Dear Journer,
Pada posting sebelumnya udah pada tahu kan ada kompetisi nulis kisah perjalanan, nginap di hotel/hostel untuk buku The Ho[S]tel 2? Nah, ada beberapa pertanyaan, yang intinya ragu-ragu nih mau ikut kompetisi ini.
Saya cuma mau ngasih motivasi saja, mengapa kamu - khususnya yang suka traveling dan nulis - harus ikut lomba nulis ini? Simak ya cerita saya.
Jadi begini, dari dulu tuh saya pengen banget yang namanya bisa nembus penerbit, pengen buku saya diterbitkan oleh penerbit besar. Sampai saya kadang bingung, gimana ya penulis-penulis itu bisa menerbitkan bukunya di penerbit besar? Mulai mikir mungkin karena karya mereka benar-benar bagus, sampai pada alasan paling aneh "ah...mungkin penulisnya sodaraan dengan yang punya penerbitan" hehehehe. Itu saking susahnya nembus penerbit.
Saat ini memang banyak penerbit yang menawarkan sistem self publishing. Dengan cara ini, semua orang bisa menerbitkan naskahnya menjadi buku. Tetapi saya pribadi, merasa kurang puas, selain tidak punya duit untuk membayar penerbit atas jasa self publishing itu. Belum lagi mikir bagaimana nanti promosi dan distribusinya.
Akhirnya ada kompetisi nulis yang digelar Bentang Pustaka (B-First). Dari sinilah langkah saya terbuka, saat saya masuk menjadi salah satu dari lima orang yang menang kompetisi itu. Dari sini pula saya semacam mendapat "shortcut" ke penerbit. Sejak menang kompetisi dan buku pertama saya terbit, saya menjalin hubungan baik dengan Bentang Pustaka. Sejak itu, saya memiliki akses untuk menyampaikan ide-ide baru saya dan menawarkan kepada Bentang Pustaka. Hubungan baik dan produktif inilah yang membuat saya eksis nulis, sampai 9 buku hingga kini. Dari sini pula jalan saya ke hal-hal lain terbuka. Saya diminta ngisi kuliah umum penulisan di universitas ternama, diminta jadi juri lomba penulisan tingkat nasional, jadi pembicara di berbagai forum, diminta nulis di berbagai media, dan lain sebagainya.
Jadi kalau Anda memiliki passion dalam dunia tulis menulis, lomba nulis kisah perjalanan The Ho[S]tel 2 mungkin bisa menjadi langkah awal Anda untuk masuk secara serius dan profesional ke dunia kepenulisan. Sisi lain, Anda punya kebanggaan karena memiliki buku dengan nama Anda sebagai salah satu penulis, belum lagi buku ini bisa menjadi portofolio Anda untuk berbagai keperluan. Karya Anda terpampang di toko buku lho...siapa yang gak bangga coba?
Ada juga sih yang mikirnya negatif...belum-belum ribut soal hadiah duit kok dikit, royalti, dan segala macam. Okelah...kalau Anda sudah eksis sebagai penulis, mungkin ini tidak menarik lagi. Memang kalau dilihat hadiahnya, itu bukan uang besar (kalau dibanding kompetisi nulis lain). Tetapi sekali lagi, tidak semua hal harus diukur dengan uang. Saya pribadi, kadang melakukan "kerja-kerja sosial" sebagai sebuah investasi untuk mewujudkan impian saya menjadi penulis profesional.
Jadi lomba ini "kerja sosial" ?
Oh tentu bukan. Ini lomba yang semua ketentuannya, antara hak dan kewajiban bagi penulis dan penerbit sudah dipertimbangkan secara matang dan adil bagi kedua belah pihak, dan nanti akan dilandasi dengan perjanjian yang memiliki kekuatan hukum tentu saja. Tinggal semuanya balik ke pribadi, mau sign contract oke saja, tetapi kalau ternyata tidak sepakat dan mundur, juga tidak masalah.
Kenapa tidak ada royalti?
Karena ini adalah buku antologi, dengan jumlah penulis hampir 20 orang. Sistem yang digunakan adalah beli putus, bukan royalti. Bayangkan kalau ini menggunakan sistem royalti yang perhitungannya adalah 10% (nilai persentase standar royalti ) dari harga buku x buku yang terjual. Taruhlah harga buku more less Rp 30.000, terjual 1000 copies, maka royaltinya adalah : Rp 30.000 x 1.000 x 10% = Rp 3.000.000.
Jadi royalti buku itu bila terjual 1000 copies adaah Rp 3.000.000, nilai ini kemudian dibagi 20 penulis = @Rp 150.000. Nilai Rp 150.000 ini masih harus dipotong pajak. Bisa dibayangkan berapa nominal yang akan diterima masing-masing penulis? hehehe.Eh...jangan bangga dulu, karena itu tadi asumsinya buku terjual 1.000 copies. Lha bagaimana kalau buku itu ternyata HANYA terjual 500 copies ? bakal kepotong lagi kan? bakal menyusut lagi kan?
Oya jangan lupa juga, royalti itu diberikan setiap periode 6 bulan sekali. Bisa dibayangkan kalau menggunakan sistem royalti, kita harus menunggu Rp 150.000 selama 6 bulan. Mau ?
Nah, apa yang saya sampaikan di atas hanya ingin memberikan pencerahan, supaya tidak ragu-ragu mengikuti lomba ini. Terutama buat Anda yang ingin membuka jalan menuju ke dunia penulisan secara profesional. Tapi saya akan menyerah memotivasi Anda untuk mengikuti lomba ini bila pertimbangan utama Anda adalah uang. :)
regards,
Ariy
5 comments:
Makin gak sabar baca bukunya mas, penasaran, sesuai gak sama pengalaman saya hehehe...btw email saya terakhir belum dibalas ya mas, saya cek spam juga ternyata gak ada. Mksh mas ariy...
setuju lah!!! saya penulis khusus travel, saya mencintai dunia menulis, terutama bila sudah menyangkut jalan-jalan..uang sih belakangan. terima kasih sudah kasih kesempatan untuk kami yang mencintai dunia tulis menulis ini, terutama travel.
@Frame
asyiiikkk....terima kasih sudah berkunjung. Saya tunggu ya tulisan buat The Ho[S]tel-nya :)
bismilah semoga saya bisa ikutan :) lomba the ho[s]tel
two thumbs
Post a Comment