya di balik pemilihan motif, arti lukisan, arti tulisan di tiang, dan lain sebagainya. Butuh waktu banyak untuk mengulik semua itu. Tetapi saya yakin ada maknanya di balik keindahan yang ditampilkan.






Nah, kalau menurut saya, jika Anda ingin jalan-jalan ke Lasem, saya sarankan untuk mampir ke sini. Kuil Cu An Kiong ini bisa menjadi tujuan pertama sebelum kemudian kita pindah ke Rumah Candu yang jaraknya cuma sepelemparan kolor dari kuil ini. Oya, Kuil Cu An Kiong ini dulu pernah digunakan untuk syuting film "Cau Bau Kan". Ke Rumah Candu ini kita harus bareng dengan Pak Gandor sebagai guide khusus karena memang kuncinya yang pegang beliau. 

Rumah Candu:

Nah, mulai tahu kan kenapa kita butuh guide ? selain memang mereka yang cukup mengerti cerita di balik peninggalan sejarah ini, sebagian besar tempat menarik di sini memang masih milik perseorangan, terkunci, atau kalau terbuka setidaknya kita harus kula nuwun atau bersama dengan orang yang sudah kenal akrab dengan penghuni atau pengelolanya. 

Seperti di Rumah Candu yang memang lokasinya dikelilingi tembok dan kalau kita sendirian jalan-jalan ke Lasem pun susah untuk nemu. Ini semacam rumah biasa (yang dikosongkan), namun dalam sejarahnya menyimpan cerita yang luar biasa.

Selamat Datang di Rumah Candu
Rumah Candu adalah rumah milik Liem Kim Siok. Rumah yang dikelilingi tembok dengan pintu rapat ini memang tidak lagi berpenghuni. Hanya kadang beberapa tamu berkunjung dan menginap di sini ditemani pengelolanya. Halamannya luas dan begitu masuk kita akan disambut gonggongan anjing. Ada dua ekor anjing yang menjaga rumah tersebut. Ada yang sudah mati juga karena digigit ular. Kata Pak Gandor, halaman samping dan belakang yang banyak ditumbuhi pohon jati itu memang banyak ular kecil-kecil, hijau tetapi mematikan. Langsung saya mengkeret.

Rumah Candu biasa disebut juga Rumah Lawang Ombo. Rumah ini menjadi saksi pusat penyelundupan candu atau opium di Jawa. Sungai Lasem yang mengalir tak jauh dari rumah ini menjadi akses penyelundupan dari kapal ke darat. Ada jalur tikus berupa terowongan yang berada di belakang rumah yang menghubungkan dengan lokasi dekat sungai. Terowongan inilah sebagai jalan untuk memasok candu ke dalam rumah. Mantapsss ya. 


Mulut terowongan sebagai akses penyelundupan candu


Konon sekitar tahun 1880, pemilik rumah yaitu Liem Kim Siok adalah seorang syahbandar yang juga melakukan kegiatan menyelundupkan candu dari Tiongkok. Candu-candu ini konon ditukar dengan senjata untuk digunakan melawan penjajah Belanda. Jadi sebenarnya dari cerita ini pun terlihat peran etnis Tionghoa dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda pun ada. 

Menurut cerita Pak Gandor, aksi penyelundupan ini sempat tercium Belanda. Mereka pun melakukan pengecekan ke Rumah Candu namun tak menemukan apapun. Cuma saat sampai di belakang rumah mereka menemukan area kuburan pribadi di sana. Pemilik bercerita bahwa kuburan itu adalah kuburan mereka yang terkena penyakit menular. Mendengar itu, Belanda langsung kabur dari lokasi. Padahal sebenarnya kuburan itu adalah kuburan kosong, yang sengaja dibuat untuk mengelabui Belanda...pfiuuhhh...what a story ya !

Halaman belakang rumah yang terdapat kuburan palsu

Salah satu sudut Rumah Candu
Oya, rumah ini sekarang sudah berpindah ke tangan perseorangan. Pak Gandor sempat bercerita tentang pernah ada anak cucu keturunan Liem Kim Siok yang mengunjungi lokasi, tujuannya untuk mencari makam leluhurnya tersebut. Tetapi setelah itu saya tidak terlalu menyimak apakah kuburannya ketemu atau tidak, karena saya sudah terdistraksi hawa rumah itu yang rada gimana. Nah, tantangan juga nih, kalau ada yang memang punya nyali dan terbiasa dengan "teman-teman tak kasat mata", boleh kok nginap di sini. Ada satu ruangan khusus yang memiliki kamar tidur bisa dipakai untuk menginap. Kalau saya sudah melambaikan tangan tanda menyerah saja ya.

Kata Pak Gandor, Rumah Candu ini pernah menjadi lokasi syuting acara tv yang serem-serem itu. Beberapa pengunjung yang punya indera ke enam juga banyak yang bisa melihat atau bahkan berkomunikasi dengan "teman-teman tak kasat mata" itu. 

Ini Pak Gandor. Beliau sedang bercerita sambil nakut-nakutin kita. 
Meskipun saya belum menuliskan semua tempat mana saja yang saya kunjungi di Lasem, namun saya sudah bisa memastikan, Rumah Candu ini adalah highlight trip saya kali ini. Bukan tampilan fisiknya yang indah atau instagramable karena memang jauh dari itu, tetapi lebih dari itu saya mendapatkan pengetahuan baru yang keren, cerita yang luar biasa di balik keberadaan Rumah Candu. Saya sudah pesimistis akan mendapatkan cerita yang lebih kuat dari Rumah Candu pada spot berikutnya. Kita lihat saja entar di part 2 dan apakah Anda akan sependapat dengan saya.

Setelah mendapatkan cerita banyak dari Pak Gandor yang super ramah. Kami menutupnya dengan foto-foto bersama dan saya dalam hati berdoa agar tidak ada penampakan nyempil di foto bersama ini. Selanjutnya kami berpamitan dengan tangisan haru karena harus berpisah dengan Pak Gandor (kalimat yang terakhir ini bohong). Terima kasih Pak Gandor atas keramahan, cerita-cerita supernya, serta teh botol dinginnya yang gratis :)

Sampai jumpa di part  2 ya. Cheers.

Ariy

4 comments:

ericka said...

wadoohh di endingnya jadi ngeri kalo mau keisitu, bukan karena kasat mata kwkwk tapi ono asyuu nya .. betisku langsung mak semriwing.. btw kalo misal mau kesana, kontak guidenya dari mana mas Ariy?

Ariy said...

@ericka silakan cek Instagramnya HeritagePop. Bisa langsung kontak ybs.

Dinilint said...

Emang Lasem itu penuh dengan cerita,, setuju dengan mas Ari,, kalo ke Lasem kudu ditemenin orang Lasem supaya tahu ceritanya.

Ariy said...

@Dinilint bener bangettt kak...itu kalau dibikin buku sudah berjilid-jilid