Beberapa hari lalu saya iseng jalan-jalan ke Pasar Antik Triwindu, Solo. Ini karena saya lagi nggak ada kerjaan dan bingung mau kemana. Pasar Triwindu berada di Jl Diponegoro atau yang terkenal dengan sebutan Ngarsopuro.
Tapi saya bukan mau ngomong soal Pasar Triwindu. Saya mau ngomong soal es krim ndeso yang bagi saya udah kayak souvenir masa lalu saja. Apa hubungannya dengan Pasar Triwindu? Ya karena kebetulan yang jual ada di depan tuh pasar dan sepanjang Ngarsopuro.
Beberapa orang di Jawa menyebutnya Es Dungdung (sampai kata ini juga diadopsi sebagai salah satu nama produk es krim brand terkenal). Tetapi, kalau pemahaman saya yang lahir dan besar di lingkungan Jawa (kampung), Es Dungdung itu es krim yang pake con (contong kerucut yang bisa dimakan). Nah, kalau jaman saya kecil, versi yang pake gelas kayak gini hanya untuk orang kaya.
Seiring perkembangan jaman, maraknya produk es krim yang dikemas dalam wadah dan bentuk cantik, es krim kayak gini terpinggirkan.
Kangen dengan rasa es krim ndeso ini, saya pun pesan satu. Satu gelas seperti dalam gambar dihargai Rp 3.000 saja, lengkap dengan tape ketan hijau dan mutiara merah. Tampilannya cantik kan? Bagaimana rasanya? Oh nikmat. Ponakan saya yang cowok, Lintang, berumur 7 tahun yang notabene produk jaman akhir sangat tergila-gila sama es krim ini "Om....enak banget lho. Aku mau nambah" kata dia.
Es krim ini bahan dasarnya utamanya adalah santan kelapa kental dan gula pasir. Tanpa bahan pengawet, bahan-bahan dimasukkan dalam tabung (kayak termos es tinggi). Cara membuatnya, tabung itu diletakkan di tengah batu es besar-besar yang sudah dicampur dengan garam krasak (garam jelek yang butirannya gede-gede). Kemudian tabung itu diputar, tergesek dengan batu es dan garam. Kata yang jual, proses ini membuat santan mengental yang akhirnya membentuk adonan es krim itu. Proses memutar antara 30 menit hingga satu jam saja sudah jadi.
Rasa es krim ini gurih nikmat karena kelapanya. Kemudian teksturnya tidak selembut es krim yang dibuat dengan mesin, jadi sedikit lebih kasar. Enaknya lagi, beberapa memasukkan potongan kelapa muda kecil-kecil, sehingga kalau kita menikmatinya, akan menemukan kelapa muda kenyal di sela-sela es krim. Beberapa orang suka es krim tanpa topping apapun, tetapi kalau saya suka banget dengan tambahan tape ketan hijau dan mutiara (yang biasanya dibuat bubur/jenang mutiara). Tampilannya pun juga heboh, off white bahan utama es krimnya, ditambah hijau muda tape ketan dan merah menyala butiran mutiara. Slrrrrrppppp....
Kekhasan lain, yang jual kalau dulu biasanya pakai topi cowboy kecil, kayak topinya Tompi hehehehe. Sekarang sih hanya beberapa yang masih mengenakan kostum kebesaran itu. Mereka mendorong gerobak kecil dengan gelas tergantung di bagian depan serta bungkusan tapi ketan dari daun pisang. Salah satu penjual yang sempet saya ajak ngobrol mengatakan, saat ini es krim ndeso macam gini mulai dinikmati lagi. Pernah hilang beberapa saat, tetapi tidak sepenuhnya hilang. Untuk hajatan/resepsi mereka masih melayani pesanan, satu tabung dihargai Rp 300.000 dan bisa untuk 300 porsi. Nah, kalau mampir ke Solo, jangan lupa ke Ngarsopuro. Beberapa gerobak es krim ini bisa didapatkan dari siang hingga malam hari.
Selamat menikmati,
A
2 comments:
waaaaah, udah lama gak makan es kayak gini, udah jarang banget yang jualan sih, dulu ps jaman masih SD sering banget beli es ini :)
Didaerah saya juga namanya es dungdung, toppingnya roti dan ketan hitam :)
Post a Comment