Thursday, September 1, 2016

Keajaiban Khmer (Trip Vietnam-Kamboja Bagian 6 Habis)


22 November 2015

Pagi itu sopir tuktuk saya sudah menjemput di hotel. Masih pagi buta dan Si Bajuri masih pakai baju yang sama kayak semalem. Mungkin dia bahkan belum pulang ke rumah. Kami sudah sepakat bahwa kami akan membayar US$ 15 kepada Si Bajuri untuk mengantarkan kami ke area Angkor Wat yang lokasinya sekitar 5 km dari pusat kota Siem Reap. Harga itu untuk trip seharian - dari Subuh dan kelar sekitar pukul 14.00-an. Saya melihat Si Bajuri ini sopir yang baik. Nggak tau, feeling saja. Dia selalu berusaha membuka omongan dengan menjelaskan hal-hal yang kami lalui di jalan. Kalau soal harga, saya sudah baca beberapa testimoni, ya rata-rata emang paket dari kota ke Angkor Wat sekitar US$ 15 itu. Nah, Tuktuk ini kayaknya bisa dipakai bertiga deh, meskipun rata-rata dipakai berdua, jadi cukup irit kalau mau patungan.

Tuktuk kami berjalan menembus pagi buta yang masih gelap. Penerangan minim, jalan sepi lengang dari kendaraan, udara sejuk, mewarnai perjalanan itu. Selepas itu, di jalur utama ke arah Angkor Wat mulai banyak TukTuk lain yang bermunculan, dari belokan, dari sudut hotel, dari sudut penginapan, beriringan seperti tengah ada parade TukTuk. Mereka membawa penumpang seperti kami, turis asing, yang rata-rata bule. 

Saya suka keheningan sesaat dan udara sejuk pagi itu. Setelah beberapa saat, TukTuk yang kami tumpangi beriringan dengan TukTuk lain, memasuki sebuah area dengan halaman cukup luas. Di sana bergantian TukTuk ini menurunkan penumpang. Dalam beberapa detik kami sudah dihadapkan pada kerumunan orang banyak, turis-turis kulit putih bercampur wajah-wajah Asia dan lain sebagainya, sementara para sopir TukTuk ribet mengatur diri karena area tersebut dipakai untuk ngedrop turis. Di depan kami ada bangunan berkaca lebar dengan  lubang jendela...inilah loket untuk membeli tiket masuk ke Angkor Wat. Para pengunjung pun antre memanjang ke belakang. Ada sekitar 5-10 loket yang dibuka dan semuanya full antrean. Suasana di depan loket seperti layaknya antrean penonton konser musik. Bedanya, banyak wajah-wajah bantal yang nongol, termasuk yang nulis. Maklum, bangun langsung ngabur ke sini hehehe.


Jadi setiap loket dijaga oleh dua orang petugas, yang kebetulan di antrean saya adalah petugas cewek. Satu petugas duduk di balik bilik loket kaca yang posisinya hampir sejajar dengan kepala para pengantre, sementara satu petugas lagi berdiri di depan loket. Yang di luar bilik inilah yang akan mengarahkan kita untuk berfoto. Ada semacam kamera kecil di depan loket untuk memfoto kita. Sempet ditanya dari negara mana, lalu kita diambil gambar....cekrekkk !! tak butuh waktu semenit Angkor Pass sudah jadi. Setelah itu dengan angot-angotan...rasanya beraaaat banget...saya melepas US$ 20 saya ke mereka...hiks.

Tiket yang saya beli adalah tiket one day visit, berlaku untuk waktu 05.30 AM - 05.30 PM. Ada sih paket beberapa hari, tetapi menurut saya, satu hari saja cukup...mahaaaaal!! (belakangan saya berubah pikiran, kayaknya di Angkor Wat selamanya juga woke). Nah, setelah beli tiket selesai, langsung deh cari Si Bajuri yang ternyata dari tadi sudah mengamati dari jauh antrean saya. Tanpa banyak cingcong...melajulah TukTuk Si Bajuri.

Salah satu bagian yang saya suka adalah, jarak antara loket dengan candi utama itu lumayan jauh. Subuh itu, TukTuk membawa kami membelah jalan lebar dan lengang dengan kanan-kiri adalah pohon-pohon tua dan superbesar serasa melayu membelah botanical garden. Lampu-lampunya hanyalah lampu taman bolam kuning, yang membuat suasana semakin serem sendu. Udara sejuk sekali. Beberapa kali kami melewati pesepeda, yang beberapa di antaranya sendirian...berani juga ya. Mereka adalah turis yang memilih menuju Angkor Wat sambil berolahraga. Sebenarnya ide bagus juga untuk berangkatnya, tapi kalau pulang pasti sangaaat panas. Keadaan masih gelap hingga saya sampai di depan central structure atau bangunan pusat candi. Struktur utama candi memiliki denah semacam di bawah ini (yang saya comot dari wikipedia). Bagian biru adalah kanal lebar yang mengelilingi kompleks candi. Tetapi dari awal saya sampai, saya tidak bisa mengenali struktur utama ini saking gelapnya. Iya, tidak ada penerangan di area ini (kecuali di lokasi parkir yang lokasinya di luar area). Saat Si Bajuri melepas saya, saya sendiri tidak tahu mau kemana. Beberapa orang berpencar ke berbagai arah, tetapi saya memutuskan untuk mengikuti rombongan paling banyak menuju ke satu titik, ternyata memang kami melewati jalanan batu sekitar 50 meter menyeberangi kanal menuju pintu utama (lihat garis krem bagian kiri). Beberapa orang dengan name tag terkalung di leher membawa senter untuk memeriksa tiket kita. Sampai di sini saya belum menemukan Angkor Wat seperti bayangan saya. 


Nah, central structure sendiri dinding luarnya berukuran 1.024 x 802 meter dengan ketinggian 4.5 meter, dikelilingi halaman terbuka sepanjang 30 meter dan parit sepanjang 190 meter. Akses ke candi adalah sisi barat - menyeberang kanal - bertemu gapura (yang ada pada setiap arah mata angin) - kemudian kita akan masuk ke area halaman di mana kanan kiri ada beberapa candi kecil serta reruntuhannya. 

Hingga di area ini situasi masih gelap...Matahari seperti masih belum mau bersua dengan kami. Nah, kebanyakan turis - yang makin lama makin bejibun - menuju ke arah kiri di mana kita akan bertemu semacam danau yang cukup luas. Kenapa mereka ke sini? Jadi kami ini kan sedang menunggu sunrise, nah salah satu view terindahnya nanti adalah saat bayangan candi memantul di permukaan air danau...begitu. Sebenarnya googling di internet pun bakal menemukan ratusan foto semacam ini dari mereka yang pernah berkunjung. Tetapi emang paling seru kalau menjadi saksi mata langsung ya.

Saat semburat Matahari dari arah timur muncul, saya segera menyadari bahwa jumlah turis yang berada di sekitar danau saja mungkin sudah ribuan. Belum mereka yang masih dalam perjalanan ke sini. Serem...saya jadi ingat pelajaran SD yang menyebutkan salah satu budaya Jepang menyembah Matahari...nah, kami ini seperti tengah menunggu Dewa Matahari muncul...berkumpul di pinggir danau. Tetapi ini hanya seperti saja yaa...yang terjadi kan kami hanya ingin menikmati ciptaan Tuhan.
  • Di area sekitar danau ini banyak anak kecil lokal yang berkeliaran menawarkan kopi. Mereka hanya membawa semacam daftar menu. Lalu kita bisa memesan kopi, setelah itu mereka akan berlari ke sisi lain (semacam warung) untuk mengambilkan kopi pesanan kita. Saya sih tidak memesan jadi tidak tahu harganya berapa. Hebatnya, dalam kondisi gelap gitu, mereka bisa cepat kembali ke kerumunan orang dan menemukan pemesan kopinya lho.


Cukup lama kami menunggu Matahari muncul. Lama-lama saya bosan dan memilih untuk berjalan ke sisi lain. Pagi itu langit agak mendung, tetapi pada akhirnya Matahari tetap menyeruak dari balik punggung candi utama. Saya justru lebih tertarik dengan ribuan orang yang berkumpul di tepi danau...para sunrise hunters. Paduan langit mendung, rumput hijau, danau segar, dan bule-bule ini mengingatkan pada imajinasi di benak saya tentang Woodstock Festival, terus berandai-andai  ada Santana main di sini, seperti saat dia tampil di Woodstock tahun 1969 (di mana saya bahkan belum direncanakan lahir).

Hal pertama itulah yang membuat pandangan saya terhadap Siem Reap yang awalnya "kok cuma gini" menjadi "wah bakal ada kejutan apalagi ya?". Iya soalnya di hari pertama saya memasuki Kamboja sehari sebelumnya, saya belum mendapatkan kesan serunya. Apalagi ditambah biaya hidup yang menurut saya kok ya mahal.

Setelah Matahari bersinar, saya mulai menemukan bayangan konstruksi besar sebuah kompleks candi, Para turis mulai bergerak memasuki bangunan utama candi dan saya merasa seperti sedang berada di India (efek banyak nonton film India). Ini kompleks candi megah dengan lorong-lorong indah, dengan pilar-pilar cantik, dengan segala reruntuhannya. Di sela-selanya, kita akan melihat monyet-monyet berkeliaran di tempat yang menjadi kediamannya. Tontonlah The Jungle Book movie...ini benar-benar seperti kerajaannya King Louie, Gigantopithecus, monyet raksasa setinggi 10 kaki yang menahan Mowgli karena ingin diajari membuat red flower alias bunga api. Atau mungkin film ini yang memang mendapatkan inspirasi membangun setting kerajaan King Louie dari Angkor Wat? Entahlah. 






Seperti halnya saya mengagumi Candi Borobudur atau Candi Prambanan, saya selalu berpikir satu hal (yang mungkin mewakili pikiran orang awam lainnya), bagaimana mungkin di jaman itu di mana teknologi belum ada, orang bisa membangun bangunan semewah ini ya? Yes, menurut saya ini sangat mewah. Angkor Wat sendiri adalah sebuah kuil yang dibangun pada jaman pemerintahan Raja Suryawarman II pada pertengahan abad ke-XII dan memakan waktu pembangunan hingga 30 tahun. Pembangunan dilakukan untuk meletakkan Gunung Meru sebagai pusat dunia dan menjadi tempat tinggal para dewa-dewi Hindu. Nah, jadi sebenarnya saya ini tengah bertamu di kediaman para dewa hehehehe.

Sekitar pukul 09.00 AM, saya sudah mulai bertanya-tanya, lalu di mana ya candi-candi yang dibebat akar pohon gede-gede yang tersulur dari atas itu? Iya, kalau kita googling dengan kata kunci "Siem Reap" atau "Angkor Wat" yang muncul adalah itu. Belum lagi kalau nonton film Lara Croft : Tomb Raider-nya Angelina Jolie, pasti di benak kita sudah muncul bayangan beda tentang Angkor Wat. Jadi ternyata begini, central structure adalah salah satu bagian dari Angkor Wat...di luar itu, area Angkor Wat itu sangat luas dengan berbagai candi yang salah satunya dipakai untuk setting filmnya Angeline Jolie itu yang diberi nama Angkor Thom. 

Si Bajuri yang kami temui di parkiran tampak memasang muka yang ramah saat saya keluar dari central structure. Dia langsung menyiapkan TukTuknya untuk berkeliling lagi ke lokasi lain yang pada akhirnya benar-benar seperti bayangan saya tentang Siem Reap. Lokasinya saling berjauhan dan kayaknya nggak mungkin deh jalan kaki, karena waktunya tidak akan cukup. Berkeliling area Angkor Wat sangat menyenangkan karena kita seakan masuk di mesin waktu...pohon-pohon tinggi dan tua, bangunan candi, reruntuhan, dan (bagusnya) steril dari bangunan modern, sangat-sangat membuat saya melupakan US$20 yang sudah melayang...ini layak dan sepadan dengan uang yang saya keluarkan hahahaha.






Bagi saya, perjalanan kali ini highlight-nya ada di sand dunes Vietnam dan Angkor Wat di Kamboja. One day trip di Angkor Wat sepertinya kurang deh...kayaknya harus dua atau tiga hari hahaha, tapi habis itu pulang ngesot ke Indonesia karena duit habis. Bagi saya, Siem Reap itu adalah ya Angkor Wat, tidak ada yang lain. Jadi kalau mau ke sini pun ya fokusnya di Angkor Wat, karena nggak ada hal yang menarik lainnya. Saya mungkin akan betah berlama-lama di Angkor Wat, tinggal di sini sebulan kek, dua bulan, atau selamanya hihihi...entah kenapa saya selalu suka tentang hal-hal sejarah, masa lalu, bla bla bla...mungkin pertanda saya sudah tua. Kata temen saya, Adjie, orang tua berbicara tentang masa lalu dan anak muda selalu berbicara masa depan. Hmmmm....*cabuti uban*

Hari itu adalah hari terakhir saya di Kamboja. Terima kasih untuk Bajuri (sampai sekarang saya nggak tau namanya) yang telah menjadi sopir TukTuk terbaik selama saya di Kamboja. Pulang ke hotel, saya sudah bersiap check out. Mandi sebentar, packing, lalu check out....dan mati gaya hampir 7 jam berikutnya !! Kok bisa ? Lha ya bisa, wong saya beli tiket bus ke Bangkok yang malem. Makanya diputuskan nitip backpack ke hotel, lalu jalan-jalan bego (lagi) keliling area pub street. Sumpah, kali ini saya benar-benar merasa bego karena nggak tahu harus ngapain. Cuma makan, masuk 7-Eleven beli minum, lalu masuk ke mall (atau supermarket ya saking kecilnya), lalu jalan ke pusat cinderamata, lalu menunggu hujan dengan berteduh di jembatan penyeberangan sungai yang ada tempat duduknya, lalu balik ke hotel ambil backpack tapi sempet mainan hp karena ada wifi gratis...lalu makan malam lagi...lalu ngelamun nggak jelas...tidur di emper travel tempat saya beli tiket bus....beuuuh....sungguh membosankan. Saat paling melegakan adalah saat bus saya ke Bangkok menjemput saya. Saya sudah membayangkan akan segera bobok lucu di dalam bus, dan bersiap untuk menghajar Bangkok keesokan harinya. 

Maka dengan ini berakhir pulalah perjalanan Vietnam - Kamboja saya. Bab tentang crossing border Kamboja - Thailand akan saya tulis di seksi lain yang terpisah. Termasuk serunya menikmati Krathong Festival 2015....

See ya di perjalanan berikutnya,

Ariy

1 comment:

Nasirullah Sitam said...

Yang banyak beredar di internet malah gambar angkor wat saat pagi mas, fotonya indah banget. Oya besarnya dan luasnya itu sama kayak prambahan ya kalau dilihat sekilas ehheheh