Wednesday, January 8, 2014

Belajar dari Pearl River, Guangzhou

Provinsi Shandong - China                                    foto: Reuters/China Daily

Sungai Jianhe, Provinsi Henan-China                             foto: Reuters/China

Danau Chaohu, Provinsi Anhui - China                foto: Reuters/China Daily

China Utara                                                                   foto: Reuters / Stringer

Dear Journer,

Saya mengawali postingan ini dengan foto-foto pencemaran air yang cukup seram di wilayah China. Foto-foto bersumber dari Reuters itu menunjukkan betapa parahnya pencemaran air di China, yang sebagian besar diakibatkan oleh ulah manusia.

Beberapa kali saya lihat di televisi, bagaimana warga yang tinggal di sekitar Sungai Ciliwung melakukan aktivitas mandi, cuci, buang hajat, sikat gigi, hingga mencuci alat-alat makan di sungai tersebut. Saya juga melihat hal sama saat roadtrip dari Semarang arah Demak, di pinggir sungai itu, yang tentu saja kotor, warga melakukan aktivitas MCK juga. Hal sama saya dapati saat roadtrip di Madura.

Betapa sungai, di satu sisi menjadi tumpuan warga untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari, di sisi lain menjadi tempat membuang kotoran, aneka bentuk. Bukankah dengan demikian kita sedang meracuni diri kita sendiri?

Ada satu cerita menarik yang saya dapatkan saat jalan-jalan ke Guangzhou, China. Malam itu saya dengan dua orang teman (bule dan satunya penduduk lokal), menuju ke Pearl River. Sungai ini lumayan bersih, selain juga saat malam indah banget karena kita bisa melihat kapal-kapal bersih lampu warna-warni aneka bentuk tengah berlayar membawa para wisatawan. Memang Pearl River menjadi salah satu andalan wisata Guangzhou.


Lalu teman saya yang orang lokal Guangzhou bercerita, bagaimana menjaga sungai ini tetap bersih, sementara di kanan kiri sungai banyak pabrik, yang membuang limbahnya ke sungai. Ternyata pemerintah setempat setiap tahun mengadakan lomba renang. Ini lomba bukan sembarang lomba, karena pesertanya adalah para petinggi dan karyawan perusahaan yang berada di kanan kiri sungai. Tujuannya apa? supaya mereka berhenti meracuni diri mereka sendiri dengan mengolah limbah secara benar dan tidak membuang limbah beracun.

Saya mangut-mangut. Logikanya masuk juga. Jadi saat perusahaan-perusahaan itu tidak mengolah limbah sesuai standar yang ditentukan, atau malah yang parah membuang limbah beracun, maka para petinggi dan karyawan mereka yang ikut lomba akan teracuni. Nggak mau kan?Trik ini bagus, tetapi saya tidak yakin bisa diterapkan di Indonesia hihiihi.
  
Cheers :)
 
Ariy

No comments: