Dinner bareng teman-teman Indonesia dan Malaysia |
Semoga Aidil Fitri ini menyatukan hati2 kita sesama muslim terutamanya yang mendiami Malaysia & Indonesia ini. Doaku agar dakyah2 yang akan memecahBelahkan perpaduan kita bisa ditumpaskan dgn semangat persaudaraan sesama kita selama ini,insyaAllah ;)
Itu tulisan Azrai, teman saya dari Malaysia saat saya memberikan ucapan selamat lebaran. Hubungan dua negara bertetangga yang terus saja naik turun memang sedikit banyak berpengaruh pada banyak aspek, termasuk pertemanan seperti ini. Kami tentu saja masih baik-baik saja berteman. Tetapi, kadang mau tidak mau, kami juga seperti ingin selalu menjaga hati masing-masing. Misalnya, demo anti-Malaysia di awal-awal sengketa Sipadan - Ligitan dulu, saya juga menjelaskan posisi saya dalam memandang kasus ini. Demikian juga dia dengan pandangan dia.
Saya memiliki banyak teman di Malaysia. Mereka tentu saja orang-orang baik, seperti halnya kita memiliki sahabat-sahabat di Indonesia. Kedatangan saya ke Malaysia pada Oktober tahun 2009, disambut Azrai dengan baik. Dia, selama seharian penuh, hingga malam hari, menemani saya dan teman-teman saya dari Indonesia dengan ramah. Mentraktir kami, memperkenalkan kami dengan teman-teman dia yang akhirnya menjadi teman saya juga. Dalam kondisi ini, saya tidak melihat adanya perbedaan antara saya dan mereka. Mereka tidak terpengaruh isu politik yang berkembang, demikian pula saya tidak ingin mengungkit soal itu. Kami sempat berdiskusi, tetapi ini diskusi yang sangat positif sekali. Masing-masing ingin menyampaikan posisinya dalam memandang persoalan ini. Dan, after all...kami selalu pada posisi bahwa kita ini hanya manusia biasa. Tak mau berpikir soal politik. Bukan karena kami tak tahu dan tak mau tahu soal politik. Saya lebih dari enam tahun bergelut dengan berita-berita politik lokal maupun nasional di Indonesia, karena kebetulan dulu saya jurnalis di desk politik. Sementara Azrai, dia juga tahu banyak soal politik di Malaysia. Kami sempat berdiskusi juga tentang Internal Security Act (ISA) di Malaysia atau biasa disebut akta keselamatan dalam negeri, di mana setiap orang bisa saja masuk penjara tanpa melalui pengadilan bila dinilai membahayakan negara.
Bagi saya, politik itu kotornya sudah kayak piring kotor habis lebaran saja. Menumpuk, berminyak, kadang bau amis, dan lain sebagainya. Saya tahu pasti praktik-praktik semacam ini. Bagi saya, berita di media itu memang fakta, namun fakta di media kadang bukanlah fakta yang merepresentasikan apa yang ada di masyarakat. Kadang ada main bumbu supaya sedap, kadang terpengaruh political view wartawannya, kadang terpengaruh political view bos korannya, dan banyak lagi.
Jadi kembali lagi ke situasi politik Indonesia - Malaysia, saya sudah tidak peduli lagi. Saya coba berpikir jernih saja daripada mengumpat-umpat di status facebook, twitter, dan lain sebagainya. Negara saya tetap Indonesia kok. Tetapi saya juga tidak mau men-sweeping warga Malaysia dong, karena saya berpikir jernih...di sana lho...di negeri jiran itu ada ratusan ribu warga Negara Indonesia berjuang mencari nafkah. Apa iya, itu tindakan bijak dengan men-sweeping orang Malaysia di Indonesia?
Itu tulisan Azrai, teman saya dari Malaysia saat saya memberikan ucapan selamat lebaran. Hubungan dua negara bertetangga yang terus saja naik turun memang sedikit banyak berpengaruh pada banyak aspek, termasuk pertemanan seperti ini. Kami tentu saja masih baik-baik saja berteman. Tetapi, kadang mau tidak mau, kami juga seperti ingin selalu menjaga hati masing-masing. Misalnya, demo anti-Malaysia di awal-awal sengketa Sipadan - Ligitan dulu, saya juga menjelaskan posisi saya dalam memandang kasus ini. Demikian juga dia dengan pandangan dia.
Saya memiliki banyak teman di Malaysia. Mereka tentu saja orang-orang baik, seperti halnya kita memiliki sahabat-sahabat di Indonesia. Kedatangan saya ke Malaysia pada Oktober tahun 2009, disambut Azrai dengan baik. Dia, selama seharian penuh, hingga malam hari, menemani saya dan teman-teman saya dari Indonesia dengan ramah. Mentraktir kami, memperkenalkan kami dengan teman-teman dia yang akhirnya menjadi teman saya juga. Dalam kondisi ini, saya tidak melihat adanya perbedaan antara saya dan mereka. Mereka tidak terpengaruh isu politik yang berkembang, demikian pula saya tidak ingin mengungkit soal itu. Kami sempat berdiskusi, tetapi ini diskusi yang sangat positif sekali. Masing-masing ingin menyampaikan posisinya dalam memandang persoalan ini. Dan, after all...kami selalu pada posisi bahwa kita ini hanya manusia biasa. Tak mau berpikir soal politik. Bukan karena kami tak tahu dan tak mau tahu soal politik. Saya lebih dari enam tahun bergelut dengan berita-berita politik lokal maupun nasional di Indonesia, karena kebetulan dulu saya jurnalis di desk politik. Sementara Azrai, dia juga tahu banyak soal politik di Malaysia. Kami sempat berdiskusi juga tentang Internal Security Act (ISA) di Malaysia atau biasa disebut akta keselamatan dalam negeri, di mana setiap orang bisa saja masuk penjara tanpa melalui pengadilan bila dinilai membahayakan negara.
Bagi saya, politik itu kotornya sudah kayak piring kotor habis lebaran saja. Menumpuk, berminyak, kadang bau amis, dan lain sebagainya. Saya tahu pasti praktik-praktik semacam ini. Bagi saya, berita di media itu memang fakta, namun fakta di media kadang bukanlah fakta yang merepresentasikan apa yang ada di masyarakat. Kadang ada main bumbu supaya sedap, kadang terpengaruh political view wartawannya, kadang terpengaruh political view bos korannya, dan banyak lagi.
Jadi kembali lagi ke situasi politik Indonesia - Malaysia, saya sudah tidak peduli lagi. Saya coba berpikir jernih saja daripada mengumpat-umpat di status facebook, twitter, dan lain sebagainya. Negara saya tetap Indonesia kok. Tetapi saya juga tidak mau men-sweeping warga Malaysia dong, karena saya berpikir jernih...di sana lho...di negeri jiran itu ada ratusan ribu warga Negara Indonesia berjuang mencari nafkah. Apa iya, itu tindakan bijak dengan men-sweeping orang Malaysia di Indonesia?
Ini lho, ada banyak orang mengumpat dan caci maki Malaysia, tetapi mereka masih juga menggunakan Air Asia. yang notabene dari Malaysia. Bukan apa-apa, tapi sedikit gentle dan main fair ajalah kalo mau adu syaraf. Ini juga ada yang mau demo, tetapi gak tahu persis persoalannya apa.
Maka, kembalikanlah semua pada hati kita. Jangan emosi, berpikir jernih, menimbang kerugian dari semua perkara ini. Mencari kejelasan apa yang terjadi sebenarnya dan jangan hanya dari satu sisi saja, jangan dari kacamata media saja, atau kata orang itu begini kok...bla..bla..bla...dan lain sebagainya.
Ada teman saya membatalkan travelingnya ke Malaysia karena persoalan ini. Takut hal-hal buruk akan muncul. Sampai Sheila Madjid pun harus menunda konsernya gara-gara kasus ini. Sementara ribuan orang di Indonesia masih juga berburu tiket murah Air Asia. Nah lho...bagaimana ? apakah kita akan teruskan perang syaraf ini?
Ada teman saya membatalkan travelingnya ke Malaysia karena persoalan ini. Takut hal-hal buruk akan muncul. Sampai Sheila Madjid pun harus menunda konsernya gara-gara kasus ini. Sementara ribuan orang di Indonesia masih juga berburu tiket murah Air Asia. Nah lho...bagaimana ? apakah kita akan teruskan perang syaraf ini?
4 comments:
persaudaraan antara Malaysia dan Indonesia ibarat 'air yang yang dicincang, takkan putus'. Saya pasti sengketa antara dua negara ini akan berakhir dan kita pasti akan bersatu kembali, menjadi satu rumpun yang yang teguh dan disegani di mata dunia.
Salam Aidilfirti buat kamu dan semua warga Indonesia.
Betul, kita ini benci tapi rindu. Seperti sebuah keluarga, yang sering muncul perselisihan tapi kita tidak benar-benar ingin putus hubungan.
Terima kasih Aie, salam Aidilfitri juga buat kamu, keluarga di Malaysia, dan teman semua.
met lebaran ariy!aku jd kaget tatkala ucapan lebaranku dititipkn di blog ini ;p hu2..nah supaya rahmat lebaran ini mnyatukan kembali hati2 kita yg sememangnya serumpun asalnya.mungkin aja,moyang2 kita adalah orang yg sama,bezanya nenda kita yg berhijrah ke seantero nusantara.semoga kamu baik2 aja dsana,insyaAllah..
ps: setuju dgn aie yg kita bagaikn air..dicincang,dparang,dtetak xakan putus ;)
salam dariku di Malaysia buat sahabatku di Indonesia
Azrai, my buddy :)
Hahaha, saya suka dengan ucapanmu itu, apalagi kondisi politik lagi gak bagus. Makanya, aku pengen mengutipnya. Salam dari Indonesia.
Post a Comment