Usai mendapatkan kamar, saya segera mandi. Bagi saya, salah satu kesenangan traveling di negara tropis semacam ini adalah mandi. Mandi membuat bau kecut saya hilang, badan tidak berasa lengket, dan yang penting segar dan siap untuk jalan-jalan lagi. Capek? sudah lupa tuh :)
Dari Bala's Place, saya menuju kawasan Stadthuys, menyusuri Jalan Laksamana dengan melawan arus kendaran, menikmati sederhananya Ruko mungil di sepanjang Jalan Laksamana. Di ujung jalan, saya menemukan St Francis Xavier's Church.
St Francis Xavier's Church |
Ini adalah gereja Portugis, dengan struktur bangunan bergaya neo-gothic.Dibangun oleh Father Farve pada tahun 1856 untuk menghormati St Francis Xavier, misionaris Katholik abad XVI yang dikenal sebagai Rasul dari Timur. Pembangunan gereja diselesaikan pada tahun 1859 oleh Pastor Allard.
Interior dalamnya sih menurut saya biasa saja, tapi dibangun tahun 1856 wow...sejarah panjang yang menyertainya ini yang luar biasa. Saat saya sampai di gereja itu, banyak orang berkerumun di depan gereja. Mayoritas mengenakan pakaian warna hitam. Dengan santainya saya merangsek ke pintu depan dan ingin mengetahui kenapa banyak orang.
Tapi langkah saya tertahan sebuah peti mati dengan beberapa orang di samping kiri dan kanan. Ooppsss....jadi ini ternyata upacara pemakaman orang. Duh...langsung deh saya mundur. Tapi kemudian saya berpikir lain, saya pengen juga mengikuti upacara pemakaman ini. Mungkin ada sesuatu yang berbeda yang bisa saya ambil dari pemakaman di Melaka. Saya mundur dari pintu utama, dan masuk ke gereja dari pintu samping. Saya mengambil posisi agak pinggir, supaya saya bisa cabut sewaktu-waktu dari sana.
Tidak ada tangisan. Hanya serupa wajah-wajah murung memenuhi seluruh sudut gereja. Seorang pendeta dan seorang altar boy di sampingnya. Beberapa orang terpekur, dengan wajah serupa mendung. Mungkin mereka anggota keluarga yang ditinggalkan.
Beberapa orang melihat ke saya. Tetapi tidak seperti tatapan curiga. Mereka mungkin hanya merasa aneh saja karena saya bukanlah orang yang mereka kenal, bukan pula tetangga. Untungnya saya mengenakan kaos hitam. Beberapa anggota keluarga menandai dada kirinya dengan bunga kecil dikait peniti. Tak lama sang pendeta berjalan menuju ke peti mati yang ada di pintu utama. Lalu mereka bergerak bersama ke depan altar. Kemudian sang pendeta memimpin doa dan mendendangkan lagu-lagu rohani,
Saya berharap sih ada semacam upacara tradisional, tetapi ternyata setelah 30 menit tidak ada, jadi saya memutuskan untuk meninggalkan upacara sebelum berakhir.
Keluar dari gereja, saya menyeberangi jalan menuju ke sisi sungai yang sudah terlihat dari gereja. Pinggiran Sungai Melaka menurut saya adalah salah satu bagian cantik dari Melaka. Kita bisa menyusuri broadwalk yang berada di kanan kiri sungai. Beberapa titik terdapat jembatan cantik, sementara, di beberapa sudut, terdapat bagian broadwalk yang menjorok ke tengah sungai. Sangat cantik kalau jalan-jalan di sini setelah senja, karena beberapa bagian dihiasi lampu yang berpendar melilit pohon atau pagar pembatas. Pemerintah daerah setempat sepertinya memang sengaja membuat broadwalk untuk memanjakan wisatawan. Di beberapa titik, mereka membuat semacam view point. Jadi ada papan penjelasan di pinggir sungai, bahwa titik tersebut adalah titik terbaik untuk mengambil gambar.
Seperti sudah saya singgung sebelumnya, kanan kiri sungai ada banyak guesthouse, rumah-rumah penduduk, cafe, dan lain sebagainya. Dari yang bergaya China, hingga berarsitektur Belanda. Beberapa di antaranya dihiasi mural. Menikmati malam di river side adalah romantis, bonus nyamuk tentu saja.
Oya, seperti saya singgung sebelumnya juga, jangan lupa untuk menikmati Melaka River Cruise, menyusuri sungai yang bersih yang membelah kota kuno Melaka. Ada beberapa dermaga yang disediakan. Saya sendiri lebih asyik untuk memotretnya, bukan naik. Tetapi di papan petunjuknya dijelaskan, untuk naik kita hanya perlu menuju ke dermaga (jeti) kemudian melambai ke arah boat yang lewat....Angkot banget yaa :).
Nah, Melaka River Cruise ini beroperasi dari jam 09.00 pagi hingga jam 23.00. Tiket untuk dewasa RM 10, sementara untuk anak-anak RM 5. Banyak sekali wisatawan yang naik boat, memang sepertinya asyik juga walau saya tidak naik dan hanya memotret saja. Kalau dalam papan petunjuknya, tiket bisa dibeli langsung saat kita berada di boat, atau juga bisa dibeli di loket. Tetapi entah kenapa saya tidak menemukan yang namanya loket tiket. Tapi tertulis juga, tiket bisa dibeli di Tourist Information Centre. Oya, jam operasinya itu tergantung tinggi permukaan air.
Balik lagi ke broadwalk, di beberapa titik juga tersedia bungalow tempat kita bisa beristirahat sejenak. Penting lho, soalnya kalau pas jalan siang hari, panasnya maaakkkk...kadang-kadang butuh ngadem sebentar di bungalow. Sayangnya, kadang-kadang bungalow ini sudah dipenuhi warga setempat yang pengen ngadem juga. Beberapa hanya bersinglet, keteknya kemana-mana. Memang Melaka tuh panasssss...makanya kalau jalan pakai kaos ringan saja dari bahan katun, supaya keringat terserap sempurna. Oya, jangan lupa deodorant :)
Nah, kalau dari St Francis Xavier's Church menyeberang, kemudian menyusuri broadwalk ke arah kiri, kita akan kembali ke depan Stadthuys. Satu sisi yang cantik untuk difoto adalah bagian di mana sungai mengalir di bawah jembatan yang menghubungkan Jalan Laksamana (depan Stadthuys) dengan Jalan Hang Jebat,
Ngomong-ngomong tentang Jalan Hang Jebat, kalau kebetulan Anda datang ke Melaka pada saat weekend, maka jangan lupa mengunjungi jalan ini atau terkenal juga dengan sebutan Jonker Street. Di sini setiap Jumat hingga Minggu, mulai pukul 18.00 hingga 24.00 digelar Jonker Street Weekend Night Market. Apakah itu? ini semacam bazaar di mana kita bisa berbelanja aneka souvenir hingga aneka makanan yang berada di stalls sepanjang jalan tersebut. Nah, karena saya balik ke Kuala Lumpur Jumat siang, enggak kebagian night market ini. :(
Setelah menyusuri broadwalk sepanjang Sungai
Melaka, saya pun berjalan ke Museum Maritim. Jadi kalau Anda naik bus Panorama, maka Museum Maritim ini adalah pemberhentian berikutnya setelah Stadthuys. Ada apakah di sana? Museum Maritim ini adalah tempat di mana terdapat replika kapal Flor de la Mar, sebuah kapal Portugis yang tenggelam di Selat Melaka. Museum ini juga memiliki koleksi yang menggambarkan sejarah Melaka, dari sejak jaman Kesultanan Melaka di abad XIV hingga era sebelum kemerdekaan. Pada saat weekdays, museum ini buka dari jam 09.00 hingga 17.30. Sementara untuk weekend, buka dari jam 09.00 hingga 21.00. Harga tiketnya nggak mahal kok, untuk dewasa RM 3, sementara untuk anak-anak RM 1.
Ada juga Baba & Nyonya Museum. Ini adalah bangunan China dari abad ke XIX, dengan gaya arsitektur perpaduan antara China, Victorian dan Belanda. Museum ini merupakan rumah dari tiga generasi keluarga Baba & Nyonya, dan berada di Jalan Tun Tan Cheng Lock. Saya jadi teringat pada bangunan nyaris sama di Medan, yaitu bangunan milik keluarga Tjong A Fie. Tiket untuk masuk ke Baba & Nyonya Museum adalah RM 10 untuk dewasa dan RM 5 untuk anak-anak. Jam buka dari jam 10.00 hingga jam 12.30.
Sebenarnya, kalau Anda berkeliling di Jalan Hang Jebat dan sekitarnya, kita akan melihat banyak bangunan lama yang bagus. Banyak terdapat mesjid-mesjid, semacam Masjid Kampung Kling, Masjid Kampung Hulu, dan banyak museum bertebaran. Tetapi karena waktu saya tidak begitu banyak, saya cukup menyelesaikan seperti yang saya ceritakan tadi.
Btw, entah ini perasaan saya sendiri atau memang seperti itu, di hari biasa kenapa setelah jam 19.00 suasana di Melaka sepi sekali yaaa...Sepertinya semua menutup rumahnya rapat-rapat. Berasa berada di kota hantu hahahaha....bukan sih, saya sengaja jalan-jalan malam, dan jalan di Jalan Hang Kasturi atau sekitar kota tuanya sepi mampus. Mana saya kelaparan, cari makan kok gak ada hawker. Ada sih satu rumah makan yang saya temui, tetapi kok enggak naksir. Nyari 7/11 juga nggak ada....akhirnya saya jalan terus deh ke jalan utama, saya lupa namanya. Lumayan jauh sih, baru bisa nemu 7/11. Saran saya, sebelum gelap, beli deh cemilan atau makanan/minuman buat bekal malamnya. Tetapi tentu kalau weekend, Anda tidak perlu khawatir, karena ada Jonker Street Weekend Night Market, jadi perut aman.
Saya memang tidak lama di Melaka, namun saya cukup menikmati short trip ke Melaka ini. Tentu ini selera, mengingat ketertarikan seseorang berbeda dengan orang lain. Saya selalu suka kota tua, kultur, dan lain sebagainya, seperti saya memilih Dali Oldtown di Yunnan, China, Penang (Malaysia) ataupun Melaka ini. Siang itu saya menuju ke Melaka Sentral naik bus Panorama. Dari terminal inilah, saya naik Metrobus RM 9.20 menuju ke Kuala Lumpur.
regards,
A
Tidak ada tangisan. Hanya serupa wajah-wajah murung memenuhi seluruh sudut gereja. Seorang pendeta dan seorang altar boy di sampingnya. Beberapa orang terpekur, dengan wajah serupa mendung. Mungkin mereka anggota keluarga yang ditinggalkan.
Beberapa orang melihat ke saya. Tetapi tidak seperti tatapan curiga. Mereka mungkin hanya merasa aneh saja karena saya bukanlah orang yang mereka kenal, bukan pula tetangga. Untungnya saya mengenakan kaos hitam. Beberapa anggota keluarga menandai dada kirinya dengan bunga kecil dikait peniti. Tak lama sang pendeta berjalan menuju ke peti mati yang ada di pintu utama. Lalu mereka bergerak bersama ke depan altar. Kemudian sang pendeta memimpin doa dan mendendangkan lagu-lagu rohani,
Upacara pemakaman warga Melaka |
Keluar dari gereja, saya menyeberangi jalan menuju ke sisi sungai yang sudah terlihat dari gereja. Pinggiran Sungai Melaka menurut saya adalah salah satu bagian cantik dari Melaka. Kita bisa menyusuri broadwalk yang berada di kanan kiri sungai. Beberapa titik terdapat jembatan cantik, sementara, di beberapa sudut, terdapat bagian broadwalk yang menjorok ke tengah sungai. Sangat cantik kalau jalan-jalan di sini setelah senja, karena beberapa bagian dihiasi lampu yang berpendar melilit pohon atau pagar pembatas. Pemerintah daerah setempat sepertinya memang sengaja membuat broadwalk untuk memanjakan wisatawan. Di beberapa titik, mereka membuat semacam view point. Jadi ada papan penjelasan di pinggir sungai, bahwa titik tersebut adalah titik terbaik untuk mengambil gambar.
Seperti sudah saya singgung sebelumnya, kanan kiri sungai ada banyak guesthouse, rumah-rumah penduduk, cafe, dan lain sebagainya. Dari yang bergaya China, hingga berarsitektur Belanda. Beberapa di antaranya dihiasi mural. Menikmati malam di river side adalah romantis, bonus nyamuk tentu saja.
Oya, seperti saya singgung sebelumnya juga, jangan lupa untuk menikmati Melaka River Cruise, menyusuri sungai yang bersih yang membelah kota kuno Melaka. Ada beberapa dermaga yang disediakan. Saya sendiri lebih asyik untuk memotretnya, bukan naik. Tetapi di papan petunjuknya dijelaskan, untuk naik kita hanya perlu menuju ke dermaga (jeti) kemudian melambai ke arah boat yang lewat....Angkot banget yaa :).
Nah, Melaka River Cruise ini beroperasi dari jam 09.00 pagi hingga jam 23.00. Tiket untuk dewasa RM 10, sementara untuk anak-anak RM 5. Banyak sekali wisatawan yang naik boat, memang sepertinya asyik juga walau saya tidak naik dan hanya memotret saja. Kalau dalam papan petunjuknya, tiket bisa dibeli langsung saat kita berada di boat, atau juga bisa dibeli di loket. Tetapi entah kenapa saya tidak menemukan yang namanya loket tiket. Tapi tertulis juga, tiket bisa dibeli di Tourist Information Centre. Oya, jam operasinya itu tergantung tinggi permukaan air.
Balik lagi ke broadwalk, di beberapa titik juga tersedia bungalow tempat kita bisa beristirahat sejenak. Penting lho, soalnya kalau pas jalan siang hari, panasnya maaakkkk...kadang-kadang butuh ngadem sebentar di bungalow. Sayangnya, kadang-kadang bungalow ini sudah dipenuhi warga setempat yang pengen ngadem juga. Beberapa hanya bersinglet, keteknya kemana-mana. Memang Melaka tuh panasssss...makanya kalau jalan pakai kaos ringan saja dari bahan katun, supaya keringat terserap sempurna. Oya, jangan lupa deodorant :)
Melaka River Cruise |
Nah, kalau dari St Francis Xavier's Church menyeberang, kemudian menyusuri broadwalk ke arah kiri, kita akan kembali ke depan Stadthuys. Satu sisi yang cantik untuk difoto adalah bagian di mana sungai mengalir di bawah jembatan yang menghubungkan Jalan Laksamana (depan Stadthuys) dengan Jalan Hang Jebat,
Ngomong-ngomong tentang Jalan Hang Jebat, kalau kebetulan Anda datang ke Melaka pada saat weekend, maka jangan lupa mengunjungi jalan ini atau terkenal juga dengan sebutan Jonker Street. Di sini setiap Jumat hingga Minggu, mulai pukul 18.00 hingga 24.00 digelar Jonker Street Weekend Night Market. Apakah itu? ini semacam bazaar di mana kita bisa berbelanja aneka souvenir hingga aneka makanan yang berada di stalls sepanjang jalan tersebut. Nah, karena saya balik ke Kuala Lumpur Jumat siang, enggak kebagian night market ini. :(
Setelah menyusuri broadwalk sepanjang Sungai
Museum Maritim |
Ada juga Baba & Nyonya Museum. Ini adalah bangunan China dari abad ke XIX, dengan gaya arsitektur perpaduan antara China, Victorian dan Belanda. Museum ini merupakan rumah dari tiga generasi keluarga Baba & Nyonya, dan berada di Jalan Tun Tan Cheng Lock. Saya jadi teringat pada bangunan nyaris sama di Medan, yaitu bangunan milik keluarga Tjong A Fie. Tiket untuk masuk ke Baba & Nyonya Museum adalah RM 10 untuk dewasa dan RM 5 untuk anak-anak. Jam buka dari jam 10.00 hingga jam 12.30.
Sebenarnya, kalau Anda berkeliling di Jalan Hang Jebat dan sekitarnya, kita akan melihat banyak bangunan lama yang bagus. Banyak terdapat mesjid-mesjid, semacam Masjid Kampung Kling, Masjid Kampung Hulu, dan banyak museum bertebaran. Tetapi karena waktu saya tidak begitu banyak, saya cukup menyelesaikan seperti yang saya ceritakan tadi.
Btw, entah ini perasaan saya sendiri atau memang seperti itu, di hari biasa kenapa setelah jam 19.00 suasana di Melaka sepi sekali yaaa...Sepertinya semua menutup rumahnya rapat-rapat. Berasa berada di kota hantu hahahaha....bukan sih, saya sengaja jalan-jalan malam, dan jalan di Jalan Hang Kasturi atau sekitar kota tuanya sepi mampus. Mana saya kelaparan, cari makan kok gak ada hawker. Ada sih satu rumah makan yang saya temui, tetapi kok enggak naksir. Nyari 7/11 juga nggak ada....akhirnya saya jalan terus deh ke jalan utama, saya lupa namanya. Lumayan jauh sih, baru bisa nemu 7/11. Saran saya, sebelum gelap, beli deh cemilan atau makanan/minuman buat bekal malamnya. Tetapi tentu kalau weekend, Anda tidak perlu khawatir, karena ada Jonker Street Weekend Night Market, jadi perut aman.
Saya memang tidak lama di Melaka, namun saya cukup menikmati short trip ke Melaka ini. Tentu ini selera, mengingat ketertarikan seseorang berbeda dengan orang lain. Saya selalu suka kota tua, kultur, dan lain sebagainya, seperti saya memilih Dali Oldtown di Yunnan, China, Penang (Malaysia) ataupun Melaka ini. Siang itu saya menuju ke Melaka Sentral naik bus Panorama. Dari terminal inilah, saya naik Metrobus RM 9.20 menuju ke Kuala Lumpur.
regards,
A