Thursday, June 19, 2014

Turut Berduka Cita

Dear Journer,

Dulu saya pikir, mustahil bagi saya bisa naik pesawat. Membayangkannya saja tidak. Dengan kondisi perekonomian keluarga saya yang sangat kacrut, jangan ngayal bisa naik pesawat deh. Itu pikiran saya dulu. Dalam benak saya, yang naik pesawat itu tidak bisa hanya sekadar orang yang berada, tetapi harus kaya banget. Ya karena waktu itu saya selalu dicekoki dengan cerita bahwa tiket pesawat itu mahal biyaaaangeeet (dan memang sebenarnya seperti itu). Setelah 3 tahun lulus kuliah - sebenarnya saya kerja sejak semester 3 - baru deh kesampaian naik pesawat. Itu pun gratisan.

Maskapai penerbangan yang ada waktu itu antra lain adalah Garuda Indonesia (tentu saja), Merpati Nusantara Airlines, Bouraq Indonesia Airlines, Sempati Air, Batavia Air, Adam Air, Lion Air, dan lain sebagainya. Saya suka banget TVC-nya Garuda dan Sempati. Sampai kalau nonton TV kadang cuma nunggu iklannya.

Beruntung "keperjakaan" saya direnggut oleh Garuda Indonesia. Rute Solo-Jakarta pp karena tugas kantor. Waktu itu saya terbang dengan perasaaan senewen karena itu pertama kalinya saya terbang. So far, saya merasa inilah pesawat terbaik yang pernah saya naiki. Ini seperti Anda menjaga keperjakaan atau keperawanan untuk orang yang tepat. Dan saya beruntung, saya mendapatkan pengalaman pertama dengan Garuda Indonesia hahahaha. Sayangnya saya tidak sempat menikmati Sempati Air, Bouraq, dan Adam Air karena keburu bangkrut.

                                                              foto: en.wikipedia.org




                                                foto: flyawaysimulation.com

  

Setelah saya bekerja dan memiliki uang sendiri, satu persatu saya bisa mencoba naik pesawat dengan biaya sendiri. Sayangnya, satu persatu pula maskapai penerbangan bertumbangan, tidak mampu bertahan. Apalagi saat krisis moneter tahun 1998 menerpa. Setelah naik Garuda Indonesia untuk pertama kalinya, kesempatan kedua saya adalah naik Wings Air. Sepertinya masih beroperasi sampai sekarang. Tetapi pengalaman naik Wings Air rute Denpasar - Yogyakarta waktu itu saya anggap sebagai pengalaman tidak oke. Pesawatnya "ribut", tempat duduknya juga "ribut", tidak lega. Paling kaget adalah pramugarinya pakai t-shirt putih dan celana jeans pendek. T-shirtnya bagian ujung ditali simpul, mungkin biar kelihatan keren, meskipun menurut saya biasa aja. Penumpang diberi air mineral gelasan, dan mereka mengedarkan keranjang kecil berisi permen yang membuat saya teringat suasana melayat di rumah kerabat yang biasanya juga dibagi permen. Sampai di atas Bandara Adisucipto Yogyakarta, pesawat berputar-putar agak lama. Mungkin menunggu antrean untuk landing, tetapi tetap bikin saya senewen. Itu pertama dan terakhir kalinya saya naik pesawat Wings Air.

Next, saya beberapa kali naik Batavia Air, Lion Air, dan Mandala Airlines. Ketiganya ini kalau dirangking berdasarkan selera saya adalah: Mandala - Batavia - baru Lion Air. Tapi terakhir kali saya naik Lion bulan lalu, ternyata pesawatnya udah bagus, baru kayaknya. Tentang Mandala Airlines kenapa saya suka, karena menurut perasaan saya kok lebih lega ya jarak antara kursinya. Jok kursinya juga enak, pesawatnya bersih, take off maupun landing-nya selalu oke dan smooth. Ini pengalaman saya lho ya, mungkin Anda punya pengalama beda. Batavia ? Menurut saya standar, kabin kayak Lion yang lama sih. Cuma kenapa saya nggak suka Batavia atau Lion? karena saya beberapa kali punya pengalaman landing mereka terlalu keras. Saya rewel ya? Iya ;).

Saya bersyukur sekali saat Mandala Airlines jual tiket promo untuk menyaingi AirAsia. Saya sempat menikmati Mandala Airlines tiket Rp 90.000 Jakarta - Singapura. Dan dalam hal kenyamanan, maaf ya...saya lebih menikmati Mandala Airlines daripada AirAsia (meskipun saya kenyataannya harus sering naik AA karena tiket sering lebih murah). Saat Batavia hilang, praktis pilihan saya tak banyak karena persoalan budget yang terbatas. Pernah pakai Sriwijaya Air, Lion juga sering, AirAsia lebih sering. Mandala Airlines adalah oase di tengah gurun pasir. Tetapi oase ini pun akhirnya tak bertahan lama dan melebur dengan Tiger Airways menjadi TigerMandala. Sebenarnya ini menggembirakan, karena saya dua kali naik Tiger Airways selalu merasa puas. Pesawatnya bagus, pramugarinya ramah, dapat minum dan kacang hehehe. Dan saya ternyata juga harus menerima kenyataan tidak sempat menikmati TigerAirways yang melebur dengan Mandala Airlines, karena per tanggal 1 Juli nanti mereka akan berhenti beroperasi. Duh, semakin sedikit kan opsi penerbangan murah....turut berduka cita deh. Kalimat "turut berduka cita" ini sebenarnya ditujukan ke diri sendiri sih sebagai traveler on budget. Kita nyaris nggak ada pilihan lagi untuk mendapatkan tiket pesawat murah. Sedih.

Sekarang harapan saya ada di AirAsia kalau ingin terbang dengan harga murah. Pernah sih dapat promo bagus dari Citilink, tetapi kemudian saya hanguskan karena ada kerjaan mendadak. Harapan saya sih, akan hadir maskapai penerbangan baru yang menggarap pasar traveler kere macam saya. Lebih berharap lagi, kalau mereka hadir dengan pelayanan yang menghargai kita sebagai traveler kere yang sudah bayar tiket dan berhak pelayanan prima hahahaha....maruk! Eh tapi bener lho, saya pernah kok dapat tiket murah dari maskapai Sichuan Airlines rute Kunming - Chengdu. Pesawatnya bagus, lega, kursinya empuk, terus snack-nya enak dikemas dalam dus kecil yang cantik (ini yang saya sebut menghargai), dan gongnya adalah pramugari-pramugarinya pakai cheong sam alias baju khas China tapi ujungnya yang biasanya panjang semata kaki, diubah jadi di atas lutut. Cuantiiik.

                                                                                                foto: sgcgo.com

Lebih dari itu, soal kenyamanan memang penting. Tetapi lebih penting lagi adalah soal keselamatan. Jadi mari kita berdoa bersama, semoga ada penerbangan yang aman - nyaman - murah bagi traveler kere macam saya. Saya berharap, tidak ada lagi orang nyeletuk "Murah kok minta selamat!" 

salam,

Ariy
 

Tuesday, June 10, 2014

The Ho[S]tel 2 - Buku Baru

Dear Journer...

Pfffhhh....setelah sekian lama penantian, akhirnya...akhirnya...The Ho[S]tel 2 kelar juga dan sudah beredar di toko-toko buku pada bulan Juni ini. Saya lupa kapan tepatnya pengerjaan buku ini, tetapi bulan September 2013 lalu, proses pencarian kontributor yang akan nulis bareng saya sudah dilakukan. Dulu, target Desember 2013 naskah kelar, sehingga Februari 2014 diharapkan sudah meluncur ke toko buku. Tetapi seperti biasa, man plans God laughs...ya gitu deh, mundur lagi karena ada sejumlah revisi. Belum lagi soal cover yang memang membutuhkan banyak revisi sebelum akhirnya disetujui.


Kata editor, konsep cover-nya memang alot banget diputuskannya. Saya sempet beberapa kali dikirimi draf-draf cover. Salah satu pertimbangannya adalah, waktu The Ho[S]tel yang pertama kan pakai konsep komik/kartun tuh, nah...ternyata banyak anak kecil yang beli. Padahal ini kan bukan buku anak kecil, meskipun muatan saru dan SARA-nya juga gak ada, tetapi secara bahasa dan temanya tentu nggak pas. Saya sempet lho nemuin sendiri pembeli yang masih usia SD. Mereka juga datang ke talkshow. Bahkan salah satunya, saya dapat email dari seorang ibu-ibu yang anaknya yang masih SD ngotot minta dibeliin buku The Ho[S]tel yang pertama.

Jadi, memutuskan membuat sebuah cover buku itu banyak aspek yang dipertimbangkan lho. Bahkan, kalau memang belum menemukan yang pas, bukan tidak mungkin rencana terbitnya dimundurkan, nggak dipaksakan.  Nah, konsep The Ho[S]tel 2 ini seru, karena pakai cover jaket. Jadi dari depan kita seperti melihat ke lubang kunci ada kuntilanak. Tapi kalau dibuka, ada cover dalam yang bikin kecele :).

Bagaimana dengan isi The Ho[S]tel 2? Konsepnya sebenarnya tidak jauh beda dengan yang pertama yaitu cerita tentang pengalaman seru tinggal di hostel atau hotel. Bedanya, ceritanya lebih variatif, karena banyak penulisnya. Selain saya, ada sekitar 17 penulis lainnya yang ikut ambil bagian dengan masing-masing cerita serunya. Yang cukup mendominasi adalah cerita seremnya, itulah kenapa konsep covernya pun serem.  Para kontributor ini adalah mereka yang dulu ikutan kompetisi nulis perjalanan bareng saya. Dari 187 naskah, akhirnya terpilih naskah-naskah yang akhirnya masuk ke dalam buku ini. Kalau di The Ho[S]tel pertama saya nulis bareng Sony aja udah seru (sok yakin), bagaimana dengan The Ho[S]tel 2? wah tentu lebih seru karena menampilkan pengalaman banyak penulis. Makanya buruan dicari di toko buku huehehehe. Oya, yang belum sempat baca The Ho[S]tel yang pertama, cari juga yak buat pemanasan. Masih ada kok di toko buku. Ini nih cover-nya:



Selamat berburu di toko buku yak :)

Ariy

Saturday, June 7, 2014

Sensasi Terbang di Sky Adventure Genting Highlands

Dear Journer,

Saya mungkin satu dari sekian banyak orang yang takut ketinggian tapi pengen terbang. Padahal terbang kan selalu identik dengan ketinggian. Jadi bingung kan? Kalau mau sky diving pun juga bakal terkencing-kencing terjun dari pesawatnya sebelum terbang. Jadi sepertinya memang tidak ada harapan :)

Tapi keinginan untuk bisa terbang itu terlaksana juga saat saya mengunjungi Resort World Genting Highlands Malaysia. Ada wahana yang namanya Sky Venture, semacam indoor sky diving, di mana kita akan terbang di dalam tabung yang bagian bawahnya terdapat semacam angin bertekanan tinggi mencapai 193 km / jam. Bayangkan Anda terbang seperti burung, tanpa sayap, mungkinkah? sangat mungkin. Sky Venture mewujudkannya. Tidak perlu terjun dari pesawat, tidak perlu parasut. Serius? Ho'oh. Semacam ini:

                                      foto: www.rwgenting.com






                                                                                 foto: www.rwgenting.com  
Sumpah, saya masuk ke wahana ini antara takut dan excited.  Saat pertama masuk dan antre, mereka akan menimbang berat badan kita. Ada berat tertentu yang memang tidak disarankan. Selain itu, kita ditanya apakah memiliki penyakit tertentu atau cedera tertentu? Karena yang akan kita lakukan benar-benar serius ada risiko cedera. Pun kalau kita sudah menyatakan tidak ada masalah, mereka tetap meminta kita menandatangani surat pernyataan bahwa kita sudah paham dengan risiko yang akan dihadapi. Seperti menandatangani surat warisan :).

Setelah itu, kita digiring ke ruang kostum, di mana kita akan memakai kostum khusus yaitu wearpack. Ada banyak ukuran dan pilihan warna. Lalu menggunakan semacam karet kecil penyumpal telinga, kacamata khusus, serta helm pengamanan. Setelah itu, ada instruktur yang akan memberikan kita instruksi gerakan, supaya kita bisa terbang dengan baik, ngga jatuh, atau mental sana sini. Kelihatannya sih mudah, batin saya.

sok yakin bakal bisa terbang :)


rombongan saya siap terbang

Berikutnya antre disembelih...eh maksud saya dimasukkan ke dalam tabung besar dengan tekanan angin tinggi itu. Suaranya menderu kencang kayak pesawat. Sekelilingnya dilapisi kaca. Lantainya semacam raket nyamuk...tau kan? Jadi kayak kerawang-kerawang dari besi pipih yang di bawahnya menyembur angin bertekanan tinggi yang akan mengangkat kita ke atas. Ada dua pintu terbuka, yaitu pintu masuk dan pintu keluar. Cara masuknya adalah dengan sedikit agak melemparkan diri kita ke dalam dalam posisi berdiri. Tenang, sudah ada instruktur yang ready di dalam.

                                                foto: www.rwgenting.com

Tetapi instruktur itu hanya membantu sebentar untuk menyeimbangkan kita. Setelah dianggap siap, dia akan melepas dan keluar dari tabung...waaaaaa. Ada teman saya yang berhasil terbang, ada yang kadang berhasil kadang gagal, dan yang terakhir ada yang gagal...alias mental sono, mental sini. Saya yang mana? Saya yang ketiga hahaha. Nggak tau deh, saya merasa susah sekali menyeimbangkan badan saya. Kali karena badan saya gede dan berat ya. Alhasil mental kanan mental kiri, kadang nabrak dinding kaca juga. Inilah kenapa wahana ini berbahaya dan kita perlu peralatan pengaman khusus.

Tapi jangan khawatir, karena kalau emang sudah bener-bener kacau, instruktur akan masuk dan membantu kita. Menggapai tangan kita dan menyeimbangkan lagi. Kalau masih gagal juga akan dijorokin ke pintu keluar (iya, emang cara keluarnya kayak dijorokin gitu), lalu akan diberi kesempatan kedua. Kalau gagal juga, jangan khawatir, Anda tetap bisa merasakan pengalaman terbang secara tandem dengan instruktur. Sang instruktur akan memegang salah satu tangan kita, lalu dia akan menyeimbangkan, dan menarik kita terbang bersama dia dengan gaya berputar dan sedikit demi sedikit naik ke atas, turun lagi ke bawah, ke atas, begitu seterusnya. Kita benar-benar terbang bergandengan tangan dengan sang instruktur. Walaupun hanya satu tangan yang dipegang, tetapi sang instruktur tetap jago menyeimbangkan kok, sehingga kita bisa terbang berputar dan naik secara stabil. Beuuuuh.....enakkkk euyyy!!

Sebenarnya pengen nyoba lebih lama (serius? heheh), tapi antreannya panjaaaaang. Nah, kalau Anda pengen mencoba, Anda bisa datang di Resort World Genting, terus menuju lokasi Level T2A, First World Plaza (deket Pizza Hut).

Ini jadwal operasionalnya. Oya, kalau pas cuaca nggak bagus, berangin atau hujan deras, biasanya mereka tidak beroperasi, meskipun lokasinya indoor.

Monday & Sunday
10.00am – 10.00pm
Tuesday - Friday
12.00noon – 10.00pm
Saturday / Eve of Public Holidays
10.00am – 11.00pm
School Holidays / Public Holidays
10.00am – 10.00pm
*Closed for maintenance (daily)
6.45pm – 8.15pm (1hr 30 min)

Harga tiketnya saat artikel ini ditulis:
Tipe : Normal = 50 RM per orang 

Mereka juga punya program namanya Sky Venture Training Programmes:
  • Beginner : 6 menit terbang, briefing & video debriefing oleh instruktur. Style terbangnya adalah Belly Flying & stable. Harga normal 200 RM, tetapi saat artikel ini ditulis mereka lagi ada promo 120 RM.
  • Intermediate: 10 menit terbang, briefing & video debriefing oleh instruktur, dengan style terbang yaitu ke kanan dan ke kiri, gerakan maju dan mundur. Dibanderol dengan harga 400 RM, tetapi saat artikel ini saya tulis lagi ada promo jadi 200 RM.
  • Advance: 15 menit terbang, briefing & video debriefing oleh instruktur, dengan style terbang berputar 180 dan 360 derajat, serta free flying. Harga normalnya 600 RM, tetapi harga promonya 300 RM.
Setelah selesai terbang, setiap peserta akan mendapatkan sertifikat dengan nama tercantum di sertifikat tersebut. Lumayan atuh, bisa melengkapi CV dan nilai plus buat melamar kerja hihihi. Intinya sih, pengalaman di Sky Adventure ini top banget dah. Anda harus mencoba kalau berkunjung ke Resort World Genting Highlands, Malaysia. Di Singapura juga ada sih, saya lihat di Resort World Sentosa di Sentosa Island. Kalau di Singapura namanya "I Fly". Nah, saya sudah terbang, giliran Anda kapan?

Selamat mencoba :)

Ariy

Hotel Cristalit Yogyakarta ( Review )

Dear Journer,

Ngomongin hotel di Jogja atau Yogyakarta emang kagak ada matinya ya. Saya sudah lupa berapa banyak hotel di Jogja yang sudah saya tiduri, karena dulu emang pernah bikin guide book Yogya dan Solo. Salah satunya yang sempat saya tiduri adalah Hotel Cristalit.

                                                          foto: www.agoda.com
Hotel Cristalit berada di kawasan backpacker, yaitu Prawirotaman, tepatnya di Jl. Prawirotaman 2 MG III/633, Prawirotaman, Yogyakarta. Hotel-hotel dengan harga terjangkau terkonsentrasi di kawasan ini. Mulai dari hotel model kuno, guesthouse baru dengan design unik, hingga rumah penduduk yang kamarnya disewakan pun ada. Kawasan ini berada di selatan Jogja, yang lumayan jauh sih dari Malioboro. Tapi percaya atau tidak, saya pernah lho jalan kaki dari kawasan ini ke Malioboro. Jadi apakah itu bisa disebut walking distance ? hahahaha. Tapi tenang, dengan jalan kaki bentar, kita bisa naik bus langsung ke Malioboro. Ntar tanya petugas hotel pasti tahu.

Hotel Cristalit penampakan dari luarnya macam rumah penduduk biasa. Tapi di bagian dalamnya sudah dimodifikasi dengan penambahan kamar. Meskipun dari luar kelihatan kecil, tetapi hotel ini punya fasilitas kolam renang. Hotel mini dua lantai ini rate-nya cukup ramah, sekitar Rp 200.000-an pas saya menginap di sana. Saat tulisan ini saya buat pun saya cek di agoda juga masih di kisaran harga itu untuk weekend untuk standard room-nya.
Bangunan hotel ini relatif lama ya, termasuk model mebelnya. Tetapi tidak seburuk itu juga, karena saya juga termasuk yang tidak suka hotel model lawas, tetapi cukup nyaman tinggal di sini. Fasilitas yang diberikan adalah AC, TV tabung, kamar mandi sudah pakai closet duduk, shower, ada juga yang pakai bathup.



                                               foto-foto: www.agoda.com
 
Kamarnya tidak terlalu luas, juga kamar mandinya relatif sempit. Tetapi bagi saya so far tidak masalah. Saya cuma tidak cocok dengan fasilitas handuknya yang menurut saya sudah tidak layak lagi, kumelnya saingan dengan wajah saya hohoho. Hotel ini juga memiliki fasilitas wifi gratis, tetapi saya tidak memanfaatkannya.

Resepsionis juga berjaga 24 jam. Eh maksudnya setelah jam kerja ada bapak-bapak yang siap membukakan pintu atau berjaga kalau kebetulan tamu pulang malam. Selain itu, untuk fasilitas sarapan, not bad...nasi goreng + teh hangat + dengan buah pisang. Dalam standar saya, hotel ini cukup, tidak bagus tidak jelek. Lebih konkretnya, dengan harga Rp 200.000-an, saya mungkin akan memilih hotel ini bila tidak menemukan hotel lain seharga itu yang lebih baik, karena memang cari hotel di Jogja nggak mudah juga kalau pas weekend atau liburan. Fully booked semua. 

semoga berguna,

Ariy

Thursday, June 5, 2014

Fave Hotel Adi Sucipto Solo ( Review )

Dear Journer,

Sebenarnya saya jarang atau bahkan nyaris nggak pernah me-review hotel jaringan meski saya menginap beberapa kali di hotel semacam itu. Pertimbangannya sih sederhana aja, saya masuk kategori traveler kere yang selalu traveling on budget, jadi saya pikir yang mampir ke blog saya pun orang-orang yang memiliki tipe sama. Kalau sudah gitu, biasanya tempat tidur kondisi apapun hajar aja. Sementara kalau standar hotel jaringan biasanya emang sudah bagus ya, jadi asumsi saya, standar hotel macam gini pasti nggak masalah bagi traveler macam saya.

foto: www.favehotels.com
Tetapi, saya berubah pikiran. Ini karena saya lihat sekarang ini banyak hotel jaringan yang ramah di kantong juga. Beberapa yang pernah saya coba ini semoga juga bisa jadi gambaran buat yang cari hotel bagus tapi ramah di kantong.

Fave Hotel adalah salah satu jaringan hotel yang mewakili soal standar kamar nyaman (dalam ukuran saya) dan harga ramah di kantong. Di Solo, Fave ada dua, yaitu di Jl Adisucipto, Jajar (dekat Stadion Manahan) dan di kawasan Solo Baru (kawasan Satelit Kota Solo). 

Nah, saya akan cerita soal Fave Hotel Adisucipto. Oya, ini bukan posting berbayar, jadi saya akan cerita apa adanya (emang kalau berbayar bohong ya? Hahaha...kagak. Cuma kadang kena edit klien LoL). 

Saya ambil kamar di Fave ini melalui booking online di situs resmi mereka, dan bukan di agen booking semacam agoda dan sebangsanya. Tarif kamarnya sekitar Rp 228.000 ( nggak jamin kalo naik ya, selain juga tergantung kapan Anda bookingnya). Keuntungan booking online di situs resminya itu adalah mereka sering kasih promo, seperti misalnya diskon 10% bila memasukkan kode promo "Bookdirect" di kolom yang disarankan. 

Saya ambil kamar standar, dengan proses yang sangat cepat. Bayarnya pas kita check in. Permintaan khusus saya, yaitu kamar di lantai  atas dipenuhi dengan baik. Dan beginilah tampilan kamar standarnya:

foto:   www.favehotels.com
Fasilitasnya cukup bagus, dengan tempat tidur empuk bersih, AC kenceng, TV LCD 26 inch dengan 50 lebih channel lokal maupun internasional, en-suit bathroom dengan standing shower, ada safe deposit box, dan tentu nggak ketinggalan adalah wifi-nya yang kenceng. Dinding kamar belakang bed didekorasi gambar-gambar wayang atau tema lain yang identik dengan Solo, misalnya batik.

Soal kamar yang standar fasilitasnya seperti di atas, tentu nggak masalah banget bagi saya yang biasa tidur ngemper di stasiun, terminal atau airport. Jadi saya nggak ada catatan khusus. Yang paling saya suka kalo nginep di hotel macam gini adalah sarapannya....bhuahahaha. Biasa di angkringan yang ambil bayar, sekarang di hotel dengan model prasmanan dengan makanan yang super melimpah boleh nambah, jadi biasanya kalap :)

foto: www.favehotels.com 





Dengan tarif kamar yang Rp 200.000-an, menurut saya worth it lah untuk memilih tinggal di hotel jaringan semacam Fave. Apalagi kalau berdua (bisa juga lebih), bisa patungan kan? Karena saya lihat sekarang ini, kamar-kamar hotel yang biasa dan dikelola perorangan juga sudah pasang harga tinggi, jadi mending di hotel jaringan sekalian. Bagi traveler kantong cekak macam saya, memang musti pintar-pintar hunting untuk mendapatkan kamar yang fasilitasnya maksimal, tapi bayarannya minimal.

selamat nginep yak :)

Ariy

Wednesday, June 4, 2014

Venice Guesthouse Bandung (Review)

Dear Journer,

Ada rencana traveling on budget  ke Bandung? Bingung soal penginapan? Kali ini saya akan berbagai pengalaman menginap di Venice Guesthouse, Bandung. Kali aja Anda cocok dan pengen nginep juga.  Seperti biasa, saya perlu sampaikan dulu, kalau review ini tidak berbayar alias bener-bener pengalaman saya. Jadi kalau bagus diomongin bagus, kalau jelek ya maap yee...musti diomongin juga.

Pas ada acara di Bandung April lalu, saya sudah mengincar Venice Guesthouse ini, setelah melakukan hunting di beberapa agen booking hotel online. Pilihan saya jatuh kepada Venice Guesthouse. Ini karena kedatangan saya ke Bandung menggunakan kereta api, dan lokasi Venice Guesthouse nggak jauh dari Stasiun Kereta Api Bandung.
Kedua, tentu soal harga yang menurut saya relatif ramah. Saya lihat, gambar kamarnya juga bagus. Alhasil, saya sudah ancang-ancang bakal booking penginapan ini. Tapi nggak disangka, di last minute, ternyata sudah di-bookingin sama panitia yang mengundang saya mengisi acara di Bandung, setelah mereka sebelumnya nanya saya pengennya tinggal di mana.



Saya tiba selepas maghrib, menuju ke Venice Guesthouse yang berada di Jl Kebon Sirih No 6, Bandung. Lokasinya kalau nggak salah nggak jauh dari rumah dinas Gubernur Jabar. Posisinya berada di pojokan, kecil, tapi menarik. Beberapa pedagang di warung sekitar bahkan ada yang belum tahu kalau bangunan itu adalah guesthouse. Yang mereka tahu, Venice Guesthouse dulunya adalah restaurant.

Masuk ke dalam lobby-nya, saya melihat pemandangan keren, bersih, ditata dengan konsep yang dominan kayu yang membuat kesan hangat saat memasukinya. Ada semacam bar yang berfungsi untuk melayani tamu hotel maupun melayani tamu yang makan di sana. Penataan interiornya cantik. Staf melayani cukup ramah dan cepat. Mereka tidak mengenakan seragam khusus, jadi saya berasumsi ini semacam penginapan yang dijalankan oleh keluarga.

Saya sudah di-bookingkan kamar double bed di lantai bawah. Secara keseluruhan, bangunan guesthouse ini tidak besar, bahkan tidak memiliki halaman. Hanya ruang sisa di depan guesthouse yang menyatu dengan trotoar dan digunakan untuk parkir motor. 

Untuk fasilitas kamar, konsepnya minimalis, dengan pilihan private bathroom maupun sharing bathroom. Saya menempati kamar dengan kamar mandi dalam, dengan fasilitas AC, TV LED, meja kecil, dan kamar mandi modern dengan wastafel kecil di samping bed, serta air panas.


Kalo bagi saya sendiri, cukuplah. Tetapi kalau diisi dua orang atau lebih memang akan terkesan sesak. Kamar saya juga tidak ada jendela. Kalau dibandingkan harga, untuk double bed dengan kamar mandi dalam yang sekitar Rp 200.000-an, saya pikir reasonable. Untuk single bed dengan kamar mandi berbagi, harga mereka di kisaran Rp 125.000 - Rp 150.000.

Wifi saat saya di sana, tidak bagus. Akhirnya saya menggunakan internet dari smartphone. Sarapannya standar nasi goreng, tetapi porsinya memang saaaaangaaat kecil. Teman saya cewek bahkan sempat kaget dan spontan berteriak "Kok cuma segitu??" dan saya telat membekap mulutnya karena nggak enak kedengeran yang punya hotel hihii. 
 
Secara umum, fasilitas lumayan sih. Selain soal wifi yang nggak oke, dan TV di hotel yang salurannya nggak jelas alias bruwet. Oya, sempet juga sih saya pesan kopi dan saya mau bawa ke kamar, dicegah oleh petugasnya. Kata dia, "Nggak boleh dibawa ke kamar Mas."

Saya heran, "Oh nggak boleh? Kenapa mas?" tanya saya.
Setelah bergumam nggak jelas, akhirnya dia menjawab "Ya boleh sih, cuma kalau kena sprei, akan dikenai charge tambahan," jawabnya. Yaelah. Saya mau ngopi sambil duduk manis kali. Bukan mau ngopi sambil guling-gulingan di tempat tidur hihihi. 

Apapun, saya boleh bilang guesthouse ini cukup nyaman dengan harga reasonable bagi Anda yang mau jalan-jalan ke Bandung.

Met nyoba yak,

Ariy
Keterangan: foto2 milik Venice Guesthouse. 

Tuesday, June 3, 2014

Zaen Syariah Hotel Solo (Review)

Dear Journer,

Buat Anda yang pengen jalan-jalan ke kota kelahiran saya tercinta, yaitu Solo, kali ini saya akan pilihkan salah satu hotel yang menurut saya bagus dan ramah di kantong. 

First of all, posting ini tidak berbayar, jadi saya pastikan saya menulis buka karena pesanan pemilik hotel hehehe.

Jadi weekend kemarin ada temen yang datang ke Solo. Rada bingung sih mau ambil hotel di mana, karena di Solo saat ini banyak sekali hotel baru yang tampilannya lucu dan bagus. Tetapi yang tampilan bagus emang biasanya rada mahal harga kamarnya. Setelah hunting di agoda, booking dot com, pegi-pegi dot com, wego, dan agen pesan hotel online lainnya, saya pun membandingkan harga, dan memutuskan booking melalui www.booking.com dan memilih Zaen Syariah Hotel untuk teman saya.

Saya memilih Zaen Syariah Hotel karena harganya memang murah dan saya lihat gambarnya kok bagus. Saya suka hotel minimalis dengan bangunan baru, dan ini terwakili oleh Zaen. Kebetulan untuk weekend, saya dapat Rp 175.000 per malam sudah termasuk tax. Saya booking melalui www.booking.com karena tidak perlu membayar saat booking. Jadi pembayaran dilakukan saat check-in. Ini cocok buat Anda yang tidak memiliki kartu kredit.

Sabtu siang, saya antar teman saya check-in. Sayangnya pas check-in saya tidak bawa print-out konfirmasi booking yang dikirim www.booking.com melalui email. Pikir saya, saya bisa menggunakan smartphone dan tinggal menunjukkan email saya. Sayangnya, internet lemot berat dan saya gagal refresh email sehingga tidak mampu menunjukkan email booking.

Resepsionis di awal tetap berkeras meminta saya menunjukkan bukti booking. Dan saya tertahan untuk check in karena terus berusaha mencari sambungan internet. Entah kenapa, wifi hotel juga gagal saya akses. Dalam kasus semacam ini, saya sering heran apakah tidak ada koordinasi antara pihak hotel dengan agen booking online? Jadi kalau ada kasus begini, sebenarnya sistem komputer mereka sudah mencatat, saya tinggal tunjukin KTP. Tinggal dicocokin. Saya positive thinking aja, mungkin mereka baru gabung di agen booking online.

Setelah beberapa saat, akhirnya resepsionis satunya mengambil alih dan langsung meminta KTP saya, saya bayar, dan langsung diberikan kunci kamar. Sebenarnya akan lebih asoooyy kalau dari tadi begini kan hehehehe.

Sekarang ke soal fasilitas: bangunan hotel ini saya suka banget. Baru, minimalis, bersih dengan dominasi cat hijau dan putih. Rapi banget dah. Apa yang tampak di foto adalah apa yang akan Anda temui di aslinya. 



Di bagian belakang resepsionis terdapat butik baju-baju batik. Naik ke lantai dua, nuansa putih hijau bersih juga masih saya temui. Begitu masuk ke dalam kamar, kami mendapatkan kamar yang minimalis, tidak terlalu luas tapi juga tidak terlalu sempit, bersih banget.



Menurut saya, ini kamar Rp 175.000 terbaik yang pernah saya dapatkan saat mencari hotel. Dalam hal kamar, hampir sama dengan Fave Hotel misalnya (cuma kamar mandinya emang lebih bagus Fave Hotel). Kamarnya bersih, AC kenceng, colokan listrik dua biji kanan kiri, TV LED, tersedia handuk bersih dua, air mineral dua botol, sendal hotel. Kamar mandinya bagus dan bersih. Shower-nya masih berfungsi normal dengan semprotan bagus. Ada air hangat juga. Hanya satu hal, entah kenapa sampai check-out saya gagal mendapatkan sinyal wifi :).

Intinya sih saya puas dengan hotel ini. Kebetulan saya tidak pesan sarapan karena pagi-pagi benar harus check-out mengantar teman mengejar kereta, jadi tidak bisa cerita soal sarapannya. Kalau soal lokasi, berada di tengah kota, walking distance ke Solo Grand Mall dan Jl Slamet Riyadi (jalan protokol). Dengan harga segitu, biasanya kita dapat hotel kuno kan? Nah, menurut saya Zaen Syariah Hotel bisa jadi pilihan lain, hotel baru, murah dan bersih.

Selamat mencoba,

Ariy

Keterangan: foto2 bukan milik penulis, sepenuhnya milik pihak hotel.