Sunday, December 30, 2012

Bertamu ke Rumah Orang Terkaya di Medan

Hey Journer,

Ini penggalan cerita saya dan Ajie Hatadji saat jalan-jalan di Medan, yang kemudian kamu wujudkan dalam buku "Travelicious Medan". Kami akan bercerita tentang salah satu highlight Kota Medan yaitu Mansion Tjong A Fie, salah satu orang terkaya di Medan pada jamannya. 

Pintu Depan Mansion
Menapakkan kaki di kawasan Kesawan, kita akan disambut oleh gapura megah tepat di mulut jalan. Tak jauh dari sana terdapat tujuan pertama kami, yaitu rumah peninggalan tokoh di balik pesatnya perkembangan Medan hingga menjadi kota terbesar ketiga di Indonesia. Kami mengunjungi Mansion Tjong A Fie, seorang saudagar yang juga sahabat dekat Sultan Deli. 

Nama besar Tjong A Fie sangat berpengaruh di Medan sehingga bila datang ke Medan, tak lengkap bila tak mengunjungi mansion ini. Berjalan lima menit dari gapura Kesawan, gerbang utama Mansion Tjong A Fie terlihat, menjulang megah dan cantik sore itu. Bagian utamanya adalah pintu kayu besar yang dijaga dua patung singa dan dipercantik dengan dua lampion merah tergantung dari atas gerbang. Kami seakan-akan mengunjungi kuil kungfu yang didiami para shaolin dan bukan sebuah rumah pembesar Kota Medan. 

Halaman Depan
Klik ... klik ... klik! Belum apa-apa kamera sudah jepret sana sini. Suara burung walet terdengar samar saat kami mengelilingi taman—penuh tumbuhan hijau dan pohon rindang—untuk mencapai loket masuk. Loket masuknya sederhana, hanya sebuah meja dengan brosur penjelasan mengenai mansion tersebut. Ternyata, mansion itu masih dimiliki dan ditinggali oleh keluarga besar Tjong A Fie. Sang penjaga loket, seorang gadis bersenyum manis, pun adalah keturunan Tjong A Fie. Setelah membayar tiket masuk seharga Rp35.000,00 kami dipandu secara singkat mengenai tata letak mansion.

Ruang Tamu
Bangunan berlantai dua itu memiliki ruangan besar terbuka di tengah-tengah rumah, khas rumah-rumah China. Ruangan pertama setelah pintu masuk pengunjung adalah dua ruang tamu sederhana yang terpisah oleh sebuah dinding terbuka. Berbagai pajangan berbentuk poster yang menghiasi sisi-sisi ruangan menuliskan trivial knowledge seputar kehidupan sang empunya rumah. Ada beberapa kursi antik yang tertata rapi mengelilingi meja kopi di tengah ruangan. Dahulu, Tjong A Fie menjamu para petinggi dari kalangan Melayu di ruangan tersebut. O, iya, pemandu yang memandu kami melarang untuk mengambil foto di bagian-bagian yang terdapat dokumentasi Tjong A Fie baik dalam bentuk foto maupun gambar karena sebagian besar adalah milik pihak lain.

“Takut foto-foto tersebut disalahgunakan dan dianggap hasil dokumentasi sendiri,” ungkap pemandu kami yang ternyata juga salah seorang keturunan langsung Tjong A Fie.

Cantiknya Kamar Tidur Tjong A Fie

Ruangan berikutnya adalah ruangan yang khusus memajang portofolio hidup Tjong A Fie. Dimulai dari kisah kakak Tjong A Fie, Tjong Yong Hian, yang terlebih dahulu merantau ke Medan dari Sungkow, sebuah desa kecil di China. Selang lima tahun, Tjong A Fie yang kala itu masih berusia 17–19 tahun kemudian menyusul kakaknya menuju Medan, ikut berkecimpung di dunia perkebunan. Foto-foto di ruangan itu seolah-olah menceritakan perjuangan Tjong A Fie semenjak dia masih seorang pemuda hingga menjadi salah satu tokoh legenda Medan. Foto-fotonya bersama keluarga besar, atau acara-acara penting yang melibatkan Tjong A Fie, terpampang rapi di ruangan itu—tentu dengan larangan mengambil foto.
Ruang Makan

Ruang makan keluarga menarik minat kami untuk menjelajah lebih ke dalam mansion. Lemari-lemari menempel ke dinding, memberikan ruang yang cukup lapang untuk meja makan di tengah ruangan. Di atas meja makan tersebut tertata alat makan, lengkap dengan serbet merah yang dilipat sedemikian rupa, membuat nafsu makan membahana seketika. Tepat setelah ruang makan adalah kamar pribadi sekaligus ruang tidur Tjong A Fie. Saat itu hanya temaram lilin yang menerangi kamar yang luas.

Koleksi baju-baju Tjong A Fie dan istrinya terpampang di sana, di satu sudut kamar di sebelah meja rias kayu. Tempat tidur dari kayu ukiran, tertutup kelambu, berada tepat di tengah ruangan. Di seberang kamar tersebut, Tjong A Fie dahulu menjamu tamu tamu yang berasal dari Eropa. Ada pertanyaan yang kemudian muncul, mengapa Tjong A Fie memisahkan ruang-ruang tamu tersebut?

Beranjak ke lantai dua, ada ruang pemujaan bagi para dewa. Bau hio menyebar di udara, kesan sakral terpancar dari altar sembahyang yang berada tepat di tengah ruangan. Altar itu bernuansa merah, serupa nuansa warna mansion, dengan patung dewa-dewa di tengah altar. Persinggahan kami di Tjong A Fie berakhir di aula besar yang langsung menghadap ke Jalan Kesawan.

Kami membayangkan aula besar itu dahulu digunakan Tjong A Fie untuk mengadakan ballroom party dan pesta dansa, lengkap dengan live music mengalun di udara. Foto-foto yang dipajang di ruangan memberikan gambaran yang semakin jelas tentang khayalan kami, menikmati jamuan dari sang Legenda Kota Medan di Mansion Tjong A Fie.

Saturday, December 29, 2012

Jadwal Kereta Api Prameks Per 1 Juni 2014 (UPDATE TERBARU)

                                                                    foto punya Dinicakepkataibunya

Kereta Api (KA) Prambanan Ekspres tak pelak menjadi kereta favorit warga Jogja yang bekerja di Solo atau sebaliknya, juga para pelancong. Tetapi belakangan ini agak susah untuk mendapatkan jadwal yang pasti, mengingat jadwal selalu berubah. Apalagi kemudian muncul kereta baru yaitu KA Sriwedari selain juga ada KA Madiun Jaya. 
Saya pribadi juga kerap bingung jadwal yang pasti KA ini, seringnya go show, kalau tidak ada jadwal ya lari ke terminal bus.

Btw, mengingat jadwal sebelumnya yang saya posting di sini nggak berlaku lagi dan saya banyak dikomplain hahaha. Ini saya posting jadwal baru per 1 Juni sumber dari @AgendaSolo. Oya, posting ini saya update tanggal 04 Juni 2014, jadi info ini paling baru (kali ntar diubah lagi :) ). Cekidot yak. :



Oya, saya tidak bertanggung jawab ya kalau PT KA mengubah jadwal (seenak udelnya). Karena berdasarkan pengalaman, bahkan jadwal ada kadang keberangkatan ditiadakan (untuk alasan apapun). Atau seperti pengalaman teman saya, keberangkatan dibatalkan diganti dengan KA Lodaya.

Gutlak

Ariy

Rute Batik Solo Trans (BST)


            Pemerintah Kota Solo pada tahun 2010 menggelar soft launching  Batik Solo Trans (BST). Ini adalah sistem transportasi terpadu, berupa bus kota dengan pelayanan lebih baik demi kenyamanan dan keamanan para penumpang. Soft Launching telah dilakukan bulan September 2010. Untuk tahap awal, delapan unit BST dioperasikan. Hingga tulisan ini dibuat, sejumlah halte masih dalam pengerjaan, sementara sistem pembayaran masih dilakukan secara manual di dalam bus kepada kondektur, dan bukannya di halte.

Rute BST: 
  • Dari arah barat ke timur : Terminal Kartasura –  Kleco - Jl Slamet Riyadi – Jl Sudirman (Balaikota) – Jl Urip Sumohardjo- Jl Brigjend Sutarto – Jl Ir Sutami (Kampus UNS) – Palur Spot menarik dan utama yang dilalui adalah: Solo Square, Stasiun Purwosari, Solo Grand Mall, Museum Batik, Museum Radya Pustaka, Taman Sriwedari (Gedung Wayang Orang), city walk, Ngarsopuro (night market setiap akhir pecan), Pura Mangkunegaran, Pasar Antik Triwindu, Monumen Slamet Riyadi, pusat kuliner malam Galabo, Pusat Grosir Batik PGS, Beteng Trade Center, Keraton Kasunanan Surakarta, Pasar Klewer, Pasar Cenderamata, Mesjid Agung, Kampung Batik Kauman, Balaikota, Pasar Gede, Stasiun Jebres, Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ).
  • Dari arah timur kembali ke barat: Palur – Jl Ir Sutami - Jl Urip Sumoharjo-Jl Sudirman- Jl Mayor Sunaryo-  Jl Kapten Mulyadi – Jl Veteran – Jl Bhayangkara – Jl Dr Radjiman (Laweyan) – Perempatan Gendengan - Slamet Riyadi – Kleco - Terminal Kartasura-Bandara Adisoemarmo. Spot menarik yang dilalui: Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ),  Pasar Gede, Balaikota, pusat kuliner malam Galabo, Monumen Slamet Riyadi, Keraton Kasunanan Surakarta, Pasar Klewer, Pasar Cenderamata, Kampung Batik Kauman, Kampung Batik Laweyan, Solo Square.
  • Harga tiket: Rp 3.000 (untuk umum) dan Rp 1.500 (untuk pelajar).Untuk dari dan menuju Bandara Adisoemarmo harga tiket Rp 7.000.

Thursday, December 27, 2012

Bahaya Backpack dan Tips Menggunakannya

Hey, Journer...
Ini bukan sekadar cerita hasil copy paste cerita orang atau menuturkan kembali cerita orang. Ini benar-benar pengalaman saya pribadi, yang mungkin akan berguna bila saya bagi di sini, khususnya para traveler atau orang-orang yang aktivitas sehari-harinya menggunakan backpack.

Saya mau flashback dulu. Sekitar lima tahun lalu saat saya masih aktif menjadi jurnalis, saya mengalami cedera di bagian betis kanan. Waktu itu selama dua bulan saya ditugaskan di Kabupaten Klaten, yang secara geografis wilayahnya lumayan menguras tenaga untuk dijelajahi. Satu jam saya di Kemalang di bawah lereng Gunung Merapi, berikutnya saya harus menggeber sepeda motor menuju ke Cawas, naik ke bukit yang berbatasan dengan Gunung Kidul. Dan seterusnya dan seterusnya. Saya akui, saya kurang olahraga. Jam 08.00 WIB saya sudah menggeber motor berburu informasi, hingga sore bahkan malam. Sampai di rumah kakak saya (di mana saya menumpang selama tugas di sana) saya sudah capek dan berakhir dengan tampan di tempat tidur....ngorokss....:)

Berikutnya, kaki saya mulai sakit. Saat mau tidur, nyerinya ampun-ampunan. Kalau lagi parah-parahnya, jalan saja susah, jongkok sakit, duduk tidak kalah nyerinya. Aktivitas saya terganggu sekali. Tidak kuat, saya pun memeriksakan diri ke RS Orthopedi Prof Dr R Soeharso di Solo. Ini adalah rumah sakit orthopedi rujukan nasional dan bagus. Waktu itu saya ditangani oleh Prof dr Adi...lupa nama kompletnya, konon sekarang sudah pensiun. Saya datang masih dengan perangkat perang jurnalis, lengkap dengan backpack.

Sedikit periksa dan diminta melakukan gerakan tertentu, dokter Adi sudah bisa melihat apa yang terjadi dengan saya. "Jadi kamu selalu membawa backpack kan?" Saya mengangguk saja. Saya ceritakan saya menggunakan backpack nyaris seumur hidup saya. Sejak sekolah - kuliah - bekerja. Dan saya membawanya seperti saya membawa hati saya...hahahaha. Pusat cedera saya sebenarnya di punggung yang kemudian menjalar di paha, betis hingga kaki. Salah satu penyebabnya adalah beban tas punggung yang cukup berat dalam waktu yang cukup lama. Setelah pemeriksaan itu, saya harus melakukan foto rontgen. Berikutnya, dua bulan penuh saya selalu mendapatkan penyinaran dan fisioterapi. 
Jauh setelah itu, cedera saya sembuh. Aktivitas saya semakin menjadi-jadi, sudah lupa peringatan dokter. Saya selalu membawa backpack, bahkan yang segede bagong seperti yang saya bawa di China. Dalam kondisi tak banyak waktu, ngejar bus, ngejar ini itu, saya kadang tak sadar berlarian dengan punggung menopang backpack. Situasi-situasi yang kadang tidak saya sadari menimbulkan akumulasi, yang menyebabkan cedera saya kembali kambuh. Desember 2012, saya kembali masuk rumah sakit. Kali ini karena saya bekerja di Semarang, saya periksa ke RS Karyadi dan diperiksa oleh Prof dr Amin. Pemeriksaan yang dilakukan sama seperti yang pernah dilakukan dokter di RSO Prof Dr R Soeharso. Intinya sama, cedera saya salah satunya karena beban berat seperti tas punggung. Saya pun diberi obat, dan hingga saya tulis ini...cedera saya belum sembuh sempurna.

Saya pribadi sih mengambil kesimpulan, sebenarnya kalau kita rajin berolah raga dan melakukan angkat beban (termasuk backpack ) secara benar, setidaknya akan meminimalisasi terjadinya cedera. Hal sepele saja, saya sering mengangkat beban dengan tidak jongkok dulu, tetapi cuma membungkuk dan asal sambar. Belum lagi, saya sering menyangklong backpack gede di satu bahu, padahal yang benar gunakan dua bahu sehingga beban tidak terpusat di satu sisi.

Sakit yang saya alami sering diabaikan orang. Kalau mencret aja, orang langsung cari obat. Tapi cedera semacam ini, orang sering diem-dieman, tau-tau sudah parah. Apalagi bagi traveler, kadang kalau asyik traveling, lupa sakitnya. 

Khusus tentang membawa backpack segede bagong bagi para traveler, ini nih ada tips sederhana dari salah satu travelmates saya Ajie Hatadji, mengantisipasi cedera:

1. Hadapkan muka tas ke kaki.










2. Pegang badan backpack di dekat sambungan backpack.

3. Angkat sekaligus isi backpack.












4. Tahan backpack di punggung sebentar sambil pegang pangkal tali pundak.







 5. Tahan beban pakai tangan, backpack posisikan mantap di punggung.










 6. Viola! Backpack mantap siap di punggung, siap berpetualang.










Kalau saya pribadi, bila merasa berat, biasanya pada posisi nomor 3, jongkok dulu. Cara lain, biasanya backpack saya letakkan di atas kursi yang cukup tinggi, dan tinggal siap angkut. Tulisan ini hanya tips sederhana dan sharing pengalaman saja. Terkait dengan kesehatan, bagaimana memilih backpack yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, ada baiknya dikonsultasikan kepada ahlinya. 

Oya, saat cedera otot, nyeri (yang gak ketulungan sakitnya) sepertinya orang melihat kita baik-baik saja. Tetapi dari hasil ngobrol-ngobrol dengan dokter, ternyata ngeri juga kemungkinan-kemungkinan terburuknya. Apa itu? salah satunya kelumpuhan. Coba Anda googling saja situs-situs kesehatan. Apapun itu, sehat itu mahal harganya. Gara-gara nyeri kaki saya belum sembuh, saya batalkan backpacking ke Bali bareng temen. Lebih dari itu, sekarang ini kalau jalan jauh sedikit saja, kaki saya nyeri bukan kepalang. Kalau Anda suka traveling, Anda mau seperti itu?

Semoga yang sedikit ini bermanfaat,

Regards,

A
PS: Thanks to Ajie Hatadji atas foto dan kesediaannya jadi model. Sepertinya kamu punya peluang berkarir jadi model...huehehe.

Tuesday, December 25, 2012

Kisah Bedu, Bayi Beruang Madu yang Malang

Hey, Journer !
Menjelang libur panjang akhir tahun ini, sebenarnya ada teman yang mengajak saya untuk jalan ke Bali. Tapi karena kondisi kaki saya yang cedera, sehingga saya khawatir akan menyusahkan di perjalanan, saya batalkan rencana backpacking ke Bali. Ternyata, teman saya itu pun batal ke Bali dan memilih jalan ke Yogya dan Solo saja.
Dalam waktu bersamaan, saya mendapatkan undangan dari sahabat saya dari Swiss yang sedang berada di Yogya, yaitu Sven Huber. Dia sedang mengunjungi pacarnya yang juga teman saya, Erna. Singkatnya, Erna mengajak saya dan Sven untuk mengunjungi Wildlife Rescue Centre (WRC) Jogja. Yang berada di Dusun Paingan, Desa Sendangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo. Di sinilah teman Erna bekerja dan kami diundang untuk berkunjung. Soal Jogja Orang Utan Centre, yang merupakan kawasan penyelamatan, rehabilitasi dan kawasan suaka margasatwa ini akan saya ceritakan di tulisan lainnya nanti.

Hari itu, Minggu, 23 Desember 2012, saya bersama teman dari Jakarta yaitu Arie, kemudian Erna dan Sven, berangkat naik bus dari Terminal Pasar Gamping menuju ke lokasi. Kami turun di Pasar Sentolo. Di sana kami bertemu dengan empat orang teman lain yang datang dengan naik motor. Dari Pasar Sentolo menuju ke lokasi, jaraknya lumayan jauh yaitu sekitar 5 km, tapi jalannya lebar dan mulus.

Singkat cerita, kami sampai dan langsung bertemu dengan teman Erna, Mbak Nancy, yang juga menjadi guide kami. Di WRC kami menemukan beberapa jenis binatang yang berhasil diselamatkan dari upaya-upaya perdagangan ilegal satwa liar.

Kawasan WRC cukup luas dengan pengamanan arealnya cukup bagus. Ini semacam kawasan hutan mini dengan kondisi tanah naik turun. Beberapa kandang tampak berjajar. Di sini tidak hanya kawasan penyelamatan untuk orang utan saja, namun juga ada beberapa binatang lain, berbagai jenis kera, burung, hingga beruang. Beberapa di antara binatang-binatang ini bisa sampai di kawasan ini setelah berhasil diselamatkan dari aksi perdagangan ilegal.

Di satu bangunan, semacam laboratorium, salah satu ruangannya tampak sebuah kandang cukup besar dan berisi seekor beruang muda. Namanya Bedu, kepanjangan dari Beruang Madu. Ini adalah salah satu binatang yang berhasil diselamatkan dari aksi perdagangan ilegal. Saat kami datang, sikap Bedu tiba-tiba tidak santai. Mondar-mandir dengan cepat dan mata menyapu pandangan ke mana-mana. Lalu dalam beberapa detik kemudian dia duduk di pojok kandang sambil mengulum (maaf) kelaminnya sendiri. Bedu melakukan itu sambil mengeluarkan suara-suara bergetar semacam rengekan.

Bedu yang malang

Kami diberitahu, bahwa Bedu sedang stress berat. Sebenarnya lupa berapa umur Bedu, tetapi bayi beruang ini seharusnya masih dalam asuhan induknya dan biasanya di habitat aslinya lebih banyak bermain. Lalu dari mana sebenarnya Bedu berasal? Ini yang membuat miris mendengarnya.

Bedu diselamatkan dari upaya perdagangan hewan liar secara ilegal oleh Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jateng yang kemudian dititipkan ke WRC Jogja. Rencana penjualan Bedu dilakukan oleh seorang anak berusia 16 tahun !! Bocah itu menawarkan Bedu melalui Kaskus dan dibuka dengan banderol Rp 21 juta. Saya kelu mendengarnya. 

Upaya penjualan ini berhasil digagalkan. Saya sendiri lupa menanyakan di mana bocah itu mendapatkan Bedu. Tapi satu hal, bayi beruang ini telah dipisahkan dari induknya. Sedih mengetahui hal itu, bagaimana seorang bocah sudah mulai mengenal perdagangan hewan liar dan hukum tidak bisa bertindak apapun terhadapnya.

Saya jatuh hati kepada Bedu. Menurut saya, binatang ini memiliki hak sepenuhnya untuk hidup di habitat aslinya tanpa diganggu manusia. Dan sekarang di usianya yang masih muda, dia stress berat karena harus terpisah dari induknya dan tidak mampu hidup secara alami di habitat aslinya. Yang paling nyesek lagi adalah, pihak WRC tidak bisa memastikan kapan Bedu akan pulih dari stress yang dialaminya. 

Mungkin banyak yang tidak peduli tentang keberlangsungan hidup satwa liar. Saya banyak mendengar kalimat seperti "Ah ngapain ngurusin penyelamatan satwa liar. Ngurusin hidup sendiri saja ribet kok." Tetapi bagi saya, hidup seperti Bedu pantas untuk diselamatkan. Keberlangsungan hidup Bedu dan satwa-satwa liar lainnya akan menjaga keseimbangan ekosistem. Kepunahan satwa liar adalah satu satu indikator kehancuran bumi. Lebih dari itu, saya berpikir lebih dari sekadar alasan-alasan itu. Saya berpikir soal "hati". Saya tidak akan pernah punya hati untuk membiarkan hewan selucu Bedu tersiksa untuk kemudian mati sia-sia.

Lain kali akan saya ceritakan kisah Joko dan Ucok. Dua ekor orang utan yang juga mengalami nasib tak kalah sialnya dari Bedu. Manusia lagi-lagi menjadi pihak yang paling bertanggungjawab atas nasib sial mereka.
"The greatness of a nation and its moral progress can be judged
 by the way its animals are treated."
- Mahatma Gandhi -

Wednesday, November 28, 2012

Cara Dapat Duit dari Traveling

                                                      photo: www.thepassing.com
Traveling selalu identik dengan menghabiskan duit. Itu pikiran orang yang tak terelakkan. Demikian juga apa yang terlintas di benak saya di awal-awal, sebelum saya benar-benar banyak bergelut di dunia traveling.
Lalu, pada akhirnya, saat frekuensi traveling saya cukup tinggi, saya mulai berpikir bagaimana menghasilkan duit dari traveling?
Ternyata, hal itu bukanlah hal yang mustahil. Bayangkan, betapa nikmatnya kita traveling, berlibur, bersenang-senang...eh masih dapat duit. Seru kan? Satu hal yang pasti, duitnya duit asli, bukan duit gambar Bagong :). Nah, saya ingin berbagi nih, gimana caranya dapat duit dari traveling. Setidaknya ini berdasarkan pengalaman saya pribadi, yang semoga bisa ditiru :). 
1). Langkah awal yang harus kita lakukan dan paling penting menurut saya, adalah ubah "mindset". Pahami benar hal ini:

"Saya traveling bukan untuk menghabiskan duit, tapi untuk menghasilkan duit"

Ini penting menurut saya, karena dengan menancapkan mindset kita seperti itu, maka dalam traveling kita akan benar-benar bijak mengelola keuangan. Jadi kalau bisa tidur di dorm hostel, kenapa ambil hotel. Jadi kalau bisa tidur di bandara kenapa ambil dorm hostel. Jadi kalau bisa tidur numpang di tempat kenalan, kenapa harus tidur di bandara....huehehehe. Ini analoginya saja. Artinya, kita mulai berpikir hemat, supaya traveling kita tidak menghabiskan duit. 

2). Berpikirlah bagaimana caranya balik modal. Kalo budget traveling kita Rp 1 juta, setidaknya kita harus mengupayakan dari traveling itu akan ada hasil Rp 2 juta :).

Kata kuncinya adalah "pengalaman" dan "pengetahuan". Semakin kita sering traveling, semakin kita memiliki pengalaman dan pengetahuan. Tidak banyak orang yang memiliki ini. Nah, itulah hal-hal yang bisa kita jual. Dari dua poin itu, terus gimana implementasinya supaya gak terdengar seperti sebuah omong kosong? Sabar, yuk mari...saya mau berbagi:

a. Dari satu destinasi, kita bisa membuat tulisan untuk aneka media:
  • Bikin buku : banyak hunting, banyak googling, banyak jalan ke toko buku, banyak baca (gak harus beli bukunya), lalu tentukan gaya tulisan travelingmu. Mulailah menulis, mencari informasi bagaimana cara mengirimkan naskah ke penerbit. Yang tidak banyak orang tahu, banyak penerbit yang mencari naskah. Jadi kepentingan hadirnya sebuah buku itu bukan hanya satu sisi dari penulisnya saja. Yang tidak kita tahu, banyak editor yang kebingungan mencari naskah (yang bagus tentu saja). So, mulailah menulis. Duitnya lumayan lho, bisa buat jalan-jalan ke luar negeri, karena kita mendapatkan royalti standar 10% dari harga buku dikalikan jumlah yang terjual.
  • Bikin tulisan perjalanan buat majalah/koran/media lainnya: lagi-lagi kita harus pintar-pintar mencari informasi. Paling gampang, kita beli satu majalah wisata. Biasanya mereka menerima naskah dari luar. Nah, contoh aja model tulisan mereka, lalu tulis ceritamu sendiri. Duitnya lumayan lho. Saya pernah nulis sejam doang untuk satu majalah wisata terkenal dapat Rp 2,5 juta. Salah satu koran terkenal di Jakarta memberikan honor Rp 700.000 - Rp 1 jutaan untuk tulisan perjalanan. Untuk koran daerah, masih di kisaran Rp 300.000 - Rp 500.000 untuk satu tulisan. Dan....untuk membuat tulisan ini, saya nggak harus jalan-jalan lagi. Inget, satu kali jalan-jalan kita bisa bikin banyak sudut pandang berbeda untuk banyak tulisan. Satu dikirim ke majalah, satu dikirim ke koran, satu masukin blog dll...tapi inget, jangan sampai masing-masing tulisan yang dikirim ke berbagai media itu sama persis. Bisa-bisa Anda di-blacklist media karena dinilai mengirimkan tulisan double.
  • Ngeblog: ini salah satu sumber uang juga. Meskipun jalannya nggak secepet nomor satu dan dua. Saya ngeblog awalnya karena suka nulis. Lagian, banyak tulisan dari traveling saya yang tidak dimuat di media atau di bikin buku. Akhirnya saya konsisten nulis di blog. Oya, blog yang bagus menurut saya adalah blog yang ditulis dengan semangat "bukan untuk nyari uang" tetapi karena kita suka. Tenang saja, pada akhirnya, uang akan mengikuti kalau blog kita bagus. Blog yang bagus, menurut saya lagi, juga blog yang memiliki tema, berkarakter, dan berbeda. Sekarang ini banyak perusahaan-perusahaan yang mengeluarkan duit untuk promosi melalui blog. Kenapa? sifat personal yang terkandung dalam tulisan di blog membuat orang lebih percaya, daripada orang melihat iklan di koran atau TV misalnya. Alhasil, seperti saya, meskipun belum terlalu banyak, tetapi bisa dapat duit dari bikin tulisan di blog. Bisa jalan-jalan gratis ke luar negeri dari nulis di blog (dan dapat uang saku, dan tiket pp dibayari, dan dijamu kayak raja huehehehe). Satu postingan bisa dihargai mulai Rp 800.000-Rp 1,2 juta. Kalau yang jalan-jalan gratis, biasanya semua budget perjalanan kita di-cover, belum lagi hotel yang bagus, makanan enak, dan masih dapat uang saku.
  • Nah, duit lainnya datang dari mana? saya juga menjadi travelplanner. Apa itu? Travelplanner terjemahan bebasnya sih kayak orang yang meng-arrange traveling orang lain/grup. Tugasnya macam-macam, mulai menjadi tour leader, bikin itinerary-nya, booking-in tiket pesawat, dan lain sebagianya. Duitnya lumayan untuk kerja selama tiga hingga empat hari saja (biasanya saya bikin short trip). Dalam satu kali trip dengan perjalanan sekitar 4 hari, saya bisa mendapatkan duit antara Rp 1 juta-Rp 2 juta bersih, selain akomodasi kita sudah ter-cover. Tetapi jasa ini mengandung risiko nombok juga, misalnya terkait fluktuasi harga tiket pesawat. Saya pernah sudah deal dengan orang untuk harga tertentu, hanya dalam hitungan jam tiket pesawat naik dua kali lipat harganya :).
  • Beberapa teman yang saya kenal juga membuka jasa booking tiket pesawat. Ini karena memang booking  tiket pesawat itu gampang-gampang susah. Kalau kita biasa traveling secara independen, tentu tidak susah ya melakukan pekerjaan ini. Saya sendiri belum punya pengalaman membuka jasa ini dan kurang tertarik, tapi menurut saya...ini bisa Anda coba.
  • Saya punya banyak kenalan pemilik hotel kecil, guesthouse, homestay. Mereka sudah menawarkan kerja sama, misalnya saya bisa mendatangkan tamu, maka saya akan mendapat persen. Sejujurnya, saya belum pernah mempraktikkan hal ini. Tetapi, ini bisa Anda coba. Lumayan juga buat nambah-nambah uang saku. Biasanya pemilik guesthouse menawarkan 10% untuk satu tamu yang menginap.
  • Jualan merchandise traveling. Saya pernah sih jualan kaos. Habis terjual, tetapi memang saya kurang telaten jadi tidak terlalu fokus di sini. Bagi yang punya jiwa marketing, ini bisa dijalankan. 
Nah, itu beberapa pengalaman saya tentang bagaimana cara mendapatkan duit dari traveling. Kalau ada yang mau berbagi cara lainnya untuk mendapatkan duit dari traveling, silakan sundul yak :)

Regards,

A

Sunday, November 25, 2012

3 Hari untuk Selamanya (Genting Trip 3-Kelar)


Apa boleh buat, saya tidak bisa menghindar tidak menggunakan judul film punya Riri Riza itu untuk judul bagian ketiga Resorts World Genting Trip. Ya bagaimana dong, judul itu sangat mewakili trip saya kali ini...selain saya memang malas untuk mencari judul lain (ngeles hehe ).


Yeap, ini adalah hari ketiga saya di Resorts World Genting. Cita-cita saya cuma satu, itupun kalau boleh, saya ingin membawa kamar Hotel Maxims ke Solo. Boleh ya? Please? Lagian saya belum sempat berendam juga di bahttub¬-nya huehehe. Hari ini tidak banyak yang kami lakukan selain bersiap untuk cabut.

Seperti biasa, pukul 09.00 kami makan pagi bersama dan kali ini kami makan di Coffee Terrace. Mulai dari dim sum hingga western food ada di sini. Berbincang akrab dengan teman sebelum menyadari bahwa ini hari terakhir kami bersama. Usai dari sarapan, kami dibawa ke Resorts World Genting Rewards Gallery. Nah, di sini kita bisa membeli aneka souvenir yang berbau Resorts World Genting. 
Saya mendapatkan pasmina pesanan ibu tercinta dengan harga 19 RM. Kalau traveling, saya memang jarang beli-beli oleh-oleh, kecuali traveling ke luar negeri saya yang pertama kali. Tetapi karena ini adalah pesanan ibu tercinta ya saya harus penuhi. Kata teman, bisa saja beli pasmina di Tanah Abang dengan harga lebih murah dan kualitas tak kalah. Tapi tidak lucu kan saya tiba di rumah lalu menyapa ibu:

“Halo Ibu saya pulang dari Resorts World Genting Malaysia, ada oleh-oleh buat Ibu dari Tanah Abang”.

Pasti terdengar bego sekali. Intinya, hari itu saya hanya beli pasmina buat Ibu. Lalu sisanya mengantar teman-teman mencari oleh-oleh. Termasuk mengantar Arie, teman sekamar saya yang sejak hari pertama hingga hari ketiga sibuk ngubek-ubek BodyShop. Konon dia akan membuka cabang BodyShop di Ciwedeuy :P. Nggak ding, dia mencari sesuatu buat temannya, selain kulakan produk BodyShop buat dijual lagi...hehehe teteup.

Well, itu hari yang berat sejak kami harus berpisah dengan teman-teman baru dari Resorts World Genting, ada Christine Ong dan Viva Lina yang sejak hari pertama menjemput saya dan teman-teman bloggers, media serta dari IDBlog Network. Keramahan mereka, membuat kami terharu. Perpisahan hari itu, kami dilepas oleh Christine Ong di depan Maxims Hotel. Peluk cium dari teman-teman menandakan bahwa traveling selama tiga hari ini adalah traveling hebat yang akan kami ingat selamanya.






Bagaimana mungkin saya melupakan mereka? 

Dengan menggunakan Van, kami diantar ke LCCT. Sepanjang perjalanan menuju LCCT kami lebih banyak terdiam (atau tertidur?) yang pasti itu sejam terpendek yang pernah kami nikmati. Iya, saya mulai mellow saat menuliskan ini, karena sedih harus berpisah dengan teman-teman. Di LCCT, setelah check in, kami masih sibuk untuk mencari hal lain, oleh-oleh lagi !!
Mulailah kami mengobrak-abrik kawasan pertokoan di LCCT, dimulai dari Emporium. Cokelat grosir, gantungan kunci, minuman branded, dan lain sebagainya. Saya membeli sebuah kaos untuk seorang teman, serta beberapa makanan buat orang rumah. 
Setelah kelar belanja di LCCT, kami pun masuk ke ruang tunggu. Menikmati kebersamaan untuk terakhir kalinya di Malaysia. Kami terbang menggunakan Airasia sore itu, dan tiba di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta sekitar pukul 18.30. Di Bandara, lagi-lagi kami saling berpelukan, berharap ada next trip untuk kami lagi. Gratis disarankan. Huahahahah.



Genting Highlands Trip Part 2 Slideshow: Ariy’s trip to Tanah Tinggi Genting was created with TripAdvisor TripWow!

Bagian seriusnya adalah, akan ada reuni bareng lagi. Mungkin di Indonesia, tapi omong-omong kosongnya akan ke Thailand bareng...yuhuuuu. Bagi saya pribadi, saya menikmati kebersamaan bersama Arie, Brad, Rain, Rara, Riana, Gricia, Wiwit, dan tidak lupa terima kasih sebesar-besarnya buat Mas Lucky, serta Mbak Leila dan keluarga besar IDBlog Network. Tidak pernah lupa dengan kebaikan Christine dan Viva Lina, thanks for your hospitality! Benar-benar pengalaman tiga hari untuk selamanya. (Sampai jumpa di cerita lain yak

Friday, November 23, 2012

Winter di Tanah Tropis (ResortsWorldGenting part 2)

Morning Journer !

Hari yang cerah untuk jiwa yang sumringah. Pagi itu kabut (awan?) menyelimuti sebagian wilayah Resorts World Genting. Segaaarnya sampai ke hati. Sebenarnya agak malas untuk bangun, karena kamar hotel saya itu yang nyamaaaaan sekali. Tapi begitu melihat keluar dari jendela hotel, saya nggak sabar untuk jalan. Bukankah kita traveling bukan untuk pindah tidur? 
Pagi itu, pukul 09.00 saya bersama teman-teman sarapan dulu di The Bakery. Cafe ini berada di samping dari lobby Maxims Hotel. Saya sejak masih sekolah sudah biasa tidak sarapan, karena kalau sarapan justru perut sakit. Tapi demi melihat display kue-kue nan seksi di The Bakery, saya kalap juga. Saya memilih Turkey Sandwich segede lengan anak Balita, dan mango cake, dan masih nowel makanan teman di kanan dan kiri...nikmat. Minumnya, paling nikmat ada Colombian Black Coffee.
The Bakery
Mango Cake nan seksi...rasanya sayang mau gigit









too good to be true...The Bakery! slrpp
Kelar dari The Bakery, saya sudah siap dengan permainan di outdoor theme park. Tapi sebelumnya, kami foto-foto norak dulu di depan pintu masuk. Hari itu tidak terlalu banyak pengunjung, karena memang bukan weekend. Oya, untuk tiket one day unlimited ride pass :
  •  All Park yang mencakup Outdoor Theme Park, First World Indoor Theme Park, Rainforest Splash Pool dan Flying Coaster  harga tiketnya untuk remaja dan dewasa 66 RM, untuk anak-anak 45 RM.
  •  Outdoor Theme Park saja : dewasa/remaja 50 RM, untuk anak-anak 35 RM
  •  First World Indoor Theme Park saja: dewasa/remaja 30 RM, untuk anak-anak 28 RM.

Jump!!

Yang pertama saya coba adalah spinner, wuuuuuu...putarannya smooth meski awal-awal mau nyoba agak sangsi juga. Begitu turun malah pengen lagi. Tapi sayangnya, wahana lain sudah menunggu. Berikutnya adalah Corkscrew. Ini adalah pengalaman kedua saya naik rollercoaster, setelah sebelumnya saya pernah naik di TransStudio Bandung yang punya rollercoaster dengan efek mundur.

Spinner
Nah, Corkscrew ini juga bisa bikin copot jantung juga. Saya duduk di mana jantung saya sudah melayang kemana heueheheh. Rollercoaster ini memiliki efek putaran beberapa kali. Saran saya, boleh teriak sekencengnya, tapi jangan merem. Kenapa? Karena begitu kelar dan keluar dari arena, ada booth penjual foto saat kita bereaksi di Corkscrew, kalo merem fotonya gak seruu.

Kelar dari Corkscrew perut saya sudah seperti mau meloncat saja rasanya. Maka saya men-skip dulu Pirate Ship, yang sebenarnya tidak terlalu serem. Buktinya, yang naik adem-adem saja nggak teriak. Yang serem justru wahana berikutnya (dan saya skip lagi-duh memalukan), yaitu Flying Coaster. 
Sebenarnya saya tertarik juga mencoba, tapi gimana coba kalo saya muntah dan itu bakal kayak hujan menerpa orang-orang di bawah saya? Alasan. Iya J. Tapi serius, Anda harus coba, bergaya ala Superman terbang, kemudian meluncur dan ada efek putaran, dan diputar lagi di porosnya. Alhasil, habis pada naik ini, teman-teman saya sudah pucat semua, sementara saya tetap tampil ganteng dengan rambut masih rapi jali J.
Oya, di sini ada yang serem lainnya, kayak Space Shot, yang kayak Histeria di Dufan. Kita akan dibawa ke tempat tinggi kemudian dihempaskan ke bawah dengan kecepatan 67 km/jam. Yang kedua adalah Sungai Rejang Flume Ride, ber-roller coaster sambil berbasah-basah. Duh sebenarnya seru banget, tapi pas saya ke sana lagi ada maintenance. Jadi gak perlu cari alasan untuk men-skip keduanya karena sudah di-skip oleh pengelolanya. Huahahaha.
nampang dolooo



Sekitar pukul 12 siang, kami sudah digiring masuk ke Restaurant Happy Valley. Pesta seafood terbesar sepanjang sejarah. Whuahahaha. Saya yang biasanya cuma mengenal seafood di warung kaki lima Seafood Lamongan, kini harus berhadapan semua makanan laut yang segar dan muaaaahaaal. 
My first lobster (serius saya belum pernah makan lobster sebelumnya) adalah Australian Lobster Baked with Cheese and Butter....oughhhh....so good!. Pilihan lain saya yang rasanya kayak cumi adalah Japanese Snails “Kong Po” Style. Hari itu saya banyak pilihan, ada juga Snow Crab Baked with Superior Stock. 
Australian Lobster Baked with Cheese and Butter
Japanese Snails “Kong Po” Style

Nah, sudah kenyang kan? Mari kita main lagi, biar kalorinya terbakar. Habis menjadi raja sehari di Happy Valley Restaurant, saya dan teman-teman menuju ke Snow World. Ini adalah ruangan artifisial untuk menggambarkan suasana winter. Jadi nggak perlu yang namanya ke Eropa, nggak perlu yang namanya menunggu musim dingin tiba, salju ada di sini. Dibuka tahun 2003, ini adalah atraksi salju terbesar di Malaysia. Lokasi ini pernah ditutup November 2011, tapi dibuka lagi bulan September kemarin. Nah, berapa suhu di dalamnya? Adalah minus 6 derajat Celcius! 
Winter !!

Doh. Saya sudah mikir nih, karena terakhir kali ke China dalam kondisi musim dingin, yang waktu itu (hanya) 6 derajat Celcius hidung saya sudah mimisan. Ini malah minus. Tiket masuknya 25 RM untuk dewasa/remaja, sementara untuk anak-anak/orangtua 23 RM. Kita akan dipinjemi jaket musim dingin dan sarung tangan serta sepatu. Lalu masuklah ke dalam, bermain-main seluncuran salju, menikmati dingin paling menggigil. Oya, di setiap wahana semacam ini akan ada jasa foto. Bisa diambil, eh dibeli ding, setelah kita keluar. Di dalam setelah kita difoto maka kita akan diberi semacam kupon untuk menebus foto.

Kelar dari Snow World, kami memilih untuk mengunjungi Sky Venture. Well, saya pernah melihat atraksi ini sebelumnya di Singapura, yang namanya adalah “I Fly”. Ini semacam simulasi skydiving dengan kecepatan angin mencapai 192 km/jam.
I Fly

Tiket untuk bisa merasakan skydiving ini adalah 38 RM. Dengan dilengkapi pakaian khusus dan alat pengaman lainnya, kita akan masuk ke dalam tabung raksasa yang di bawahnya ada semacam blower yang meniupkan angin topan hahaha. Ada aturan teknis supaya kita bisa seimbang dan terbang dengan enak. Tapiiii...saya tetap saja gak bisa. Kebanting ke sana-kemari. Dua kali kesempatan, saya hanya bisa menikmati saat instrukturnya membawa saya berputar dari bawah ke atas ke bawah lagi...terbaaaaang. Itu pengalaman keren banget. Keluar dari sini saya dapat sertifikat. Padahal saya gagal lho kalau tanpa instruktur mendampingi.

Kelar dari Sky Venture, beberapa teman mengambil fasilitas spa terlebih dahulu, sementara sisanya (termasuk saya) akan menikmati spa dari M Spa tengah malam nanti. Nah, waktu luang ini saya gunakan untuk jalan-jalan, belanja, naik monorail (kalo ini mah nggak perlu di-skip). Setelah itu balik ke kamar hotel tersayang.

Malamnya, berkumpul pukul 19.15, kami kembali menjadi raja dengan menikmati jamuan makan malam di Ming Ren Restaurant. Di sini saya mengenal berbagai makanan yang asing, selain berbahan lamb, saya juga menikmati abalone. Apakah abalone itu? Nah itu dia, rasanya enak lho, agak kenyal tapi....enak. Saya tidak bisa mendeskripsikan mengingat saya bukan ahli soal makanan. Tapi seorang teman saya yang food blooger, membisikkan “Kamu harus coba, karena ini makanan mahal dan jarang ditemui,” hmm....baiklah, maka dengan lahap saya melahapnya. Saya terkesima dengan abalone ini dan makanan penutupnya yaitu Xinjiang Almond & Pistachio Ice Cream. Yaitu es krim rasa vanilla yang lembut dengan taburan almond yang....lezaaaat.

Kelar makan malam, kami menuju ke bagian lain Resort World Genting untuk menonton Freeze Show, perpaduan antara magic show, akrobat, dance, dan ice skating. Sebagian besar pemainnya adalah bule-bule, tapi khusus akrobat, seperti biasa pemain keturunan China jagoannya. Mereka masih muda-muda dan akrobatiknya serem juga. Keluar dari sini, kita bisa berfoto dengan beberapa pemain tapi ini nggak gratis ya.




Hari itu, saya telah ditasbihkan menjadi raja...menikmati hal-hal baru yang luar biasa dan belum pernah saya temukan sebelumnya. Itulah bagian dari traveling yang saya suka.
Keluar dari Freeze Show, saya yang belum kebagian spa akhirnya masuk ke spa yaitu M Spa. Saya mendapatkan fasilitas massage dan scrub. Saat disodori “menu” untuk scrub alias mau scrub pake apa? Saya bingung, dan balik nanya “Apa yang spesial?” dijawab, “Green Tea”. Saya mangut-mangut dan langsung bilang “Oke saya ambil Green Tea.” Huehehehe....keliatan begonya saya. Tapi kata spa terapis saya, Mbak Sumiati, yang ternyata asli Surabaya tapi sudah pernah menjadi spa terapis hingga ke Turki, bahwa “green tea” pilihan saya adalah yang paling kereen. Nah tuh, saya jago kan J.  Malam itu, saya tenggelam dalam sentuhan tangan Mbak Sumiati...(Bersambung lagi yak...)