Sunday, July 22, 2012

Al-Quran Tulis Tangan Peninggalan Keraton Sumenep


Salah satu yang berkesan saat jalan-jalan ke Pulau Madura beberapa waktu lalu adalah saat berkunjung ke kompleks sisa-sisa peninggalan Keraton Sumenep, di Kabupaten Sumenep.Sumenep, bagi saya, adalah highlight-nya Pulau Madura, bila dibandingkan dengan tiga kabupaten lain di pulau garam itu, yaitu Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sampang, serta Kabupaten Bangkalan.
Salah satu yang berkesan bagi saya adalah saat berkunjung ke Museum Keraton  Sumenep. Lokasinya tepat downtown-nya Sumenep. Kabupaten ini menurut saya tidak terlalu besar untuk dijelajahi (atau mungkin destinasi buat turisnya terkonsentrasi di tengah? saya kurang tau). Nah, di "kota"-nya, kita bisa menemukan alun-alun, mesjid agungnya, kemudian sisa-sisa peninggalan Keraton Sumenep.
Saya sarankan untuk masuk dulu ke Museum Kabupaten Sumenep, yang di dalamnya akan kita dapati cikal bakal Sumenep, yang dulunya adalah Keraton Sumenep. Yang membuat saya kaget adalah tiket masuknya. Kaget karena mahal? bukaaaan...tapi saking murahnya. Cuma Rp 1.000 buat dewasa dan Rp 500 buat anak-anak. Huehehehe....bisa dibayangkan, di terminal jumlah itu hanya laku untuk masuk WC umum kan? hehehe.
Nah, di sini saya akan bercerita khusus tentang Al-Quran tulisan tangan yang membuat saya terkesima. Di dalam museum, Al-Quran ini menjadi koleksi berharga. Konon ditulis tangan oleh Sultan Abdurahman, yang memerintah Keraton Sumenep sejak 1812-1854 M. Konon pula, Sang Raja yang menguasai 10 bahasa ini mampu menyelesaikan penulisan Al-Quran ini dalam waktu satu hari satu malam. Dalam keterangannya, Al-Quran ini memiliki berat mencapai 500 kg, dan dalam keadaan dibuka, memiliki ukuran 4x3 meter.
Serius saya merinding melihatnya demi melihat kertas lebar berwarna kecoklatan yang beberapa bagian pinggirnya sudah sobek ini. Menurut saya, ini peninggalan yang tidak ternilai harganya. Tetapi satu hal yang membuat saya prihatin adalah cara pemerintah kabupaten setempat dalam menangani koleksi ini. Saya pernah berbincang dengan teman yang menjadi staf pengelola Museum Radya Pustaka Solo yang memiliki banyak naskah kuno yang tidak ternilai harganya. Menurut dia, untuk memelihara dan merawat naskah kuno, termasuk Al-Quran Sumenep ini, harus digunakan obat-obatan tertentu, penempatan dalam suhu tertentu, dan perawatan lainnya supaya koleksi tidak rusak. Sementara Al-Quran ini hanya diletakkan begitu saja tanpa penutup dan pengunjung bisa memegangnya. Mungkin perlu dipikirkan pemerintah setempat untuk menganggarkan dana di APBD, demi pelestarian barang-barang peninggalan sejarah seperti Al-Quran tulisan tangan ini.

3 comments:

K.A.A said...

Waw perawatan Al-Quran bersejarah ini harus super intensif. biar bisa dinikmati sepanjang masa. Malu sekali, padahal malang dekat dan gampang ke sumenep. tapi sayang belum terjamah tu pulau madura... I hope tomorrow

K.A.A said...

Waw mesti dirawat tu Al-quran. emang seh perawatannya rada rempong. kalau bukan kita siapa lagi

agustinriosteris said...

pelestarian benda-benda pusaka masih jauh dari prioritas pemerintah. yang ada adalah bagaimana sebanyak-banyaknya memperoleh dana kampanye untuk pemilu yang sebentar lagi tiba