Pertama, selamat tahun baru 2013. Semoga di tahun baru ini akan lebih banyak berkah buat kita dan bisa lebih banyak jalan-jalan lagi (teteup!).
Dalam setiap perjalanan, akomodasi menjadi sesuatu yang sangat substansial. Bagi saya, ada tiga hal utama yang menjadi perhatian sebelum membuat itinerary: Transportasi - Makan - Penginapan. Bagi saya pribadi, petualangan lain yang tidak kalah serunya dari perjalanan itu sendiri adalah petualangan mencari tempat tidur!
Saya termasuk orang yang gampang-gampang susah dalam hal memilih tempat tidur. Bukan, saya bukan tipe yang tidak bisa tidur di hotel murah. Bisa kok. Tidak terlalu pemilih sebenarnya. Tapi saya selalu berusaha menyeimbangkan antara harga kamar dengan kebersihan. Saya bukan "Mr Hygienic" yang parah-parah gitu. Saya masih bisa tidur di tempat yang "terlihat" bersih kok :).
Saya melihat, standard orang Asia dan bule terkait tempat tidur di penginapan itu beda banget. Saya jarang membaca reviews hostel atau penginapan yang mempermasalahkan soal kutu di tempat tidur dari orang Asia. Tapi orang bule bisa sangat detail menceritakan bahwa dia menemukan kutu atau serangga lainnya di tempat tidur, bla...bla...bla.... Yah, bagus sih. Tapi bagi saya pribadi, saya tidak terlalu serewel itu mengingat saya juga harus tahu diri berapa yang saya bayar untuk kamar itu. Lain cerita kalau saya masuk hotel bintang dan menemukan kutu atau serangga, saya komplain dah.
Ada pertanyaan menarik yang sering saya dapatkan. Kadang terdengar nyinyir, tapi ya sudah, saya dengan lugunya pilih menganggap itu sebagai pertanyaan tulus huehehe: Apakah backpacking itu tidurnya nggembel di pinggir jalan? stasiun? atau terminal?
Well, jawabnya ya dan tidak. Tetapi lebih banyak tidaknya. Artinya begini, saya pernah mengalami situasi di mana saya tidur di halaman stasiun kereta api. Saya juga sering tidur di airport. Tetapi apakah itu selalu saya lakukan? tidak. Saya cuma harus melakukan opsi itu karena beberapa alasan. Saat saya tidur di halaman Stasiun Kereta Api Kunming, China, itu karena saya tidak mengantisipasi bahwa saya traveling berbarengan dengan Tahun Baru China. Semua hotel penuh, sehingga saya dan ribuan (serius) penumpang lain teronggok di stasiun menghabiskan malam. Kalau soal tidur di airport, biasanya karena pertimbangan budget saja. Misalnya karena pesawat berangkat pagi-pagi sekali, nah sayang kan duit dibuang-buang untuk nginap di hotel. Mending nunggu di airport sambil istirahat. Toh airport adalah tempat yang nyaman.
Berikut saya tampilkan beberapa contoh tempat tidur saya selama traveling. Anda akan melihat, bahwa backpacking itu tidurnya juga nyaman lho. Bukan yang harus berdarah-darah beralas kardus di pinggir jalan hueheheeh:
Kamar di Sri Phoom, Chiang Mai |
1). Kawasan Sri Phoom, Chiang Mai: ini salah satu pencapaian terbaik saya dalam mencari "tempat tidur". Kawasan Sri Phoom adalah salah satu kawasan backpackers karena banyak akomodasi murah di sana. Ide awalnya, saya ke sini lalu mencari hostel atau guesthouse. Tapi ketika melihat ada rumah-rumah penduduk yang memasang tanda rooms for rent, saya tertarik untuk melihat-lihat. Dan saya menemukan ini. Harganya waktu itu sekitar 200 Baht atau dengan kurs waktu itu sekitar Rp 60.000 per malam. Kamarnya luas banget, kalau saya backpacking sama temen, ini bisa buat berempat berlima (yang lain tidur ngesot di bawah :P ). Tapi serius, kasurnya empuk, bersih, ini di lantai atas dengan balkon, banyak jendelanya, ada AC, perabotan dari kayu yang cantik, dan ada satu set kursi tamu di pojokan. Kamar mandinya di luar tapi super bersih dengan shower dan toilet duduk. Saya nggak nyesel tinggal di sini. Kekurangannya cuma satu: karena ini rumah penduduk, jadi nggak bisa leluasa buka 24 jam. Emang sih dikasih kunci kayak anak kos. Tapi, suatu malam saya pulang telat dan ternyata itu rumah ditutup dengan rolling door. Dan pas membuka rolling door, penghuni rumahnya yang sudah tua terbangun, karena tahu sendiri bunyi rolling door itu berisik banget.
Kamar di Rambuttri Rd, Bangkok |
2) Rambuttri Road, Bangkok:saya mengambil kamar ini karena pertimbangan kompromis antara budget dengan kebersihan. Kamar ini tidak terlalu bersih sebenarnya, tetapi saya pikir saya masih bisa berkompromi dengan itu mengingat harganya yang sangat-sangat murah. Saya dapatkan ini sekitar 100 Baht, kalau kurs waktu itu dirupiahkan jadi Rp 28.000. Saya menginap beberapa hari di sini. Ini adalah single room. Berada di sebuah ruko milik penduduk yang lantai dua dan tiganya di sewakan, sementara penghuninya dengan beberapa anggota keluarga tidur di bawah yang juga berfungsi sebagai salon. Lokasinya sebenarnya bagus buat yang suka keramaian. Rambuttri hanya satu blok dari kawasan backpacker Khao San Road. Nggak ada apa-apa di kamar ini, kecuali tempat tidur dan meja kecil (dan foto Teddy Bear!). Kamarnya disekat tripleks dan setiap penghuni diberi kunci gembok untuk kamar. Kamar mandi di lantai bawah bergabung dengan penghuni, dengan shower dan toilet jongkok. Bukan kamar yang akan saya rekomendasikan bagi Anda, khususnya bila Anda tidak kepepet budget. Tapi apapun, saya mendapatkan pengalaman dari menghuni kamar ini. Bahwa kalau kita mau nyari, sebenarnya kamar sangat murah di luar negeripun ada. :).
Kamar dorm di Gulin Flowers Youth Hostel |
3). Guilin Flowers Youth Hostel, Guilin, China: Saya menemukan kamar ini dari hasil riset di internet. Membandingkan, lalu membaca reviews orang-orang yang pernah tinggal di sana. Karena tertarik, saya pun memilihnya. Kamarnya cukup bersih lho. Dan saya memilih tinggal di dorm dengan empat tidur dalam satu kamar. Saya satu kamar dengan beberapa travelers, nyampur cowok dan cewek. Seru kan :).
Tarifnya murah. Mulai dari sekitar 4 USD atau taruhlah Rp 40.000 per malam untuk kamar seperti ini. Kalau pas musim dingin seperti saat saya ke sana, mereka menyediakan selimut tebal putih bersih seperti yang terlihat di gambar. AC-nya juga bisa disetel menjadi penetral suhu. Setiap bed, dilengkapi dengan lampu baca, jadi kita tetap bisa membaca saat lampu kamar mati. Lobby-nya cantik, ada common room dengan TV dan meja billiard. Cuma untuk internet bayar. Lokasinya sangat dekat dengan stasiun kereta api.
kamar dorm di Lubsbuy Guesthouse, Phuket Town |
4). Lubsbuy Guesthouse, Phuket Town: sejauh ini, inilah kamar terbersih yang pernah saya diami selama traveling. Super bersih dengan perabotan yang baru. Lubsbuy saya temukan dari hasil riset di internet. Awalnya saya mengambil ini karena lokasinya sangat dekat dengan Terminal Bus di Phuket Town, hanya 5 menit jalan kaki. Begitu melihat lobby-nya yang cuantik, saya sudah mikir, kamarnya pasti tak kalah cantik. Benar juga, tempat tidurnya seperti yang Anda lihat. Gorden cokelat itu kalau dibuka akan ada balkon (karena posisinya di lantai atas) dengan pemandangan Phuket Town. Memang harganya lebih mahal daripada kamar di Bangkok. Tetapi sejak awal memang saya sudah tahu bahwa Phuket akan sedikit lebih mahal daripada Bangkok untuk banyak hal. Saya mendapatkannya sekitar 200 - 250 baht (agak lupa). Tetapi kalau dirupiahkan sekitar Rp 75.000 per malam. Mungkin sekarang sedikit naik. Yang tak kalah kerennya adalah kamar mandinya yang super bersih dan jumlah banyak. Tersedia sampo dan sabun cair juga. Petugasnya pun ramah dan sangat membantu.
Kamar dorm di Cloudland Youth Hostel, Kunming |
5). Cloudland Youth Hostel, Kunming, China: saya mendapatkan kamar ini juga hasil riset, setelah saya merasa cukup puas dengan harga dan pelayanan Guilin Flowers Youth Hostel. Saya pikir, karena mereka satu jaringan di Youth Hostel, at least pelayanan dan harga tidak jauh berbeda. Dari sisi kamar, saya merasa kamar ini jauh lebih baik daripada kamar saya di Guilin. Perabotannya baru, ada loker, bersih, kasurnya empuk, bantalnya enak huehehehe. Kalau soal tarif, hampir sama, mulai sekitar 4 USD-lah. Teman satu kamar saya waktu itu adalah cewek dari AS, cewek dari Jepang, dan cowok dari China. Yang tidak saya suka dari Cloudland adalah jumlah toilet-nya yang tidak sebanding dengan jumlah kamar. Jadi kadang-kadang harus ngantre. Kalau mandi sih bisa nunggu, tapi kalau kebelet boker? nah itulah masalahnya.
Bilik kamar Delta Homestay. foto: tripadvisor.com |
6). Delta Homestay, Prawirotaman, Yogyakarta:
Saat akan masuk ke dalam lobby homestay ini saya tidak berharap banyak. Karena dari luar memang tampak kecil dan sempit. Ruangan depannya pun sempit, dengan meja resepsionis dan kursi tamu komplet dengan TV. Di pojokan ada satu perangkat komputer untuk ngenet gratis.
Tapi begitu masuk ke dalam, waah...ini ternyata semacam halaman belakang yang luas, dengan kolam renang biru di tengah-tengah, dikelilingi bilik-bilik bambu dengan setting model rumah pedesaan. Saya menginap di sini dan mendapatkan kamar Rp 85.000 per malam (sekarang sudah naik). Kamar saya double beds, dengan ukuran bed -nya kecil tentu saja, dengan kipas angin. Fasilitasnya adalah sharing bathroom yang cukup bersih dengan shower dan western toilet, serta dapat sarapan lho. Sarapannya juga enak, saya boleh memilih nasi goreng dengan telur mata sapi atau roti bakar. Ibu-ibu yang memasakkan buat saya sangat ramah, membuat saya jatuh hati hehehe. Di sini ada juga kamar AC, sementara rata-rata yang menginap bule. Menurut saya, setidaknya model homestay beginilah yang harus dijalankan pengusaha di Indonesia. Murah bukan berarti jelek.
Itulah sebagian kamar-kamar yang pernah saya singgahi dalam traveling saya. Ini juga menjawab pertanyaan banyak orang, bahwa backpacking itu bukan susah-susah yang berdarah-darah. Semua kalau dibawa fun ya bisa sangat fun. Bagaimana, mau coba?
Regards,
A
11 comments:
mathurnuwun referensinya
Boleh nih buat refrensi. By the way.. Mgkn bs nambahin untuk yg lokal? Hehe
mas, pernah bawa tenda ga?? nginep di kebun raya gitu?
pengen nyoba. Kayaknya seru. Cuma nggak punya tendanya. Mahal gak sih?
senada dengan komen sebelumnya... mungkin yang lokal bisa dibagi lebih banyak mas? :D
anyhow, nice info!
sebenarnya niat awal saya nulis ini buka resensi kamar atau memberikan rekomendasi. Ini hanya sekadar gambaran bahwa backpacking itu gak serem gak susah sampai mampus dan gak berdarah2. Tapi masukannya ntar insya Allah ditindaklanjuti. Makasih sudah berkunjung semua yaaa
sepakat mas bahwa yg namanya backpaking ga selalu menderita. saya memang blum punya jam terbang yg tinggi untuk traveling tapi tiap kali traveling saya selalu mengusung yg namanya backpaking bukan krn low budget aja tapi ada tantangan tersendiri.
emang enaknya tidur dengan nyaman gitu,, pengalaman sih gegara terpaksa tidur g pada tempatnya, tidur g nyaman.. pikiran was-was trus.. takut tiba2 ada razia gelandangan,barang bawaan ada yg nyuri ato dipalakin sama preman-preman setempat
pada dasarnya semua orang berorientasi pada kenyamanan. Kalo kebentur dana, ya musti pinter2 dan rajin googling sih.
Makasih Lan, udah mampir
Halo Ariy...
Setelah baca artikel ini saya jadi ingin komen sekaligus tanya banyak.
Kalo lagi jalan, tidur di mana emang selalu jadi masalah paling krusial. Apalagi kalo "go show"
-------------------
Anyway, Feb 2015 nanti saya ada plan jelajah Yunnan dan tentunya mampir Kunming. Sama seperti kamu, sayapun bakal ketemu ama Chinese New Year (CNY).
Saya yakin pas CNY jutaan orang China pada mudik dan tiket kereta habis, namun gimana dengan bus jarak jauh?
Lalu, apakah transport bakal susah dicari setelah CNY?
-------------------
Utk Cloudland Hostel. Di share bathroom-nya ada wastafel kah? Soalnya saya mau "upacara" cuci baju juga. Hehehe...
Pertanyaannya agak banyak ni, soalnya saya butuh info yg cukup jelas utk antisipasi.
Thanks in advance, bro..
"It's not just about the destination, but the journey"
http://makanangin-travel.blogspot.com/
Buat Mas George,
justru selepas CNY bakal lebih lega. Karena jumlah penumpang turun. Tapi tergantung juga ya, setelahnya kapan...karena kayak di Lebaran indonesia pun ada mudik dan ada arus balik. Jadi perhatikan benar.
Di Cloudland ada wastafel kok, tenang aja hehehehe. Makasih sudah mampir mas
Post a Comment