Hey Journer,
Akhir pekan lalu, tepatnya tanggal 7 Juli, saya jalan-jalan ke Jogja. Niat awalnya sih, sebelum puasa pengen sedikit resfreshing, dan Jogja bahkan tidak ada dalam list saya. Rencananya memang tidak akan jauh-jauh dari Semarang dan Solo. Ada ide pengen menghabiskan waktu di Salatiga, menikmati kota di mana jam 9 malam turun kabut, menyeruput hangatnya wedang ronde di depan Hotel Grand Wahid....huehehe. Tapi batal...batal. Saya memutuskan untuk ke Jogja, karena kebetulan ada teman yang akan bertemu saya.
Minggu siang, begitu sampai di Jogja, saya diantar teman ke Jalan Malioboro, rencananya sih saya mau ngadem sebentar di KFC Malioboro sambil menyelesaikan kerjaan (sial nggak sih, lagi jalan masih kejar deadline). Sementara teman saya ada urusan sebentar. Saya pun turun di depan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta yang ada di kawasan Jalan Malioboro. Eh...denger marching band main, tengoklah saya ke sana. Ternyata saya beruntung, karena hari itu akan ada karnaval Jogja Fashion On The Street. Ini adalah puncak acara Jogja Fashion Week. Beruntunglah saya. Untung juga saya bawa kamera. Jiwa fotografer amatiran saya pun muncul huehehe. Ini dia oleh-oleh saya dari Jogja.
Ternyata saat itu, sebelum digelar karnaval yang berangkat dari Kantor Dinas Pariwisata, juga akan digelar lebih dulu Lomba Tata Rias Fantasi. Cukup menarik, karena nyaris semua peserta berupaya semaksimal mungkin untuk menampilkan yang terbaik dari konsep yang mereka angkat. Karena saya lagi seneng belajar motret, maka saya banyakin fotonya. Mohon maaf kalau ada yang blur, gak fokus, atau secara teknis fotografi saya melakukan "dosa". Maklum, saya benar-benar buta fotografi :).
damn, i love this one! |
those eyes ! |
Dari sekian banyak peserta, nggak tau kenapa saya suka salah satu peserta, yang tampil beda dengan konsep lebah-nya. Konsep beda, lucu, meskipun warna yang ditampilkan nggak ngejreng, tapi saya tertarik banget dengan karakter anaknya. Begitu disuruh MC keluar untuk tampil, langsung bergaya lincah dan luwes, menirukan lebah yang terbang ke sana-kemari. Duh, jadi pengen bawa dia pulang hihihihi... ini nih si favorit saya:
My fave! she's cute huh :) |
...and....."the ladies"... :). Hooray !! |
Jogja memang meriah dengan keberagamannya. Sementara para peserta lomba tata rias fantasi menyelesaikan tahapan penilaian, berikutnya para peserta karnaval pun mulai bersiap dan berbaris rapi. Dibuka dengan marching band yang terus menerus memainkan lagu andalan "Yogyakarta"-nya Kla Project !! Oughhh...saya berasa kembali ke jaman-jaman pacaran di SMA huehehe... (yakin gak jomblo?). Penilaian saya, nice choice !! Saya berasa berada di ruang dan waktu yang berbeda....Indonesia Bagian Yogyakarta. Atmosfernya dapet banget, romantisnya kena.
Karnaval ini menghadirkan perwakilan dari sekolah-sekolah di Yogyakarta, akademi, universitas, hingga kelompok-kelompok dan komunitas Jogja yang memang beragam dan sangat kreatif.
Mereka menampilkan berbagai konsep, dari yang kental dengan budaya Jawa, menampilkan sendratari di jalan, budaya Jepang, hingga pakaian-pakaian kontemporer yang saya yakin butuh banyak malam untuk mendapatkan konsep, serta butuh banyak hari untuk mewujudkannya dalam pakaian.
Tak ketinggalan kehadiran perwakilan dari Red Batik Solo Community yang pernah tampil dalam Solo Batik Carnival, sumbangan untuk sang saudara tua Yogyakarta. Bukan karena saya orang Solo, tetapi kontestan dari dari Red Batik Solo Community memang terlihat sangat serius dan tampil optimal dengan kehebohan kostum maupun perangkat pendukungnya. Mereka mampu mencuri perhatian pengunjung dan fotografer. Maklum, peserta Solo Batik Carnival memiliki jam terbang cukup tinggi, antara lain pernah tampil di Chingay Festival di Singapore dan TongTong Festival atau pasar malam besar di Den Haag, Belanda.
persembahan Red Batik Solo Community untuk Jogja Fashion On The Street |
Lihat foto-fotonya aja gemes kan kalo nggak nonton? Hihihihi. Yess, saya beruntung. Sebagai catatan saja, sebenarnya Jogja Fashion On The Street tidak jauh berbeda dengan Solo Batik Carnival, Semarang Night Carnival, atau sesepuh festival macam gini yaitu Jember Fashion Carnival. Secara materi hampir sama konsepnya, hanya perbedaannya tentu pada kualitas para pesertanya dalam menampilkan "efek wow" melalui kreativitasnya. Saya belum pernah melihat Jember Fashion Carnival, tapi konon bagus, dan ini juga yang memberi inspirasi festival-festival serupa di kota lain. Namun catatan saya, secara kreativitas...Solo Batik Carnival emang lebih jempol dibanding Semarang Night Carnival maupun Jogja Fashion On The Street. Namun menurut saya, secara keberagaman materi, Jogja Fashion On The Street lebih beragam dan tidak membosankan. Semarang Night Carnival masih harus belajar banyak soal kreativitas dan keberagaman materi ini. Tetapi nih...Semarang Night Carnival lebih heboh namun dengan managemen penonton yang bagus dibanding Solo dan Jogja. Di Solo, pesertanya memang kreatif, tapi ampuuuun dah...jangankan mau motret, mau nonton aja susaaaaahhhh...penonton susah diatur, panitia juga kurang sigap me-manage penonton, Sementara kalau di Jogja, memang penonton tidak teratur juga, tapi yang nonton di Jogja gak banyak, relatif lega dan gampang motret. Buktinya? fotografer amatir seperti saya bisa dapetin foto-foto di atas hueheue.
Ada satu hal yang sempat membuat saya berpikir saat saya melihat kenapa karnaval di Jogja ini tidak terlalu berjubel penonton, seakan warga tidak heboh menyambutnya. Saya pernah nanya seorang supir taksi, Jogja lagi ada acara apa? Jawab dia panjang dan lebar, dan menarik ! ini dia:
"Jangan tanya Jogja ada acara apa mas. Saban hari pasti ada aja acara. Kerjaan utama orang Jogja itu kan tampil, berkesenian, bikin karnaval, pawai...gitu."
Lalu saya dapat kesimpulan sendiri mengapa sepanjang Jogja Fashion On The Street berlangsung, banyak warga Jogja yang seolah tidak "gumunan" alias tidak terkaget-kaget, tidak heran, tidak merasa wow, dan kesannya mereka biasa aja. Penonton di pinggir jalan juga tidak berjubel, bahkan lega. Kebanyakan yang nonton juga wisatawan, baik asing maupun lokal. Saya pikir, ya orang Jogja mungkin sudah biasa lihat yang semacam-semacam ini, jadi tidak terlalu tertarik. Itu asumsi saya. :).
Lebih dari itu, saya terhibur dengan adanya Jogja Fashion On The Street. Cukup mampu membuat wisatawan terhibur. Hari Minggu itu saya juga sangat beruntung karena saya bertemu dengan salah satu tokoh yang saya kagumi, tokoh yang membuat saya ingin belajar bagaimana sukses menjadi seorang pebisnis. Nggak nyangka lho saya bertemu dia di Jogja. Siapa dia ?
Eugene Harold Krabs a.k.a Mister Krabs
si pemilik Restoran Krusty Krab !!!
Huehehe...Jogja memang istimewa. Jalan-jalan dadakan saya akhir pekan kemarin berlangsung cukup sukses dan menyenangkan. Berikutnya, dalam satu bulan saya akan banyak bengong bego dulu di kos, karena sudah puasa. Oya, selamat menunaikan ibadah puasa buat Anda yang menjalankan. Ketemu lagi di lain cerita jalan-jalan saya :)
Regards,
A
1 comment:
mas, yang lebah itu kan bukan anak-anak lagi. hhmm.. mungkin dia masih anak-anak saat kamu kuliah hahhahhahah
Post a Comment