Dalam waktu yang lumayan lama, saya saat ini tengah bekerja di Semarang. Ini bukan pekerjaan tetap sebenarnya, hanya kontrak beberapa bulan. Tak hanya satu, saya ambil dua jobs di dua kantor berbeda di Semarang. Dulu saya pernah menulis tentang follow your passion, tidak lagi jadi mas-mas kantoran. Saya sudah melakukan itu, dan bukan berarti sekarang saya menelan ludah sendiri dengan kerja kantoran lagi.
Nah kerjaan saya ini dua-duanya enak. Satu kerjaan membuat saya bisa jalan-jalan keliling Jawa Tengah, sesuatu yang jarang saya lakukan secara rutin setiap pekan. Pernah dalam satu hari saya menempuh perjalanan Semarang - Tegal - Brebes - Purwokerto - Sleman - Klaten - Kebumen - hollaaaa....hahaha. Emang pake sopir pribadi sih dan sopirnya jago banget. Bener-bener sesuatu yang belum pernah saya lakukan. Di pekerjaan ini saya juga nggak harus ngantor setiap hari lho. Bagaimana kerjaan kedua? well, kerjaan kedua sebenernya kantoran. Kantornya gedung seberang Lawang Sewu yang kesohor itu. Tapi lagi-lagi, saya beruntung, saya tidak harus ngantor 9-5. Saya boleh ngantor sejam dua jam, sisanya saya selesaikan pekerjaan secara online. Kata temen yang partner saya di kantor ini, orientasi kerja adalah "hasil", terserah bagaimana saya melakukannya. Hmm...enak kan.
Nah, karena kerjaannya sangat fleksibel, saya jadi punya banyak waktu luang untuk jalan-jalan. Biasanya sore-sore saya luangkan waktu untuk jelajah Semarang. Seperti weekend kemarin, sore-sore saya bingung nih mau kemana, karena kebetulan Sabtu itu saya tidak balik ke Solo. Tiba-tiba inget ada Toko Oen, legend-nya rumah makan itu, punya cabang di Semarang. Dan, cabangnya itu berada di Jl Pemuda, sama dengan kantor saya. Meluncurlah saya ke sana.
Toko Oen....hmmm, saya jadi teringat Toko Oen di Malang yang pernah saya singgahi pula. Jadi saya sudah punya sedikit gambaran akan berada di toko seperti apa. Toko Oen Semarang berada di Jl Pemuda No 52. Kalau Anda bukan orang Semarang, sebenarnya gampang saja mencapainya. Dari depan Lawang Sewu (pasti dong Anda ke Semarang juga ke lokasi ini), susuri saja Jl Pemuda yang berada di sisi luar Lawang Sewu. Lurus saja, sampai menemukan Supermarket Sri Ratu, nah Toko Oen tepat di seberang Sri Ratu. Tokonya agak kecil di pojok.
Toko Oen, Jl Pemuda, Semarang |
Sedikit cerita tentang Toko Oen, awalnya toko ini memulai usaha di tahun 1910 di Yogyakarta. Usaha toko roti ini dijalankan oleh Ny Liem Gien Nio, isteri dari Tuan Oen Tjoen Hok. Sayangnya, toko aslinya di Yogyakarta hanya bertahan hingga tahun 1937.
Berikutnya, justru cabang yang berkembang, yaitu di Jakarta dari tahun 1934 - 1973, Malang (1936 - sekarang) dan Semarang (1936 - sekarang).
Tahun 1922, dari awalnya hanya toko roti, mulai merambah jual ice cream dan menyediakan makanan menu Belanda, China dan Indonesia. Yang menonjol adalah, bangunan-bangunan yang dipakai selalu bangunan kuno model Belanda. Di Semarang, bangunan Belanda yang digunakan dulunya dibeli dari pemiliknya yang orang Inggris. Dulu lokasi ini disebut Jl Bodjong 52, sebelum berubah menjadi Jl Pemuda.
Interior Toko Oen Semarang |
Dibanding Toko Oen di Malang, Toko Oen di Semarang lebih modern interiornya. Lantainya sudah keramik, dan bukannya ubin model kuno. Kursinya meski model lawas, tapi seperti buatan baru (macam model kursi Betawi), beda dengan di Malang yang kita masih bisa menemukan kursi berbahan karet sulur atau juga ada kursi kuno rendah bahan anyaman bambu.
Di sini juga sudah ada AC, meski kemoderenannya ditutup dengan semacam lemari kayu berongga, sehingga tidak kelihatan AC-nya.
Tapi nuansa kunonya masih tidak berkurang jauh kok. Saya suka masuk ke pintu depannya yang kecil, seperti kedai-kedai di luar negeri yang saya lihat di film-film hehehe. Bagian lain yang saya suka adalah bagian penjualan langsung kue-kue basah maupun kering. Dengan toples-toples gede dan kunonya.
Bagaimana dengan makanannya? saya dari awal sangat tergoda untuk mencoba es krimnya. Sama kayak yang saya lakukan di Malang. Nah, sebelum memesan, coba lihat daftar harga es krimnya dulu.
Harga es krim mulai dari Rp 13.000 hingga yang literan Rp 184.000. Bingung juga kalau saya disuruh memilih mana yang harus saya cicipi. Sementara budget saya juga terbatas.
Akhirnya, saya minta rekomendasi dari si embak yang nyodorin buku menu. Kata dia, yang paling terkenal adalah Tutti Frutti. Mata saya langsung ngulik buku menu, dan menemukan harga Rp 28.500 untuk baris Tutti Frutti. Batin saya sih, hmmm....mahal juga.
Tapi kepalang basah sudah masuk ke sini, kenapa nggak nyoba. Akhirnya saya pesan satu Tutti Frutti. Yang lain saya bayangin dulu aja deh, berat di ongkos soalnya. Nggak butuh waktu lama, Tutti Frutti pesanan saya pun sudah terhidang di meja saya. Beginilah tampilannya, paduan warna cokelat yang membungkus bagian putih dengan topping semacam irisan buah-buah kering.
Ice Cream Tutti Frutti |
Bagian es krim yang cokelat itu lembut banget, lumer di mulut. Bagian putihnya yang agak keras dengan rasa buah segar. Enak sih menurut saya. Nah, satu es krim sudah, kini giliran bingung mau mesan makannya. Saya lebih tertarik makan ringan. Dan saya nanya lagi nih, mana yang rekomen buat dicoba. Mbak-mbaknya nunjuk ke Poffertjes, selain ada daftar lain seperti Loenpia, Resoles, Kroket, Bitterballen, Calamari Fritti. Saya tertarik Poffertjes, karena memang belum pernah tau penampakan dan rasanya. Kata temen saya orang Belanda, Poffertjes itu di Belanda sana barang biasa dan banyak ditemui. Nah, dalam daftar menu itu, Poffertjes-nya ada dua, yang plain Rp 14.000 satu porsi, Poffertjes Campur (Cokelat + Keju ) Rp 17.000, dan Poffertjes Keju Rp 18.000. Saya milih yang terakhir.
Poffertjes Keju |
Poffertjes itu bagi saya serupa bola-bola serabi dengan isinya lembut, rasanya sedikit tawar kalau menurut saya. Tidak terlalu gurih, tidak juga manis. Nah, topping -nya bisa macam-macam, inilah yang memberi rasa pada Poffertjes itu. Satu porsi terdiri dari 12 buah, dan disajikan panas-panas. Katanya si embak, emang kalau ada pesanan baru dibikin. Jadi masih panas dan segar. Lumayan banyak untuk seorang. Saya pun hanya berhasil menghabiskan separuhnya, sisanya bawa pulang ke kos.
Sebenarnya masih pengen nyoba yang lain juga, tapi apa daya dompet sudah ngambek dibuka hehehe. Akhirnya hanya dua itu doang yang saya coba. Ntar kalau gajian, mau mampir lagi. Pokoknya, kalau main ke Semarang, jangan lupa mampir ke Toko Oen. Seakan masuk mesin waktu, kalau saya berimajinasi, pasti Toko Oen ini dulu menjadi tempat hengot favorit opa oma Belanda jaman dulu ya :).
Regards,
A
9 comments:
pekerjaan yang menarik :)
Semarang, aku pingin banget ke sana, dulu cuma lewat aja (dengan konyol karena tidak dapat bis dari Ambarawa ke Jogja).
Pingin nyoba ke Toko Oen yg di sana, pingin merasakan sendiri bedanya dengan yg di Malang
Wuiiihhhh harga sih ga jauh beda sama yang di makang ya.. Sama seperti yang kamu alami mas.. Di malangpun saya hanya mencoba es krim yg paling murah.. Karena dompet yg meraung-raung dbuka terus menerus..
-___-" jadi anak kuliahan di semarang tapi buta semarang. hiks
pengen ngiler pengen kesana meski di semarang tp g tau semarang
@Rio : ahahaha...emang sedikit di atas standar kita harganya :)
@Replika : aku juga baru lho di semarang, baru 4 bulanan ini. Tp selalu meluangkan waktu buat jalan2, kalau gak pulang kerja ya pas weekend.
wah ngiler.... besok ngajakin istri kesana ah... *siapin kartu kridit*
@Satriaja
Iya om...agak mahal bingit :))
Wah kayak'y keren tuh... Uda hampir setaun tinggal di semarang tp blm pernah nyobain masuk Toko "OEN"... Harus d coba nih...
jangan lupa coba noeri's cafe di semarang juga. 11-12 sama oen :)
Post a Comment