Mereka cantik-cantik dan tampan-tampan, dengan pakaian gemerlapan dominan warna kuning keemasan. Tapak-tapak kaki mereka seperti mengambang di atas air...berkecipak...membuat penonton tak mengalihkan pandangan...
Lokasi ini terletak di 44 Moo 5 Tambol Klong Sabua, Amphur Phranakorn Sri Ayutthaya, Ayutthaya 13000. Menuju ke sini, kita tinggal bilang ke pengemudi song taew untuk membawa kita ke Klong Sa Bua 155 Floating Market, letaknya berdekatan dengan King Naresuan The Great Monument serta berdekatan dengan Wat Sri Bho dan Wat Phra Mane.
Sepanjang perjalanan menuju lokasi ini, Anda akan menemukan banyak reruntuhan candi berwarna merah bata, di tengah taman yang tertata indah berpadu de ngan jalan dan rumah-rumah. Ayutthaya bagi saya menenangkan karena tidak terlalu penuh orang atau turis. Di Ayutthaya, ada banyak sekali temple. Namun, karena saya sudah terlalu banyak melihat temple di Chiang Mai maupun di Bangkok, saya men-skip kunjungan ke temple dari daftar saya. Saat direkomendasikan seorang teman untuk mengunjungi Klong Sa Bua Floating Market, saya pun bersemangat. Karena saya di iming-imingi akan melihat pertunjukan drama atau semacam sendratari yang dilakukan di atas air, serta festival makanan tradisional. Hmmm, sepertinya tempting, bukan? Nah, lokasi Klong Sa Bua Floating Market agak masuk ke dalam semacam perkampungan. Pertunjukan sendratari dan festival makanan hanya digelar setiap weekend, yaitu Sabtu dan Minggu, serta pada hari libur nasional mulai pukul 10.00–17.00.
Begitu memasuki kawasan Klong Sa Bua Floating Market & Water Theather, kita akan melihat satu area semacam area wisata pemancingan ikan di Indonesia. Dengan banyak rumah yang lantainya dari anyaman bambu, mengelilingi sebuah danau. Di sisi luar rumah-rumahan yang langsung berada di bibir danau ini, disediakan kursi dan meja pagi para pengunjung untuk makan dan menyaksikan drama di atas air. Sementara sisi lainnya, berderet penjual aneka jenis makanan tradisional. Saat saya tiba di sana, pertunjukan telah dimulai. Dan ini bukan seperti pertunjuk an asal-asalan karena pakaian yang mereka kenakan juga bagus, mereka berdandan dengan pakaian tradisional, dengan para pemain yang cantik-cantik dan tampan. Mereka seperti sudah profesional. Meskipun saya tidak me ngerti apa yang diucapkan para pemain dramanya, tetapi saya memahami ceritanya, tentang perebutan seorang gadis, lengkap dengan tokoh antagonis. Bagi pehobi fotografi , inilah spot yang pantang Anda lewatkan.
Hebatnya dari pertunjukan ini adalah setting-nya. Para pemain seperti berakting di atas air. Jadi mereka membuat semacam jalur dari bambu, yang berada di permukaan air. Para pemain tinggal berjalan di atas jembatan itu, tetapi bagi penonton, mereka layaknya sedang berjalan di atas permukaan air karena jembatan bambu itu tidak terlihat. Dalam beberapa adegan, mi salnya adegan pertarungan, para pemain juga terjun ke dalam danau, lalu ditingkahi tepuk tangan penonton. Saya sangat menikmati pertunjukan ini karena belum pernah melihat pertunjukan yang digelar dengan ide semacam ini.
Begitu memasuki kawasan Klong Sa Bua Floating Market & Water Theather, kita akan melihat satu area semacam area wisata pemancingan ikan di Indonesia. Dengan banyak rumah yang lantainya dari anyaman bambu, mengelilingi sebuah danau. Di sisi luar rumah-rumahan yang langsung berada di bibir danau ini, disediakan kursi dan meja pagi para pengunjung untuk makan dan menyaksikan drama di atas air. Sementara sisi lainnya, berderet penjual aneka jenis makanan tradisional. Saat saya tiba di sana, pertunjukan telah dimulai. Dan ini bukan seperti pertunjuk an asal-asalan karena pakaian yang mereka kenakan juga bagus, mereka berdandan dengan pakaian tradisional, dengan para pemain yang cantik-cantik dan tampan. Mereka seperti sudah profesional. Meskipun saya tidak me ngerti apa yang diucapkan para pemain dramanya, tetapi saya memahami ceritanya, tentang perebutan seorang gadis, lengkap dengan tokoh antagonis. Bagi pehobi fotografi , inilah spot yang pantang Anda lewatkan.
Hebatnya dari pertunjukan ini adalah setting-nya. Para pemain seperti berakting di atas air. Jadi mereka membuat semacam jalur dari bambu, yang berada di permukaan air. Para pemain tinggal berjalan di atas jembatan itu, tetapi bagi penonton, mereka layaknya sedang berjalan di atas permukaan air karena jembatan bambu itu tidak terlihat. Dalam beberapa adegan, mi salnya adegan pertarungan, para pemain juga terjun ke dalam danau, lalu ditingkahi tepuk tangan penonton. Saya sangat menikmati pertunjukan ini karena belum pernah melihat pertunjukan yang digelar dengan ide semacam ini.
Makan Bunga
Selain melihat pertunjukan, pengunjung juga bisa menikmati berbagai macam makanan tradisional. Tentu saja dengan membeli. Tetapi, tidak langsung menggunakan uang cash. Kita harus menukar uang cash dengan kupon dalam jumlah terserah kita. Kupon ini memiliki pecahan terkecil ฿5 (Rp1.400,00). Nah, kupon inilah yang digunakan untuk transaksi. Transaksi macam ini ba nyak dilakukan di sejumlah spot kuliner di Thailand, termasuk food court di mal. Tenang saja, kupon ini refundable. Jadi kalau sisa, kita bisa menguangkannya kembali.
Makanan apa yang ada di sini? Waaah ..., komplet ... plet. Dari yang mulai ayam panggang gede-gede, sosis panggang, padthai, aneka salad buah, hingga beverages misalnya es longan (kelengkeng), es krim kelapa muda, sampai makanan berupa bunga-bunga yang digoreng tepung dengan cocolan saus sambal. Banyak makanan eksotis di sini yang dikemas dengan cara (atas) bunga bahan makanan, (tengah) bunga goreng saus, (bawah) manisan Thailand. Anda harus mencobanya. Jangan takut, bagi yang muslim, ada beberapa makanan yang halal dan penjualnya adalah muslim. Harga makanan mulai ฿25 (Rp7.000,00).
Cukup lama saya berada di sini menikmati pertunjukan, mengambil foto, dan menikmati es krim kelapa muda yang diwadahi batok kelapa serta es longan penawar dahaga. Selain makanan, di lokasi ini kita juga bisa menemukan beberapa penjual suvenir meskipun sedikit. Selain itu, kita bisa berkeliling ke area yang serupa desa. Ada satu rumah khusus yang di dalamnya menjadi tempat berdandan para pemain drama. Saya tertarik sebenarnya masuk ke sana, tetapi sayang tidak diperbolehkan.
Cukup lama saya berada di sini menikmati pertunjukan, mengambil foto, dan menikmati es krim kelapa muda yang diwadahi batok kelapa serta es longan penawar dahaga. Selain makanan, di lokasi ini kita juga bisa menemukan beberapa penjual suvenir meskipun sedikit. Selain itu, kita bisa berkeliling ke area yang serupa desa. Ada satu rumah khusus yang di dalamnya menjadi tempat berdandan para pemain drama. Saya tertarik sebenarnya masuk ke sana, tetapi sayang tidak diperbolehkan.
*Artikel ini dimuat dalam buku saya "Rp 1 Jutaan Keliling Thailand dalam 10 Hari" terbitan B-First (Bentang Pustaka).
No comments:
Post a Comment